Paparan formaldehid kronik dapat menyebabkan kanker (Huff, 2001). United States Agency for Toxic Substances and Disease Registry (1999) menggolongkan formaldehid sebagai bahan karsinogen untuk manusia. Formaldehid merupakan xenobiotic yang dapat bersifat karsinogen bagi tubuh melalui paparan hirupan (inhalation) maupun paparan telanan (ingestion) (WHO, 1989)
Xenobiotic merupakan senyawa asing bagi tubuh. Secara sistemik akan dimetabolisme dalam hati dan diekskresikan ke luar tubuh melalui 2 fase reaksi perubahan yaitu hidroksilasi dan konjugasi. Reaksi hidroksilasi mengubah xenobiotic menjadi derivat xenobiotic terhidroksilasi yang lebih mudah larut air dengan dikatalisis oleh kelompok enzim monooksigenase atau sitokrom P450. Selanjutnya derivat xenobiotic terhidroksilasi hasil metabolisme fase I akan terkonjugasi dengan molekul asam glukuronat dan glutation (GSH S-transferase) untuk kemudian diekskresikan bersama urin atau getah empedu (WHO, 1989).
Apabila kedua fase reaksi metabolisme xenobiotic tersebut terganggu, maka xenobiotic tadi tidak dapat diekskresikan ke luar tubuh dan akan tertahan dalam jaringan adiposa. Xenobiotic ini akan menjadi senyawa xenobiotic reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul sel, meliputi DNA, RNA dan protein. Senyawa ini akan menyebabkan cedera sel (kerusakan DNA). Cedera ini akan diperbaiki dengan mekanisme apoptosis dan reparasi DNA. Apabila cederanya mengenai gen supresor tumor p53, maka akan menyebabkan mutasi struktur DNA yang diturunkan dan akan terjadi disfungsi gen-gen bersangkutan menyebabkan penyimpangan pertumbuhan sel normal menjadi sel kanker (WHO, 1989).
Menurut Monticello et al. (1996), dan Kerns et al. (1983), paparan formaldehid dalam jangka waktu lama (kronik) menyebabkan tumor hidung pada tikus. Dan Nolodewo et al. (2007), melaporkan bahwa individu yang terpapar formaldehid mempunyai kemungkinan 16 kali lebih besar untuk menderita kanker nasofaring daripada individu yang tidak terpapar.
Selain dapat menyebabkan kanker, paparan kronik formaldehid juga dapat menyebabkan gangguan sistem reproduksi. Data dari Reproductive and Development Toxycants (1991) menyebutkan bahwa 30 bahan kimia (termasuk formaldehid) dapat mempengaruhi sistem reproduksi manusia, seperti gangguan menstruasi. Penelitian pada binatang yang pernah dilakukan juga membuktikan adanya gangguan pada spermatogenesis (ASTDR, 1999).