Time Cost Trade Off (skripsi dan tesis)

 Dalam pelaksanaan sebuah proyek, ada beberapa alasan yang dapat menjadi dasar untuk melakukan pengurangan durasi waktu dari sebuah proyek. Salah satu alasan yang paling umum adalah adanya sesuatu yang dikenal sebagai “Imposed Project Duration Date/Tanggal Waktu Proyek Terbebani”. Imposed Project Duration Date ini terjadi karena adanya pernyataan dari manajer perusahaan ataupun pimpinan suatu pemerintahan kepada masyarakat bahwa proyek yang sedang dilaksanakan oleh timnya akan selesai pada suatu waktu yang ditentukan. Disamping alasan imposed project duration di atas, alasan seperti adanya tekanan persaingan global, pemberian insentif kepada pelaksana proyek jika proyek selesai lebih cepat, dan kemungkinan terjadinya sebabsebab yang tidak terduga seperti gangguan cuaca, kesalahan perancangan awal, serta kerusakan mesin dan peralatan dapat menjadi sebab mengapa durasi penyelesaian proyek harus dikurangi. Akan tetapi dalam upaya
 pengurangan durasi proyek ini, manajer proyek akan dihadapkan pada kondisi trade off antara munculnya biaya yang lebih tinggi dari apa yang telah diperkirakan sebelumnya. Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan penekanan waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya yang ditimbulkan seminimal mungkin. Disamping itu harus diperhatikan pula bahwa penekanannya hanya dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang ada pada lintasan kritis. Apabila penekanan dapat dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang tidak berada di lintasan kritis, maka waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan berkurang. Penekanan dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintasan kritis.

Cost Slope (skripsi dan tesis)

 Pada dasarnya perlu dicari kegiatan kritis yang akan dipercepat yang memiliki peningkatan biaya per satuan waktu yang terkecil. Alasan untuk pemilihan kegiatan kritis tergantung pada pengidentifikasian kegiatan-kegiatan dengan waktu normal dan waktu pacu (crash time) dan biaya yang berhubungan dengannya. Waktu normal untuk kegiatan menunjukkan biaya yang rendah, realistis, penggunaan metode penyelesaian yang efisien dalam kondisi yang normal. Percepatan waktu suatu kegiatan disebut crashing. Waktu penyelesaian kegiatan tercepat yang mungkin untuk dicapai disebut dengan crash time dan biayanya disebut dengan crash cost. Biaya yang berhubungan dengan waktu normal dan waktu pacu ini dikumpulkan dari personil yang familiar dengan penyelesaian kegiatan yang bersangkutan.

Perpotongan antara waktu normal dan biayanya menunjukkan biaya dasar yang rendah, dan dimulainya jadwal. Titik pacu (crash point) menunjukkan waktu maksimum sebuah kegiatan dapat dipercepat. Garis tebal menunjukkan kemiringan (slope), yang mengasumsikan biaya pengurangan waktu kegiatan yang konstan tiap satuan waktu. Dengan mengetahui kemiringan kegiatan, manajer akan dapat lebih mudah membandingkan kegiatan kritis mana yang akan dipercepat. Perbandingan kemiringan dari semua kegiatan kritis memudahkan kita untuk menentukan kegiatan mana yang akan dipercepat dalam rangka meminimalisasi total biaya langsung. (Nurhayati, 2010)

Kegiatan Semu (dummy) (skripsi dan tesis)

Kegiatan semu berfungsi sebagai penghubung, tidak membutuhkan sumber daya maupun waktu penyelesaian. Aktivitas semu diperlukan karena tidak boleh ada dua aktivitas mulai dari simpul yang sama dan berakhir pada simpul lain yang sama juga. Aktivitas semu digambarkan sebagai anak panah putus-putus. (Santosa, 2009)

Penyusunan Jaringan Kerja CPM (skripsi dan tesis)

Untuk membuat jaringan kerja, harus diketahui dahulu semua kegiatan yang terjadi pada suatu proyek, waktu (durasi) setiap kegiatan, dan ketergantungan antar kegiatan (kegiatan pendahulu/predecessors dan kegiatan pengikut/successors). Urutan-urutan logis seluruh proyek harus diketahui secara baik. Setiap kegiatan harus diketahui kegiatan pendahulu serta kegiatan pengikutnya. Dengan demikian, jaringan kerja dapat terbentuk sejak awal proyek sampai dengan akhir proyek. Untuk dapat menjadwal dengan metode CPM, ada beberapa hal ynag perlu diketahui, yaitu elemen-elemen CPM.

a. Anak panah (arrow), kegiatan (activity), job

 • Anak panah menunjukkan hubungan antara kegiatan, dan juga dicantumkan durasi. • Sebuah anak panah mewakili satu kegiatan.

 • Awal busur panah dinyatakan sebagai permulaan kegiatan dan mata panah sebagai akhir kegiatan. • Terdapat tiga jenis anak panah :
 Anak panah biasa menunjukkan suatu kegiatan yang dapat dikerjakan secara normal
 Anak panah tebal menunjukkan suatu kegiatan yang harus menjadi perhatian (kritis
) Anak panah putus-putus menunjukkan kegiatan dummy
 b. Lingkaran kecil (node), kegiatan/peristiwa, event Node pada CPM terbagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari nomor node, EET (Earliest LET Event Time), dan LET (Latest Event Time)

Critical Path Methode (CPM) (skripsi dan tesis)

Pada tahun 1958, perusahaan bahan-bahan kimia Du Pon Company (USA) memecahkan kesulitan-kesulitan dalam proses fabrikasi dengan menemukan metode Critical Path Methode (CPM). Dalam penentuan waktu, CPM dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan dan dapat menentukan prioritas kegiatan yang harus mendapat perhatian pengawasan yang cermat agar kegiatan dapat selesai sesuai rencana. Metode CPM lebih terkenal dengan istilah 18 lintasan kritis. Metode tersebut memungkinkan terbentuknya suatu jalur atau lintasan yang memerlukan perhatian khusus (kritis). Tujuan lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan yang tingkat kepekaannya tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggara proyek apabila kegiatan tersebut terlambat. Metode ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pelaksanaan pengawasan pembangunan suatu proyek. Banyak masalah yang dapat diatasi dengan penggunaan metode lintasan kritis, sehingga sistem ini merupakan metode yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan teknik CPM penyusunan jaringan kerja diidentifikasikan ke arah kegiatan serta menggunakan “simple time estimates” sebagai waktu pelaksanaan. Para pemakai teknik CPM dianggap mempunyai dasar yang kuat sebagai landasan untuk melaksanakan setiap kegiatan. Di samping itu di dalam proses perencanaan dan pengawasan dengan sistem ini turut diperhitungkan dan dimasukkan konsep biaya yang lebih mendetail sehingga memungkinkan pelaksanaan pembangunan proyek lebih singkat dan ekonomis. (Nurhayati, 2010) Manfaat dari penerapan CPM pada perencanaan adalah sebagai berikut : • Dalam merencanakan dan menganalisa suatu kegiatan proyek dengan metode CPM, perencana proyek harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat mengantisipasi kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan. • Dalam penyelesaian jalur kritis dan yang bukan kritis ditunjukkan dengan jelas dengan diagram CPM, sehingga dapat mengatur pelaksanaan kegiatan. • Adanya komunikasi antara pelaksana konstruksi dengan lebih jelas.

Indirect Cost (skripsi dan tesis)

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. (Frederika, 2010) Biaya tidak langsung secara umum menunjukkan biaya-biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan, bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung tidak dapat dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek. Biaya tidak langsung secara langsung bervariasi dengan waktu, oleh karena itu pengurangan waktu akan menghasilkan pengurangan dalam biaya tidak langsung.

Direct Cost Konstruksi (skripsi dan tesis)

Biaya langsung secara umum menunjukkan biaya tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kadang-kadang juga biaya subkontraktor. Biaya langsung akan bersifat sebagai biaya normal apabila dilakukan dengan metode yang efisien, dan dalam waktu normal proyek. Biaya untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration date) akan lebih besar dari biaya untuk durasi waktu yang normal, karena biaya langsung diasumsikan dikembangkan dari metode dan waktu yang normal sehingga pengurangan waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Total waktu dari semua paket kegiatan dalam proyek menunjukkan total biaya langsung untuk  keseluruhan proyek. Proses ini membutuhkan pemilihan beberapa kegiatan kritis yang mempunyai biaya percepatan terkecil

Analisa Harga Satuan Konstruksi (skripsi dan tesis)

Analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya yang didalamya terdapat angka yang menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. Untuk mendapatkan daftar harga baik bahan maupun upah dapat diperoleh melalui berbagai media antara lain : • Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. • Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu. • Jurnal-jurnal harga bahan dan upah. • Bapenas • Survei harga di lokasi proyek. Setelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisa harga satuan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan perhitungan ataupun dengan menggunakan buku analisa BOW ataupun SNI untuk mendapatkan harga koefisien masing-masing pekerjaan, sehingga kemudian akan dapat dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Perhitungan Volume Konstruksi (skripsi dan tesis)

Perhitungan volume pekerjaan adalah bagian paling esensial dalam tahap perencanaan proyek konstruksi. Pengukuran kuantitas/volume pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume  pekerjaan maka akan diketahui berapa banyak biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.

Rencana Anggaran Biaya (skripsi dan tesis)

 

Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu diperkirakan secara cermat biaya yang akan dikeluarkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang memuat real cost dari proyek yang dikerjakan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. RAB memuat keseluruhan item pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kontraktor dan diperinci lagi sehingga RAB juga berisi volume pekerjaan, kebutuhan bahan bangunan dan peralatan, alokasi dan upah tenaga kerja serta pengeluaran lainnya. Dari real cost ini kemudian ditentukan harga borongan untuk lelang. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. RAB merupakan jumlah dari RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan) dan keuntungan. RAP terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Setelah proyek berjalan, setiap pengeluaran yang terjadi dicatat sesuai dengan butir-butir yang ada dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan dijadikan Realisasi Biaya Pekerjaan (RBP). Jumlah penggunaan dana proyek dalam RBP ini seharusnya lebih kecil atau paling tidak sama dengan yang tercantum dalam RAB, agar didapat keuntungan perusahaan. Namun dalam usaha memperoleh keuntungan ini mestinya tidak mengurangi kualitas dan kuantitas hasil kerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pengendalian biaya untuk mencapai tujuan tersebut.

Kurva S (skripsi dan tesis)

 Kurva S pertama kali dikembangkan atas dasar pengamatan terhadap pelaksanaan sejumlah proyek dari awal hingga selesai. (http://hansenkammer.wordpress.com/2011/05/05/metode-penjadwalan proyek/) Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan. (Luthan & Syafriandi, 2006) Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut :
 a. Menentukan waktu penyelesaian proyek.
 b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek.
 c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai

Definisi Proyek (skripsi dan tesis)

Sebuah proyek merupakan suatu upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. (Nurhayati, 2010) Dari definisi proyek di atas, terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah : a. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan. c. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Manajemen Konstruksi (skripsi dan tesis)

Manajemen konstruksi (construction management) adalah bagaimana agar
sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method.
Manajemen pengelolaan setiap proyek konstruksi sipil meliputi delapan fungsi dasar manajemen (Ervianto, 2002), yaitu: Penetapan tujuan (goal setting), Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengisian staff (staffing), Pengarahan (directing), Pengawasan  (supervising), Pengendalian (controling) dan Koordinasi (coordinating)

Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sebagaimana kita ketahui dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang
konstruksi memiliki organisasi yang  terstruktur secara utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi baik secara fisik seperti halnya pimpinan, pelaksana pekerjaan, ahli, material / bahan, dana, informasi, pemasaran dan pasar itu sendiri. Mereka saling bahu-membahu
melaksanakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses pekerjaan yang saling berhubungan karena adanya interaksi dan ketergantungan, segala aktivitas dalam sebuah perusahaan menunjukan adanya sistem didalam-nya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa pengertian tentang sistem adalah suatu proses dari gabungan berbagai komponen /
unsur / bagian / elemen yang saling berhubungan, saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Tarore dan Mandagi, 2006).
Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin
organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumbar daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien
(Abrar Husein, 2008). Secara sistematis fungsi manajemen menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk itu perlu diterapkan fungsi-fungsi dalam manaje-men itu sendiri seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan dan pengendalian (controlling).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditinjau dari segi keilmuan dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3
(Soemaryanto, 2002). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008) Menurut Peraturan Menteri No PER. 05 /
MEN /1996, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008)
adalah:
1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan
kerugian-kerugian lainnya.
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3,
khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Peraturan dan prosedur keselamatan kerja (skripsi dan tesis)

Peraturan dan prosedur keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat meminimalisasi kecelakaan yang diakibatkan adanya kondisi tidak
aman (Pipitsupaphol, 2003) karena dapat memberikan gambaran dan batasan yang jelas terhadap penerapan program keselamatan kerja pada proyek konstruksi. Mohamed (2002) mengungkapkan bahwa peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan oleh perusahaan hendaknya mudah dipahami dan tidak sulit untuk diterapkan pada proyek konstruksi, ada sangsi
yang tegas bila peraturan dan prosedur keselamatan kerja dilanggar, dan ada perbaikan secara berkala sesuai dengan kondisi proyek konstruksi.
Permasalahan yang sering muncul adalah perusahaan menerapkan peraturan dan prosedur yang tidak sesuai dengan keadaan proyek konstruksi, maupun sulit diterapkan pada pekerjaan, sehingga hal tersebut mendorong pekerja untuk melanggar peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Komitmen top manajemen (skripsi dan tesis)

Menurut Reason (1997), program keselamatan kerja hendaklah dimulai dari awal, dalam hal ini dimulai dari tingkat teratas organisasi (top management)
perusahaan tersebut. Untuk memulai program keselamatan kerja, top management dapat merumuskan suatu kebijakan yang menunjukkan
komitmen terhadap masalah keselamatan kerja. Langkah awal ini selanjutnya akan menentukan pengambilan kebijakan berikutnya dalam hal
keselamatan kerja. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Cheyne et al., 1998; Mohamed 2002; Pipitsupaphol, 2003) menunjukkan bahwa faktor
komitmen merupakan salah satu faktor utama budaya keselamatan kerja, dimana tanpa dukungan dari pihak manajemen sangatlah sulit untuk mencapai
keberhasilan dalam menjalankan program keselamatan kerja

Budaya keselamatan kerja (skripsi dan tesis)

Budaya keselamatan kerja merupakan salah satu komponen penting dari budaya organisasi yang membahas keselamatan kerja individu, pekerjaan dan
hal-hal yang diutamakan oleh organisasi mengenai keselamatan kerja. Budaya keselamatan kerja menurut Uttal (1983) merupakan gabungan dari nilainilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berinteraksi dengan struktur organisasi dan sistem pengendalian yang membentuk norma-norma perilaku (dikutip dari
Cooper, 2000). Sedangkan menurut Turner (1992), budaya keselamatan kerja merupakan kumpulan kepercayaan, norma, sikap, peraturan dan  praktek-praktek sosial serta teknis yang ditujukan untuk mengurangi kondisi yang dapat membahayakan pekerja, manajer, pelanggan dan anggota masyarakat.

Perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja (skripsi dan tesis)

Perilaku tidak aman pekerja dapat berupa kesalahan atau kelalaian yang dilakukan manusia. Reason (1990) membagi perilaku ini menjadi tiga tingkatan, yaitu: skill-based error, kesalahan yang berhubungan dengan keahlian dan kebiasaan pekerja; rule-based error, kesalahan dalam memenuhi standard dan prosedur yang berlaku; dan knowledge-based error,
kesalahan dalam mengambil keputusan karena kurangnya pengetahuan. Selain itu, Reason juga menambahkan violation atau pelanggaran sebagai
salah satu bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh pekerja.
Pada penelitian ini faktor perilaku pekerja terdiri dari delapan indikator, yaitu: (1) melaporkan kecelakaan yang terjadi, (2) mengingatkan pekerja lain tentang
bahaya dan keselamatan kerja, (3) menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, (4) meletakkan material dan peralatan pada tempat yang ditentukan,
(5) mengikuti semua prosedur keselamatan kerja, (6) mengikuti semua instruksi dari atasan, (7) bergurau dengan rekan kerja waktu bekerja, (8) melakukan gerakan berbahaya seperti berlari, melempar, dan melompat.

Profil Produktivitas (skripsi dan tesis)

Dalam hubungan produktivitas dikenal pola umum yang
menggambarkan profil kecenderungan naik turunnya
produktivitas tenaga kerja (direct labor) selama tahap
kontruksi. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai
berikut :
1. Mobilisasi :Pada tahap awal ini yang berlangsung10-15% dari masa konstruksi, produktivitas berkurang (±10%). Hal ini karena para pekerja memerlukan masa pengenalan dan peyesuaian pekerjaan. juga pada masa menanjak (build up) sering kali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja yang diperlukan sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
2. Periode Puncak :Pada masa ini dicapai produktivitas optimal, jumlah tenaga kerja tidak bertambah dan telah terbiasa dengan pekerjaan maupun kondisi medan atau lapangan yang dihadapi.
3. Periode Menurun : Pada masa menjelang akhir
konstruksi, produtivitas cenderung menurun,
terutama disebabkan oleh :
 Kurang tepatnya perencanaan. Misalnya masa kontrak kerja belum berakhir sadangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja.
 Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja yang berikutnya.
 Terlambatnya demobilisasi, sering dijumpai penyelia ingin menahan pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan

Tenaga Kerja Konstruksi (skripsi dan tesis)

Yang perlu ditinjau disini adalah produktivitas tenaga kerja : kualitas dan kuantitas kerja, efisiensi rencana kerja, jam kerja, kondisi lingkungannya dan lain-lain.
Berikut ini adalah fungsi dan tugas dari tenaga kerja berdasarkan keahliannya:
1. Mandor adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Mandor membawahi langsung
pekerja-pakerja atau tukang-tukang.
2. Kepala tukang adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang pertukangan untuk jenis pekerjaan tertentu dan memberi petunjuk-petunjuk
kepada para tukang yang berhubungan dengan jenis pekerjaan tersebut.
3. Tukang adalah orang yang langsung mengerjakan pekerjaan dilapangan dalam bidang tertentu sesuai petunjuk kapala tukang. Orang-orang ini biasanya memiliki sedikit keterampilan.
4. Pekerja (Buruh) adalah orang yang membantu tukang atau kepala tukang untuk semua jenis pekerjaan tanpa harus memiliki keahlian atas
pekerjaan tertentu.
Produtivitas tenaga kerja mencerminkan manfaat tenaga kerja, intensitasnya menunjukkan jumlah kerja.Adapun pengertian produktivitas menurut ILO “penelitian kerja dan produktivitas” adalah perbandingan antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah tiap sumber tenaga kerja yang dipakai selama produksi berlangsung. Secara umum dapat dikatakan bahwa produktivitas tenaga kerja
adalah volume pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang pekerja atau oleh satu tim pekerja (kelompok pekerja) selama tenggang waktu tertentu.
Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi 2
yaitu:
a. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja (labour supplier) dengan kontraktor
untuk jangka waktu tertentu.
b. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
Umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki kemampuan dan kecakapan dasar.
Produktivitas tenaga kerja besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan proyek antara lain pada aspek jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan. Apabila pada suatu daerah tenaga kerja tersedia cukup banyak, biaya upah kerja menjadi murah sehingga pada situasi seperti ini adalah tidak memerlukan teknologi tinggi.

Keselamatan kerja (skripsi dan tesis)

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (Ridley, 2004). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Armanda, 2006).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. (Ramli, 2010). Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
1) Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
2) Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat. (Austen dan Neale, 1991).

Faktor produktivitas tenaga kerja (skripsi dan tesis)

Menurut Iman Soeharto Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokan menjadi:
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu Kondisi fisik ini berupa iklim, musim, atau keadan cuaca. Misalnya adalah temperatur udara panas dan dingin, serta hujan dan salju. Pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dapat mempercepat rasa lelah tanaga kerja, sebaliknya di daerah dingin, bila musim salju tiba, produktivitas tanaga kerja lapangan akan menurun. Untuk kondisi fisik lapangan kerja seperti rawa- rawa, padang pasir atau tanah
berbatu keras, besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal ini sama akan dialami di tempat kerja dengan keadaan khusus seperti dekat dengan unit yang sedang beroperasi, yang biasanya terjadi pada proyek perluasan instalasi yang telah ada, yang sering kali dibatasi oeh bermacam-macam peraturan keselamatan dan terbatasnya ruang gerak, baik untuk pekerja maupun peralatan. Sedangkan untuk kekurang lengkapnya sarana bantu seperti
peralatan akan menaikkan jam orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sarana bantu diusahakan siap pakai dengan jadwal pemeliharaan yang tepat.
2. Sistem manajemen proyek yang dimaksud dengan supervisi adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan tugas pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas, termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian menjadi langkah-langkah pelaksanaan janngka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau
penyelia lain yang terkait. Keharusan memilikki kecakapan memimpin anak buah bagi penyelia, bukanlah sesuatu hal yang perlu dipersoalkan lagi. Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja, maka kualitas penyelia besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh
3. Skill dan pendidikan termasuk pengaruh faktor lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenaga kerja. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalam lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut.
4. Kesesuain upah dalam meningkatkan produktivitas karyawan dalam melaksanakan pekerjaan diperlukan adanya motivasi kepada para tenaga kerja, yaitu salah satunya dengan memperhatikan upah yang sesuai. Apabila upah tenaga kerja diabaikan oleh perusahaan maka akan menimbulkan
masalah bagi perusahaan, membuat malas para tenaga kerja, mogok kerja, atau melakukan usaha untuk pindah ke perusahaan lain. Tapi sebaliknya apabila perusahaan mempunyai upah dan kesejahteraan tenaga kerja yang direncanakan dengan baik maka itu dianggap faktor yang dapat
memotivasi tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas.
5. Kesehatan Pekerja
Penelitian menunjukan bahwa kesehatan pekerja juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan, dalam arti semakin sehat atau pekerja dalam kondisi yang prima, dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan.
6. Pengalaman
Kurva pengalaman atau yang sering dikenal dengan learning curve. Didasarkan atas asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang mengerjakan pekerjaan relatif sama dan berulang-ulang, maka akan memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.
7. Usia
Usia juga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja, karena didalam usia produktif kerja relatif memiliki tenaga yang lebih untuk meningkatkan produktivi

Material (skripsi dan tesis)

Pada pekerjaan pasangan dinding, material merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan karena sangat mempengaruhi nilai produktivitas. Dalam penelitian ini material dikategorikan jadi dua yaitu bata ringan, dan mortar. Keunggulan utama bata ringan ini terletak pada beratnya yang ringan (400-600 kg/m³), dapat dipotong dengan gergaji biasa, sambungan-sambungan dapat di rekatkan dengan mortar sehingga hasil dinding sangat rata dan teratur. Dari segi ekologi bata ringan ini dapat dinilai baik dalam daya menanggulangi bising dan panas yang tinggi.
Dilihat dari sejarahnya sebenarnya bata ringan bukanlah produk baru karena bata ringan ini ditemukan pada tahun 1923. Bata ringan untuk saat ini banyak dipakai di kawasan Eropa dan Asia. Untuk wilayah Amerika lebih dari 40% pembangunan menggunakan bata ringan. Keuntungan bata ringan yang mempunyai efisiensi sumber daya yang tinggi dalam penerapannya dilapangan berdasarkan hasil wawancara, bahwa dalam pemakaiannya material bata ringan ini sangat mempengaruhi disain struktur bangunan menjadi jauh lebih ringan, pemakaian tulangan yang lebih kecil dan berdampak pada pemakaian bahan-bahan lain yang jauh lebih hemat misalnya: Semen yang dipergunakan untuk pondasi, kolom, balok serta bagian lain dari bangunan yang memakai semen sebagai bahan utamanya menjadi berkurang banyak. Waste material (sisa material) menjadi lebih sedikit karena bata ringan ini tidak mudah pecah dan dikarenakan mempunyai bentuk yang dapat disesuaikan dengan keperluan di lapangan maka dalam penempatannya di lapangan pun lebih mudah untuk dipantau. Dalam bangunan tinggi pemakaian tower crane akan menimbulkan polusi udara yang berasal dari asap sisa pembuangan generator (genset), dan polusi suara yang ditimbulkan oleh generator itu sendiri.
Karena bata ringan mempunyai berat sepertiga dari bata, maka tower crane yang sama dapat mengangkut material bata ringan ini lebih banyak daripada bata biasa sehingga selain menghemat dalam bahan bakar juga mengurangi polusi udara dan suara yang ditimbulkan oleh generator tower crane tersebut.
Pemakaian tulangan yang lebih sedikit tentunya akan menghemat pemakaian bahan material besi tulangan yang akan dipakai secara keseluruhan untuk proyek dan tentunya secara tidak langsung mengurangi polusi udara dan suara yang dihasilkan dari proses pengolahan tulangan tersebut dilapangan (pengelasan, pemotongan)

Tahapan kegiatan pada siklus proyek (skripsi dan tesis)

Tahapan kegiatan pada siklus proyek dapat berbeda karena pola penanganan
dan pengelolaannya cukup berbeda. Siklus proyek menggambarkan urutan
langkah-langkah sejak proses awal hingga berakhirnya proyek. Tahapan
kegiatan dalam siklus proyek konstruksi adalah :
a. Tahap konseptual gagasan : tahapan ini terdiri atas kegiatan perumusan
gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi,
biya dan jadwal proyek.
b. Tahap studi kelayakan : studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan
keputusan tentang kelanjutan investasi pada proyek yang akan
dilakukan. Informasi dan data dalam implementasi perencanaan
proyek lebih lengkap dari langkah di atas sehingga penentuan
dimensi dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan terhadap
aspek-aspek social, buadaya, ekonomi, finansial, legal, teknis dan
administrative yang lebih komprehensif.
c. Tahap detail desain : tahapan ini terdiri atas kegiatan, pendalaman
berbagai aspek persoalan, design engineering dan pengembangan,
pembuatan jadwal induk dan anggaran serta mentukan perencanaan
sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkap dan penentuan
peserta proyek dengan program lelang.
d. Tahap pengadaan : tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksana
dengan menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis
danadministrasi yang lengkap, produk tahapan detail desain. Dari
proses ini diperoleh penawaran yang kompetitif dari kontraktor
dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.
e. Tahap implementasi : tahap ini terdiri atas kegiatan, design engineering
yang rinci, pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan
dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, start
up, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan akhir proyek
adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan
kerja paling maksimal, penjadwalan dan pengendalian yang lebih
cermat serta terperinci dari proses sebelumnya.
f) Tahap operasi dan pemeliharaan : tahap ini terdiri atas kegiatan operasi
rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek serta pemeliharaan
fasilitas bangunan yang dapat digun

Keterlambatan Proyek (skripsi dan tesis)

Proyek sering mengalami keterlambatan. Bahkan bisa dikatakan hampir
80% proyek mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan proyek sering berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi. Waktu (Time) adalah salah satu constraint dalam Project Management di samping biaya (Cost), dan kualitas (Quality). Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, meningkatnya biaya untuk effort mempercepat pekerjaan dan bertambahnya biaya overhead proyek.
Dampak lain yang juga sering terjadi adalah penurunan kualitas
karena pekerjaan “terpaksa” dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya
sehingga memungkinkan beberapa hal teknis “dilanggar” demi mengurangi
keterlambatan proyek. Keterlambatan proyek akan menyebabkan kerugian
bagi pihak Pemilik Proyek yang tidak sedikit.
Kehilangan kesempatan / opportunity karena proyek belum bisa
menghasilkan profit sudah sering terjadi. Kejadian ini umunya menjadi
sumber konflik baru bagi Penyedia Jasa dan Pemilik Proyek itu bagi Pemilik
Swasta. Bagi proyek pemerintah, misalnya pada proyek rumah sakit, maka
kerugian akan mengarah pada kerugian non-materiil seperti tertundanya
penggunaan ruang operasi yang sifatnya urgent sehingga pasien harus
dirujuk ke rumah sakit lain jika tidak operasinya ditunda.
Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal seperti yang
telah disebutkan di atas yaitu aspek yang terpengaruh dan faktor yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun faktor yang terpengaruh
menyebabkan proyek terlambat adalah:
 Keterlambatan terkait material
 Keterlambatan terkait tenaga kerja
 Keterlambatan terkait peralatan
 Perencanaan yang tidak sesuai
 Lemahnya kontrol waktu proyek
 Keterlambatan Sub-kontraktor
 Koordinasi yang lemah
 Pengawasan yang tidak memadai
 Metode pelaksanaan yang tidak sesuai
 Kurangnya personil secara teknikal
 Komunikasi yang lemah.
Lebih lanjut pada penelitian tersebut, dilakukan analisis mengenai faktor
yang berkontribusi pada keterlambatan proyek yang dikaji dari penelitian
sebelumnya. Hasilnya diperoleh suatu peringkat 25 faktor yang paling
berkontribusi atau paling mempengaruhi keterlambatan proyek.
Metode pelaksanaan pekerjaan atau yang biasa disingkat CM
(Construction Method) merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis
dengan teknik sehubungan dengan tersedianya suber daya yang dibutuhkan
dan kondisi medan kerja guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan
efisien. Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut sebenarnya telah dibuat oleh
kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat atau pun mengajukan
penawaran pekerjaan.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian dapat berupa
pengawasan, pemeriksaan serta tindakan koreksi yang dilakukan selama
proses implementasi. Sasaran dan tujuan seperti optimasi kinerja biaya,
mutu, waktu dan keselamatan kerja harus memiliki format terstandar kriteria
sebagai alat ukur, agar dapat mengindikasikan pencapaian kinerja proyek.
Alat ukur yang digunakan dapat berupa jadwal, kuantitas pekerjaan, standar
mutu/spesifikasi pekerjaan serta standar keselamatan dan kesehatan kerja
yang untuk selanjutnya diproses dalam suatu sistem informasi

Pengukuran Produktivitas Kerja (skripsi dan tesis)

Pengukuran produktivitas kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan
mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target
dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan.
Untuk mengukur suatu produktivitas dapatdigunakan dua jenis ukuran jam
kerja manusia yakni jam – jam kerja yang harus dibayar dan jam – jam kerja
yang harus dipergunakan untuk bekerja.
Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu :
a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti
ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga
kerja.
b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan
nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya.
(Ravianto, 1986 : 21)

Produktivitas kerja (skrispi dan tesis)

Produktivitas kerja adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang
lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum. (The Liang Gie,1981
: 3). Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 :
12). Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang
dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put).
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).
Soepardi Harris, Bambang Perkasa Alamdan Arief Nugroho Wibowo
58 Tecnoscienza Vol.2 No.1 Oktober 2017
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja
adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan
input yang digunakan, seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila
mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam
waktu yang singkat atau tepat. Faktor yang mempengaruhi Produktivitas
Kerja.
Untuk mencapai produktivitas yang tinggi suatu perusahaan dalam
proses produksi, selain bahan baku dan tenaga kerja yang harus ada juga
didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pendidikan
2. Keterampilan
3. Sikap dan etika kerja
4. Tingkat penghasilan
5. Jaminan sosial
6. Tingkat sosial dan iklim kerja
7. Motivasi
8. Gizi dan kesehatan
9. Hubungan individu
10. Teknologi
11. Produksi.
(Ravianto, 1985 : 139).

Perhitungan Optimalisasi Produktuvitas Tenaga Kerja (skripsi dan tesis)

Perhitungan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan Standard time. Standard time dihitung dengan menggunakan metode time study, dimana metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan. Langkah perhitungan untuk mendapat nilai optimal dari produktivitas sebagai berikut :

1. Menghitung standard time setiap breakdown pekerjaan pembesian dengan metode time study.

2. Menghitung besar rata-rata produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan pembesian.

3. Dengan cara mendesain standard time yang baru yang diperlukan untuk mengoptimalkan produktivitas dengan berpatokan dengan standard time yang dihitung sebelumnya.

Perhitungan Produktivitas dengan menggunakan Metode Time Study (skripsi dan tesis)

Metode time study digunakan untuk menghitung nilai standard time suatu pekerjaan. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan, bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dari tahap awal hingga tahap akhir. Tahap-tahap pengamatan dengan cara time study :
1. Menentukan jenis pekerjaan yang akan diamati dan memahami kondisi pekerjaan pada saat itu.
2. Setiap pekerjaan di-breakdown menjadi beberapa elemen pekerjaan
3. Setiap breakdown pekerjaan diamati dari tahap awal hingga akhir
4. Waktu yang dicatat dimasukkan didalam lembaran time study
5. Mengkonversikan upah pekerja kedalam tukang dengan standard upah tukang
6. Menghitung nilai basic time dengan mengalihkan nilai konversi upah tukang dengan waktu dicatat
7. Data basic time kemudian dihitung dengan memperhatikan waktu contingency dan relaxation
untuk memperoleh standart time.
Langkah-langkah perhitungan dengan cara time study sehingga didapat nilai produktivitas.
1. Mencatat waktu setiap kali pengamatan elemenelemen pekerjaan dilapangan dan kemudian dimasukan dalam lembar time study untuk
memperoleh nilai basic time dari tiap pengamatan
setiap elemen pekerjaan. Nilai basic time adalah
nilai manhour untuk 1 volume pekerjaan.
2. Nilai basic time dari tiap pengamatan elemenelemen pekerjaan kemudian di jumlah dan diratarata untuk memperoleh average basic time
3. Nilai average basic time kemudian dihitung dengan memperhatikan waktu contingency dan relaxation untuk memperoleh nilai standard time dari tiap elemen pekerjaan
4. Setelah itu dihitung total standard time dari tiap elemen pekerjaan dengan cara mengalikan nilai standard time elemen pekerjaan dengan volume
perolehan untuk elemen pekerjaan tersebut ( volume ) perolehan dan total standard time haruslah berasal dari 1 kali pengamatan dalam waktu tertentu
5. Membandingkan volume total perolehan pekerjaan dengan total standard time untuk memperoleh nilai produktivitas suatu pekerjaan

Prinsip Metode Time study  (skripsi dan tesis)

 

Rating
Ervianto (2004) mengemukakan pada umumnya penelitian dilakukan berdasarkan angka 100, yang memberikan informasi bahwa kinerja yang
terjadi dalam keadaan normal.
Basic Time
Basic time, adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dengan rating standard. Angka basic time di peroleh dengan rumus:
Basic time = observed time x (observed rating / standard rating )
Basic Time dihitung pada sejumlah observasi/pengamatan kemudian diambil nilai rataratanya. Dalam hal ini nilai rata-rata digunakan sebagai dasar basic time dari suatu kegiatan (Ervianto 2004).
Standard Time
Yang di maksud dengan standard time adalah “waktu seharusnya” yang dapat dicapai oleh tenaga ahli yang bekerja dengan standard rating untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk menentukan standard time juga harus
diperhitungkan tentang Relaxation Allowance ( waktu relaksasi ) dan Contingency ( waktu kontigensi ).
Waktu relaksasi adalah waktu di saat pekerja harus berhenti sejenak dari pekerjaan yang mereka lakukan untuk menyegarkan kembali kondisi
badan mereka. Untuk lebih jelas tentang penyebab diperlukannya relaksasi dapat dilihat pada tabel relaksasi akibat faktor panas dan kelembapan udara
dan tabel pengaruh relaksasi terhadap basic time.

Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi (skripsi dan tesis)

Ukuran produktivitas yang sering diamati
adalah berkaitan dengan tenaga kerja. Pengertian
tenaga kerja menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 13 Tahun 2003 adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. (Seri Perundang-undangan,Undang –
undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan).
Berikut adalah fungsi dan tugas-tugas
tenaga kerja berdasarkan kehaliannya :
1. Mandor adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
jenis pekerjaan tertentu. Mandor membawahi
langsung pekerja-pekerja atau tukang-tukang.
2. Kepala tukang adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam bidang pertukangan untuk
jenis pekerjaan tertentu dan memberi
petunjuk-petunjuk kepada para tukang yang
berhubungan dengan jenis pekerjaan tersebut.
3. Tukang adalah orang yang langsung
mengerjakan pekerjaan dilapangan dalam
bidang tertentu sesuai petunjuk kepala
tukang.orang-orang ini biasanya memiliki
sedikit keterampilan.
4. Pekerja (buruh) adalah orang yang membantu
tukang atau kepala tukang untuk semua jenis
pekerjaan tanpa harus memiliki keahlian atas
pekerjaan tertentu.

Manfaat Sampah (skripsi dan tesis)

Sampah merupakan masalah yang paling sering ditemui terutama pada daerah-daerah yang sedang berkembang dan dikota-kota besar, jika tidak diperlakukan dengan benar, sampah ini dapat menimbulkan masalah yang serius bagi manusia, oleh karenanya sampah harus diperlakukan dengan benar dan ditangani secara serius dengan memanfaatkan sisa-sisa dari kegiatan manusia tersebut.

Sebenarnya sampah yang dianggap tak berguna itu memiliki manfaat yang cukup besar untuk manusia. Berikut beberapa manfaat sampah untuk manusia diantaranya (Sejati, 2009)

  1. Sebagai pupuk organik untuk tanaman. Limbah dari sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanaman dengan menyulap sampah menjadi kompos. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah, dengan meningkatkan kandungan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air dalam tanah.
  2. Sumber humus. Sampah orgnaik yang tenah membusuk seperti dapat menjadi humus yang dibutuhkan untuk tanah untuk menjaga kesuburan tanah. serta menjadi sumber makanan yang baik bagi tumbuh-tumbuhan, meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, mencegah pengerukan tanah, menaikkan aerasi tanah, menaikkan foto kimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik racun.
  3. Sampah dapat didaur ulang. Limbah sampah dari plastik dan kertas dapat didaur ulang menjadi berbagai barang yang bermanfaat seperti menjadi produk furnitur yang cantik. Atau didaur ulang kembali menjadi bahan baku pembuatan produk plastik atau kertas.

Pengelolaan sampah (skripsi dan tesis)

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Diantaranya kegiatan pengelolaan sampah meliputi penanganan ditempat, pengumpulan sampah, transfer dan transport, dan pengolahan. (Sejati, 2009)

  1. Penanganan di Tempat (on place handling)

Penanganan sampah di tempat adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan dilokasi tempat pembuangan, penanganan sampah di tempat dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada terhap-tahap yang meliputi pemilahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang, dengan tujuan untuk mereduksi besarnya timbunan sampah.

  1. Pengumpulan (collection)

Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ketempat pembuangan sementara, dan pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 (dua), yaitu pola individual dan pola komunal.

  1. Pengangkutan (transfer/transport)

Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan truk sampah.

  1. Pengolahan (processing)

Sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya, berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah di antaranya:

  1. Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan yang bertujuan untuk memudahkan penyimpanan dan pengangkutan.
  2. Pembuatan kerajinan daur ulang, yaitu mengubah sampah kering (an-organik) menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis.
  3. Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.

Klasifikasi Sampah (skripsi dan tesis)

Sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori antara lain:

  1. Sampah Berdasarkan Bentuk

Menurut Hadiwiyoto (Sejati, 2009), sampah berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:

  1. Sampah padat (solid) misal: daun, kertas, karton, kaleng, plastik dan logam.
  2. Sampah cair, misalnya bekas air pencuci, bekas cairan yang tumpah, tetes tebu, dan limbah industri yang cair.
  3. Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, amonia, H2S, dan lainnya.
  1. Sampah Berdasarkan Proses Terjadinya

Sampah berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi:

  1. Sampah alami, yaitu sampah yang terjadi karena proses alami, misalnya daun-daun yang rontok.
  2. Sampah non alami, yaitu sampah yang terjadi karena kegiatan manusia, misalnya: plastik dan kertas.
  1. Sampah Berdasarkan Zat Kimia yang Terkandung

Menurut Notoatmodjo (2011), sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat dibedakan menjadi:

  1. Sampah anorganik, yaitu sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam/ besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
  2. Sampah organik, yaitu sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
  1. Sampah Berdasarkan Karakteristik

Menurut Chandra (2007), sampah dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, antara lain:

  1. Garbage, adalah terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
  2. Rubbish, terbagi menjadi 2 yaitu:
    1. Yang mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, seperti kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.
    2. Yang tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, seperti kaca, kaleng, dan sebagainya.
  3. Ashes, adalah semua sisa pembakaran dari industri.
  4. Street sweeping, adalah sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.
  5. Dead animal, adalah segala jenis bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.
  6. House hold refuse, adalah jenis sampah campuran (misalnya, garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.
  7. Abandoned vehicle, adalah sampah yang berasal dari bangkai kendaraan.
  8. Demolision waste, adalah sampah yang berasal dari sisa pembanguman gedung, seperti tanah, batu dan kayu.
  9. Sampah industri, adalah sampah yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
  10. Santage solid, sampah yang terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
  11. Sampah khusus, adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

Sumber Sampah (skripsi dan tesis)

Menurut Budiman Chandra (2007), sumber sampah dapat berasal dari beberapa sumber berikut:

  1. Pemukiman penduduk

Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.

  1. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

  1. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya: rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan tempat khusus dan sampah kering.

  1. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.

  1. Pertanian

Sampah yang dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

 

Pengertian Sampah (skripsi dan tesis)

Sampah didefinisikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau keberadaannya tidak di inginkan lagi . (Saputro, 2015). Menurut Notoatmodjo (2011), pengertian sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga menjelaskan agi tentang definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Secara umum, sampah dapat dibagi dua, yaitu sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering), sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur dan lain-lain, sampah jenis ini dapat terdegrasi (membusuk/hancur) secara alami. Sedangkan sampah kering seperti plastik, kertas, dan kaleng, sampah sejenis ini tidak dapat terdegrasi secara alami dan perlu pengelolaan atau campur tangan manusia untuk mengelola sampah jenis tersebut.

Pengertian Proyek (skripsi dan tesis)

Tampubolon (2004) mendefinisikan proyek sebagai suatu rangkaian kegiatan
yang hanya terjadi sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir
dibatasi oleh kurun waktu tertentu. Sedangkan Munawaroh (2003) menjelaskan proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia. Proyek merupakan kegiatan yang memiliki batas waktu dalam pengerjaannya.
Menurut Subagya (2000) proyek merupakan suatu pekerjaan yang memiliki
tanda-tanda khusus sebagai berikut:
1) Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.
2) Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain.
3) Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks.
Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan
dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk
mendapatkan benefit (Gray, et al., 2007). Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
meliputi pembangunan pabrik, jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan,
gedung sekolah atau rumah sakit, perluasan atau perbaikan program-program
yang sedang berjalan, dan sebagainya. Sedangkan Meredith dan Mantel (2006) mengatakan bahwa “The project is complex enough that the subtasks require careful coordination and control in terms of timing, precedence, cost, and performance.” Dapat diartikan bahwa proyek memiliki subtugas yang cukup kompleks dan memerlukan koordinasi yang cermat, selain itu melakukan kontrol terhadap waktu, biaya dan kinerja.
Menurut Malik (2010) proyek merupakan sekumpulan kegiatan terorganisir
yang mengubah sejumlah sumber daya menjadi satu atau lebih produk barang/jasa bernilai terukur dalam sistem satu siklus, dengan batasan waktu, biaya, dan kualitas yang ditetapkan melalui perjanjian. Dalam sebuah proyek, penggunaan biaya, waktu serta tenaga dibatasi, sehingga penanggung jawab proyek harus bisa mengelola kegiatannya agar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

Probabilitas Umur Proyek (skripsi dan tesis)

 

Seperti telah diuraikan terdahulu, umur proyek ditentukan oleh lintasan yang paling lama waktu pengerjaannya (jalur kritis), dan untuk mengetahui jalur kritis tersebut digunakan data lama kegiatan perkiraan (expected time). Probabilitas waktu pengerjaan proyek dari data expected time, diperkirakan sebesar 50% berhasil dan 50% gagal.

Dalam berbagai proyek kemungkinan sebesar 50% tersebut sangatlah riskan, sehingga perlu ditingkatkan nilainya sampai dengan di atas 80% atau kemungkinan gagal lebih kecil dari 20%, dan untuk mewujudkan hal tersbut diperlukan syarat-syarat sebagi berikut (Tubagus, 1984) :

  • Telah ada network diagram yang tepat
  • Data masing-masing kegiatan harus dinyatakan dalam bentuk 3 perkiraan atau berdasarkan metode PERT.
  • Tingkat probabilitas kemungkinan berhasil atau kemungkinan gagal yang dinginkan telah ditetapkan.

Perbandingan Metode PERT dan CPM (skripsi dan tesis)

Metode PERT dan CPM masing-masing menggunakan prinsip-prinsip pembentukan jaringan dalam perhitungannya sehingga baik metode PERT maupun CPM memiliki urut-urutan yang sama dalam membentuk jaringan awal penyelesaian suatu proyek ataupun kegiatan.Dalam visualisasi penyajian PERT sama halnya dengan CPM, yaitu dengan menggunakan diagram anak panah (activity on arrow) untuk menggambarkan kegiatan proyek. Demikian pula pengertian dan perhitungan mengenai kegiatan kritis, jalur kritis dan float dalam CPM atau slack dalam PERT (waktu luang).

Perbedaan pokok metode PERT dan CPM adalah bahwa CPM memasukkan konsep biaya  dalam proses perencanaan dan pengendalian, PERT bukannya sama sekali mengabaikan faktor biaya namun dalam PERT besarnya biaya diasumsikan berubah ubah sesuai dengan lamanya waktu dari semua aktivitas dalam suatu proyek. Sehingga jika waktu pengerjaan proyek dapat dipersingkat maka dapat diasumsikan bahwa biaya yang untuk proyek tersebut dapat diperkecil.

Selanjutnya dapat pula diasumsikan bahwa penyingkatan waktu selama satu minggu yang dilakukan terhadap aktivitas yang terletak dalam waktu kritis, secara ekonomis adalah sama produktifnya dengan penyingkatan waktu selama satu minggu yang dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas lain yan gterletak pada jalur-jalur kritis yang lain. Jika waktu tercepat yang diharapkan untuk event akhir jaringan telah berhasil dikurangi, maka dianggap bahwa biaya juga berhasil dikurangi.

Perbedaan penting lain antar PERT dan CPM terletak pada metode untuk memperkirakan waktu. Dalam sistem CPM ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap aktivitas yang terdapat dalam jaringan yaitu perkiraan normal (normal estimat) dan perkiraan cepat (crash estimate). Sedangkan PERT menggunakan tiga perkiraan krurun waktu yaitu optimis (a), pesimis (b), dan waktu yang paling memungkinkan (m).

Metode CPM lebih tepat digunakan untuk suatu kegiatan yang waktu, biaya, tenaga kerja dapat diperkirakan dengan tepat. Namun jika waktu penyelesaian memiliki tingkat ketidak pastian yang besar seperti adanya faktor bencana alam dan cuaca yang tidak dapat diprediksi dengan tepat maka metode PERT lebih tepat digunakan. (Soeharto,1997)

 

Program Evaluation Review Technique (PERT) (skripsi dan tesis)

 

Metode yang telah dirancang untuk menentukan lama pengerjaan adalah variabel random yang disebut dengan Program Evaluation Review Technique (PERT). Waktu setiap kegiatan dihitung atas dasar tiga perkiraan, yaitu waktu optimis, waktu pesimistis, dan waktu yang paling mungkin. Notasi yang digunakan untuk ketiga waktu perkiraan tersebut adalah:

  • Waktu optimis = a
  • Waktu pesimis = b
  • Waktu paling memungkinkan = m

.        Mean = te =

Secara singkat ketiga definisi waktu di atas dapat diuraikan sebagai berikut (Levin, 1981) :

  1. Waktu Optimis :

Waktu optimis adalah perkiraan waktu yang memiliki kemungkinan sangat kecil untuk dapat dicapai, yaitu kemungkinan terjadinya hanya 1 kali dalam 100 kemungkinan. Perkiraan ini menggambarkan waktu untuk menyelesaikan proyek jika segala sesuatunya berjala lancar, tanpa persoalan-persoalan maupun cuaca yang tidak cocok, dan sebagainya. Kita tahu bahwa hal ini sangat jarang terjadi, tetapi ia juga mungkin terjadi dalam kemungkinan 1 dalam 100.

  1. Waktu Pesimis :

Waktu pesimis adalah suatu perkiraan waktu yang lain yang mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk dilaksanakan, kemungkinan terjadinya juga hanya 1 dalam 100. Perkiraan waktu ini menggambarkan waktu yang kita butuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas tertentu jika diganggu terus-menerus oleh cuaca yang tidak cocok, kerusakan-kerusakan, bencana alam, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan kejadian yang jarang namun bisa saja terjadi, namun setidaknya harus tetap dipertimbangkan dalam perhitungan sekecil apapun kemungkinannya.

  1. Waktu Paling Memungkinkan :

Waktu yang paling memungkinkan adalah waktu yang berdasarkan pikiran estimator, menggambarkan lamanya waktu yang berdasarkan pikiran estimator,  menggambarkan waktu yang paling sering untuk menyelesaikan suatu aktivitas jika pekerjaan tersebut dilakukan berulang-ulang dalam kndisi yang sama

Distribusi waktu optimis (a), pesimis (b), dan waktu paling memungkinkan (m) mengikuti distribusi beta berbentuk lonceng yang a-simetris ke satu arah.

Metode Jalur Kritis (Critical Path Method / CPM) (skripsi dan tesis)

Metode jalur kritis (CPM) dikembangkan tahun 1957 oleh E.I. du pont Nemours & Company untuk pengawasan proyek konstruksi, dalam metode ini waktu untuk melaksanakan kegiatan sudah pasti dan penentuan jalur kritis dibuat dengan diagram network dengan menggunakan simbol sebagai berikut

  • Anak panah ( ® ) melambangkan kegiatan, di atas anak panah ditulis simbol kegiatan sedangkan di bawah anak panah ditulis waktu kegiatan. Setiap kegiatan dalam network selalu terletak dalam 2 peristiwa.
  • Lingkaran, melambangkan peristiwa di mana lingkaran di terbagi dalam 3 bidang yaitu sebelah kiri disebut nomer peristiwa, sebelah kanan atas disebut saat paling cepat (SPC) dan di sebelah kanan bawah disebut saat paling lambat (SPL).Jika dalam lingkaran terdapat SPC = SPL berarti peristiwa tersebut dikatakan peristiwa yang kritis yaitu peristiwa yang tidak memiliki tenggang waktu antara SPC dan SPL. Dalam diagram network sangat dimugkinkan terdapat lebih dari satu kegiatan yang menuju dan keluar dari peristiwa tapi diantara dua peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan.
  • Anak panah putus-putus melambangkan kegiatan semu (dummy) dalam diagram network kegiatan semu boleh ada dan boleh tidak, karena kegiatan semu dimunculkan untuk menghindari di antara dua peristiwa terdapat lebih dari satu kegaitan. Apabila diagram network tanpa melanggar ketentuan maka kegiatan semu tidak diperlukan dalam diagram network (Bhattacharya, 1997 dan Stevens, 1990)

Dampak Percepatan (skripsi dan tesis)

Dampak paling nyata dengan adanya percepatan adalah kenaikan
biaya langsung (direct costs) (Clough et al. 2000; Gould & Joyce 1994). Biaya
langsung ini berhubungan dengan biaya bahan bangunan, biaya operasi
peralatan, biaya pekerja dan biaya subkontraktor (Ashworth 2002; Gould &
Joyce 1994). Sementara biaya tidak langsung (indirect cost) cenderung
menurun akibat berkurangnya waktu proyek (Clough et al. 2000). Biaya tidak
langsung ini berhubungan dengan biaya pengeluaran kantor (home office
overhead) dan biaya pengeluaran umum proyek (project overhead).
Biaya pengeluaran kantor kantor kontraktor digunakan untuk
menfasilitasi proyek konstruksi, yang termasuk didalamnya seperti biaya
kantor pusat, kantor cabang, workshop, gudang umum untuk bahan bangunan
dan peralatan konstruksi, biaya legal dan admistrasi keuangan, pemasaran,
biaya kualifikasi perusahaan, biaya sehubungan dengan pelelangan.
Sementara, biaya tidak langsung di lokasi proyek dapat berupa biaya
keamanan (e.g. pemagaran proyek, satuan pengamanan), tanda/
keterangan/ petunjuk, pembangunan barak, kantor direksi, gaji dan benefit
staf proyek yang mewakili kontraktor termasuk manajer lapangan atau biaya
supervisi (Ashworth 2002; Gould & Joyce 1994).
Biaya tidak langsung kategori kedua ini yang akan turun bila waktu
proyek diperpendek. Tetapi terbatas pada biaya supervisi atau biaya
variabel (variable cost) seperti gaji pengawas maupun logisti (e.g..
makanan). Sedangkan biaya tetap (fixed cost) seperti biaya pembuatan
barak pekerja dan bagar pengamanan misalnya bersifat tetap (Ashworth 2002; Clough et al. 2000; Gould & Joyce 1994).
Selanjutnya, dengan ada percepatan waktu proyek, manajemen atau
pengelolaan lapangan menjadi lebih sulit dan kompleks. Hal tersebut
diakibatkan jumlah peralatan dan tenaga kerja akan bertambah tetapi
ruang kerja tetap sama. Waktu kerja perlu diperpanjang (i.e. kerja lembur),
hal ini dapat mengakibatkan tekanan pada manajemer lapangan dan
tenaga kerja menjadi bertambah yang berujung pada sensitaf kerja utamanya
berkaitan dengan suasana keselamatan kerja akan berkurang. Situasi kerja
penuh tekanan dapat dengan mudah terjadi kecelakaan yang dapat
berakibat fatal atau kematian (Suraji et al. 2001).
Akibat bertambahnya pekerja dan peralatan, aliran kerja dilapangan
dapat terhambat yang berakhir dengan produktifitas yang menurun Hanna et al. (2005); Moselhi et al. (2004); dan Thomas (2000). Tanpa perhitungan yang matang sehubungan percepatan waktu pelaksanaan proyek konstruksi akan mengakibatkan biaya langsung akan membengkak diluar kendali (Gould &
Joyce 1994; Hanna et al. 2005). Gould & Joyce (1994) merinci dampak
percepatan jadwal pelaksanaan konstruksi sebagai berikut:
 pengawasan lebih sulit
 efesiensi operasi berkurang
 meningkatkan biaya operasi
 pembayaran bahan lebih awal
 biaya transportasi lebih meningkat
 penanganan bahan mebutuhkan
biaya tambah (handling cost)

Alasan Percepatan Proyek (skripsi dan tesis)

Menurut (Gould & Joyce 1994), jadwal proyek dipercepat, karena
alasan kontrak. Alasan ini dapat disebabkan oleh suatu aktifitas atau item
pekerjaan perlu diselesaikan pada waktu tertentu atau dipercepat.
Misalnya untuk menghindari cuaca yang didasarkan atas berita ramalan
cuaca yang tidak biasa terjadi, salah satu item pekerjaan tidak mungkin
dilaksanakan (e.g. pekerjaan pemancangan fondasi tiang beton dermaga). Dengan alasan waktu secara keseluruhan tidak dapat ditunda, maka item pekerjaan pemancangan yang merupakan item kritis perlu dipercepat dengan konsekuensi biaya ditanggu oleh pemilik proyek.
Alasan kedua, berdasarkan analisis ekonomi, beberapa item pekerjaan bila dipercepat dan jatuh pada periode tertentu dalam satu tahun akan memberikan keuntungan secara finansial. Contohnya adalah pada
periode tertentu alat berat susah didapat/disewa, misalnya pada awal
pelakasanaan proyek alat berat banyak digunakan baik untuk pekerjaaan
bangunan gedung (untuk pembersihan, penggalian lubang fondasi) yang jarang menggunakan alat berat, maupun pekerjaan infrastruktur yang membutuhkan alat berat. Untuk menghindari item pekerjaan tertentu
yang mana pekerjaan tersebut memerlukan alat berat yang sulit
didapat, kalaupun ada sewanya mahal. Tetapi sebagai akibatnya, item
pekerjaan lain perlu dipercepat agar supaya jadwal proyek keseluruhan tidak
terlambat. Contoh lainnya adalah waktu hari besar seperti lebaran atau
akhir tahun dan natal, produktifitas pekerja akan menurun atau jumlahnya berkurang. Untuk menghindari periode tersebut, kadang percepatan pekerjaan akan lebih menguntungkan secara ekonomis.
Alasan ketiga, kadang estimasi biaya yang didasarkan pada periode
tertentu dalam tahun sebelumnya untuk item pekerjaan tertentu lebih rendah
dibandingkan dengan biayanya pada periode tertentu pada tahun berjalan
pelaksanaan proyek konstruksi. Dengan alasan penghematan demi menghindari periode tertentu tahun berjalan yang biayanya lebih mahal, manajer proyek kadang perlu memutuskan untuk mempercepat proyek konstruksi. Contoh paling mudah adalah bila terjadi perubahan kebijakan pemerintah dibidang energi, harga biaya transportasi akan meningkat yang berujung peningkatan biaya bahan bangunan. Untuk menghindari kerugian
item pekerjaan yang berpengaruh langsung, percepatan waktu proyek
dapat mengurangi kerugian yang lebih besar.
Sementara menurut (Clough et al. 2000), alasan mempercepat waktu
proyek dikarenakan oleh:

 keinginan penggunaan jasa untuk
mempercepat durasi total pelaksanaan proyek dengan usulan
tambahan biaya;
 untuk menghindari cuaca yang sangat jelek;
 untuk membebaskan pekerja untuk proyek yang lain;
 untuk membebaskan peralatan untuk proyek lainnya;
 untuk mendapatkan bonus dari pengguna jasa atas penyelesaian
pekerjaan lebih awal dari rencana/kontrak; atau
 untuk pengaturan keuangan yang jatuh tempo dalam periode
tertentu pada tahun fiskal berjalan.

Istilah dan Defenisi Percepatan (skripsi dan tesis)

Beberapa istilah percepatan proyek dalam bahasa Inggeris adalah project time acceleration yang berarti percepatan waktu proyek dan project compression yang berarti pemadatan jadwal proyek (Clough et al. 2000; Gould & Joyce 1994). Kedua istilah tersebut dapat diartikan langsung dan
mudah dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Sedangkan istilah
lainnya dalam bahasa Inggeris adalah least cost expediting dan time cost
trade off (Clough et al. 2000). Istilah yang pertama menyangkut kata dasar
expidite yang artinya accomplish (business) quickly (Pearsall 1999).
Lengkapnya least cost expediting berarti proyek diselesaikan secepatnya dengan ongkos yang paling sedikit. Namun juga istilah expediting di dunia industri konstruksi di Amerika berarti juga dukungan waktu yang cukup untuk
operasi pelaksanaan konstruksi (Clough et al. 2000).
Selanjutnya istilah time cost trade off dapat diartikan secara bebas bahwa perubahan waktu dalam hal ini percepatan waktu proyek akan
memberi dampak pada biaya pelakanaan proyek baik kenaikan
maupun penurunan biaya. Tapi umumnya proyek yang sudah kritis dari
segi jadwal dan mempunyai banyak aktivitas kerja akan memberikan
dampak kenaikan biaya yang signifikan bila dipercepat. Hal tersebut sebagai
imbalan (trade off) perubahan waktu (time). Juga ada istilah lain yaitu
crashing yang artinyanya juga memperpendek waktu proyek secara
total akibat adanya satu atau beberapa aktifitas yang diperpendek
(Gould & Joyce 1994). Jadi percepatan proyek dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan jadwal proyek dengan cara memperpendek satu atau lebih aktivitas baik yang berurutan maupun tidak berurutan yang akibatnya
memperpendek total waktu pelaksanaan proyek sebagaimana
yang telah ditetapkan sebelumnya melalui perjanjian antara pihak
pengguna jasa dengan penyedia jasa konstruksi (i.e. kontraktor)

Faktor-Faktor Penentu Pola Permukiman (skripsi dan tesis)

Menurut Amos Rapoport dalam bukunya House, Form and Culture (1996), terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pembentukan suatu permukiman masyarakat vernakular maupun bangunan arsitektur vernakular antara lain :

  1. Iklim Dan Kebutuhan Tempat Tinggal

Iklim sangat berpengaruh pada arsitektur dan berbanding lurus dengan geografi. Namun iklim tidak mempengaruhi perubahan bentuk pada bangunan tapi menyesuaikannya terhadap lingkungan dan iklim sekitar.

  1. Material, Konstruksi, Dan Teknologi

Sudah lama kayu dan batu menjadi bagian material sebuah bangunan serta membentuk karakteristik bangunan tersebut, sikap budaya terhadap arsitektur sangat kuat dan populer dan banyak diterjemahkan dalam teori arsitektur.

  1.  Tapak

Sebuah tapak berperan penting dalam pembangunan dan perancangan sebuah arsitektur, pada masyarakat primitiv sebuah tapak didapatkan secara tidak langsung untuk membangun sebuah pemukiman.

  1. Ketahanan

Ketahanan pada suatu bangunan diperlukan untuk menjaga keseimbangan stuktur agar mampu bartahan dalam waktu yang panjang, pada umumnya masyarakat tradisional membangun rumah dengan bentuk struktur yang berbeda-beda sesuai iklim dan lingkungan.

  1. Ekonomi

Ekonomi suatu masyarakat adat pada dasarnya berbeda, tapi pada umumnya masyarakat vernakular di Indonesia adalah agraris yang memanfaatkan lahan untuk bidang persawahan, dan perkebunan untuk menopang ekonomi mereka.

  1. Kepercayaan

Kepercayaan suatu masyarakat tergantung lokasi dan kondisi serta budaya yang mempengaruhi masyarakat tersebut, pada umumnya kepercayaan masyarakat primitif atau vernakular tertuju pada suatu kondisi alam sekitarnya.

Klasifikasi Permukiman (skripsi dan tesis)

  1. Permukiman Darurat

Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditempatkan diperkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan bantuan berupa makanan, pakaian dan obat obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan lain lain.Daerah permukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga kemungkinan penjalaran penyakit akan mudah terjadi.

  1. Permukiman tradisional

Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap pengembangan dan pola penataan permukiman, kesehatan serta masalah sosial dan budaya lainnya.

  1. Permukiman kumuh (slum area)

Jenis permukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih baik. sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka banyak diantara mereka manjadi orang gelandangan. Di kota umumnya sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oleh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya mereka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar)

  1. Permukiman untuk kelompok-kelompok khusus

Perkampungan seperti ini biasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi orang -orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah dirancanakan . Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalankan tugas. setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing masing. contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga nasional ) perkampungan orang -orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain

  1. Permukiman baru.

Permukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat permukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan permukiman). Dipermukiman seperti ini biasanya memiliki fasilias sarana dan prasarana yang memadai.

  1. Permukiman Transmigrasi

Jenis permukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah permukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang/kurang penduduknya. Ditempat ini mereka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani, bercocok tanam oleh pemerintah.

Teori Permukiman (skripsi dan tesis)

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 bab 1,pasal 1, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Sedangkan Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Sarana lingkungan permukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sedangkan Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya,prasarana meliputi jaringan jalan raya, jaringan utilitas seperti : air bersih, air kotor, pengaturan air hujan, jaringan telepon, jaringan listrik dan sistem pengelolaan sampah.

Sebuah permukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara keseluruhan dapat dilihat dari elemen pembentuk pola permukiman.Permukiman sebagai produk tata ruang mengandung arti tidak sekedar fisik saja tetapi juga menyangkut hal-hal kehidupan. Permukiman pada dasarnya merupakan suatu bagian wilayah tempat dimana penduduk/pemukim tinggal, berkiprah dalam kegiatan kerja dan kegiatan usaha, berhubungan dengan sesama pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi berbagai kegiatan kehidupan.

Menurut Doxiadis (1974) dalam Kuswatojo (2005), permukiman merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk oleh 5 (lima) unsur utama yaitu :

  1. Alam (nature), lingkungan biotik maupun abiotik. Permukiman akan sangat ditentukan oleh adanya alam baik sebagai lingkungan hidup maupun sebagai sumber daya seperti unsur fisik dasar.
  2. Manusia (antropos), Permukiman dipengaruhi oleh dinamika dan kinerja manusia
  3. Masyarakat (society), hakekatnya dibentuk karena adanya manusia sebagai kelompok masyarakat. Aspek-aspek dalam masyarakat yang mempengaruhi permukiman antara lain : kepadatan dan komposisi penduduk, stratifikasi sosial, struktur budaya, perkembangan ekonomi, tingkat pendidikan, kesejahteraan, kesehatan dan hukum.
  4. Ruang kehidupan (shell), ruang kehidupan menyangkut berbagai unsur dimana manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat melaksanakan kiprah kehidupannya.
  5. Jaringan (network), yang menunjang kehidupan (jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, telekomunikasi, listrik dan sebagainya).

Revitalisasi Kawasan (skripsi dan tesis)

Menurut Piagam Burra dalam Surya (2009), revitalisasi adalah menghidupkan kembali kegiatan sosial dan ekonomi bangunan atau lingkungan bersejarah yang sudah kehilangan vitalitas fungsi aslinya, dengan cara memasukkan fungsi baru ke dalamnya sebagai daya tarik, agar bangunan atau lingkungan tersebut menjadi hidup kembali. Revitalisasi Kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat (Jefrizon, 2012).

Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan).

Revitalisasi merupakan serangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai – nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan yang mempunyai potensi atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau. (Departemen Kimpraswil, 2002) Revitalisasi merupakan pemberdayaan daerah dalam usaha menghidupkan kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota. (Antariksa, 2009)

Revitalisasi kawasan merupakan suatu kegiatan yang kompleks sehingga perlu tahapan-tahapan agar terlaksana dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut (Martokusumo, 2006):

  1. Intervensi fisik

Citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, sehingga intervensi fisik perlu dilakukan. Revitalisasi fisik merupakan strategi jangka pendek yang dimaksudkan utnuk menciptakan keadaan yang kondusif untuk mendoronng terjadinya penigkatan kegiatan ekonomi jangka panjang. Revitalisasi dilakukan melalui upaya yang meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas fisik bangunan, tata ruang hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (open space). Kondisi lingkungan binaan yang berkaitan isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting untuk diperhatikan.

  1. Rehabilitasi ekonomi

Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus didukung dan sekaligus didukung oleh rehabilitasi/pemulihan kegiatan ekonomi lokal. Kegiatan ekonomi lokal diharapkan mampu mendukung keberlanjutan ekonomi kawasan yang tentunya berdampak kepada nilai tambah suatu kawasan. Dalam konteks ini perlu dikembangkan fungsi-fungsi campuran (mixed use development) yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi (penyediaan lapangan kerja) dan sosial (vitalitas baru). Pemanfaatan kawasan secara produktif dapat membentuk mekanisme perawatan dan kontrol terhadap kelangsungan fasilitas dan infrastruktur kota.

  1. Rekayasa sosial/pengembangan institusional

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar menciptakan beautiful place saja. Kegiatan rekayasa sosial atau pengembangan institusional mampu meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri. Untuk itu diperlukan pengembangan intitusi yang akuntabel seperti penggalangan kemitraan, diskusi lintas pelaku (stakeholders) dan perwujudan good urban governance.

Urban Design (Perancangan Kota) (skripsi dan tesis)

            Urban design pada dasarnya merupakan perancangan fisik dan ruang suatu kawasan termasuk mengenai aturan pengendaliannya yang di tunjukan untuk kepentingan umum.  Ruang-ruang yang berada diantara bangunan disebut juga lingkup urban design. Dalam aspek tata guna lahan, juga harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhinya yaitu zoning, dimana zoning diartikan merupakan suatu aturan legal yang mengatur peruntukan penggunaan lahan. Kevin Lynch (1984) dalam bukunya Good City Form dan Image of The Citydesign berhubungan dengan 3 elemen yaitu :pola aktivitas, pola sirkulasi dan pola daribentuk yang dapat mendukungnya. Sedangkan keseluruhan konfigurasi dan penampilan tata massa dan bentuk bangunan juga dapat diarahkan pada tema daerah yang akan dicapai tercapai kualitas citra (image) district.Perancangan kota adalah bagian dari rangkaian perencanaan kota yang mencakup penataan kota dari segi bentuk, penampilan, kinerja, estetika dari struktur fisik dan lingkungannya.

Hamid Shirvani (1985) Dalam bukunya “Urban Design Proces”urban design (perancangan kota) merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasil perencanaan kota belum selesai atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana yang telah disusun. Urban design  memiliki tekanan pada penataan lingkungan fisik kota.

Elemenurban design  yang membentuk suatu kota (terutama pusat kota) menurut Hamid Shirvani(1985) :

  1. Land Use(Tata Guna Lahan)

Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan lahan sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di tempat-tempat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Pemisahan letak fungsi lahan dengan pertimbangan optimalisasi lahan. Kebijaksanaan tata guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan individual. Terdapat perbedaan kapasitas (besaran) dan pengaturan dalam penataan ruang kota, termasuk didalamnya adalah aspek pencapaian, parkir, sistem transportasi yang ada, dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara individual. Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah : pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

  1. Bentuk dan Massa Bangunan (Building form and massing)

Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa (banyak bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur. Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu : Ketinggian Bangunan,kepejalan bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB),Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage), Garis Sempadan Bangunan (GSB), skala, material, tekstur, warna

  1. Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain sebagainya. Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.

  1. Ruang Terbuka

Berbicara tentang ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap. Elemen lansekap terdiri dari elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, taman dan sebagainya. Dalam perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan (street furniture). Street furniture ini bisa berupa lampu, tempat sampah, papan nama, bangku taman dan sebagainya.

  1. Jalan Pejalan Kaki (Pedestrian)

Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang. Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya.

  1. Aktivitas Pendukung

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktifitas pendukung meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki, tapi juga harus mempertimbangkan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.

Tata Ruang (skripsi dan tesis)

Tata ruang di artikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan keruangan. Tata ruang sebagai hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan ruang. Tata Ruang terkait dengan suatu penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan. Didalam tata ruang terdapat suatu distribusi dari tindakan manusia dan kegiatannya untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan sebelumnya. Tata ruang merupakan penjabaran dari suatu produk perencanaan fisik ruang apakah itu ruang terbatas maupun ruang tak terbatas.

            Pada Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 bab1 pasal 1, tentang penataan ruang, tata ruang diartikan sebagai suatu wujud struktural dan pola ruang(terjadi secara alami). Wujudbentuk dan struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional.

Penataan ruang (Spatial Planning) adalah perencanaan, pemanfaatan ruang. Sedangkan rencana tata ruang (Spatial Plan) diartikan sebagai hasil perencanaan tata ruang, berupa arahan kebijakan dan memperuntukkan (alokasi) pemanfaatan ruang yang secara struktural mengambarkan ikatan fungsi lokasi yang terpadu dari berbagai kegiatan kehidupan. Ruang/space adalah wadah tempat berlansungnya kehidupan yang menyangkut ruang daratan, ruang lautan, ruang udara, termasuk didalamnya tanah, air, udara beserta benda-benda serta sumber daya dan keadaan alam sebagai suatu kesatuan wilayah tempat manusia dengan berbagai kegiatannya serta berbagai makluk lainnya melakukan dan melaksanakan kehidupannya.

Ruang  dapat diciptakan dari adanya aktifitas dan perilaku baik secara ekonomi sosial dan budayadimana lebih menunjukan pada kondisidan keberadaan lingkungan permukiman. Dalam arsitekur, tidak hanya membayangkan sebuah bangunan sebagai masa padat tetapi juga sebagai ruang-ruang yang dibentuk oleh perletakan dari bangunan-bangunan yang ada. Ruang pada dasarnya terbentuk kerena adanya hubungan antara objek dan manusia yang melihatnya, sebagai satu kesatuan bentuk yang terbatas dan tidak terbatas.

            Urban space terbentuk dari dinding/facade bangunan dan lantai kota yang pada dasarnya dibedakan oleh karakteristik yang menonjol seperti kualitas yang melingkupi, kualitas pengolahan ruang, dan aktifitas yang berlangsung didalam ruang. Sedangkan menurut Rob Krier (1979) urban space dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

  1. Berbentuk linear, yaitu ruang terbuka umumnya hanya mempunyai batas disisi-sisinya misalnya berbatasan dengan pedestrian, jalan, bangunan dan sebagainya.
  2. Berbentuk Cluster, yaitu ruang terbuka yang mempunyai batas-batas disekelilingnya Misalnya (kompleks pertokoan)

Ruang terbuka berfungsi sebagai sarana sosial yang dipengaruhi oleh elemen-elemen fisik arsitektur sehingga tujuan urban design(perancangan kota)adalah menciptakan ruang publik sebagai tempat untuk bertemu dan berinteraksi. Perwujudan ruang terbuka untuk masyarakat umum ditunjukkan dalam kawasan kota juga dalam bangunan, dengan kata lain Urban Open Spaceterbentuk akibat dari fasade bangunan tertentu dan open space yang ada di dalam bangunan

            Suatu lingkungan merupakan hubungan saling ketergantungan yang menerus antara  elemen-elemen fisik dan manusia yang ada didalamnya, hubungan dan berjalan rapi dan memiliki pola tertentu. Hubungan ini dalam lingkungan fisik membentuk ruang, yang merupakan bagian yang paling mendasar di mana manusia akan saling dihubungkan didalam ruang dan oleh ruang. Pemahaman makna ruang bagi komunitas yang satu akan berbeda dengan komunitas yang lainnya.

            Pola tata ruang mengandung tiga elemen (Aunurrofieq, 1998 dalam Dwi Lenstari, 2003),yaitu :

  1. Ruang dengan elemen penyusunnya (bangunan dan ruang sekitarnya)
  2. Tatanan (formation) mempunyai makna komposisi, serta pola atau model dari suatu komposisi. Dengan demikian pembahasan pola tata ruang akan mencakup karakteristik ruang (jenis dan unsur pembentuknya)
  3. Dimensi ruang, orientasi, dan hubungan antar ruang merupakan model tata ruang pemukiman.

            Sehingga didalam perkotaan terdapat konsep yang terdiri dari ruang (space), kehidupan sehari-hari (everyday life), serta hubungan sosial. Disini nilai ruang bisa berbeda, hal ini disebabkan oleh hirarki ruang yang menunjukan perbedaan derajat kepentingan baik secara fungsional, formal maupun simbolik. Sistem tata ruang bisa tercipta dengan adanya besaran atau ukuran yang berbeda, bentuk yang unik dan lokasi (Ching, DK, 1996)

Pengertian Kawasan Tumbuh Cepat (skripsi dan tesis)

Kawasan tumbuh cepat merupakan bagian dari perkembangan wilayah. Berdasarkan klasifikasi wilayahnya kawasan tumbuh cepat termasuk dalam wilayah fungsional yaitu kawasan budidaya yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan produksi, jasa, dan pemukiman yang memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ekonomi daerah, serta pengembangannya sangat berpengaruh terhadap tata ruang wilayah disekitarnya. Oleh karena itu kawasan tumbuh cepat merupakan kawasan yang perlu diprioritaskan pengembangannya dan penanganannya.

Menurut Blair dan Richardson dalam Tampubolon (2007) kawasan fungsional terkait dengan struktur hubungan antara pusat dengan wilayah sekitarnya. Secara rinci Blair dan Richardson mengelompokkan pengertian wilayah dalam tiga kategori pokok, yaitu :

1)   Konsep wilayah homogen (Homogeeous Region)

Wilayah homogen dicirikan oleh adanya karakteristik relative serupa atau kemiripan. Kemiripan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek seperti aspek sumberdaya alam (misal iklim, topografi, dan komoditas), sosial (agama, suku, kebudayaan, kelompok ekonomi) dan ekonomi (dari sektor ekonomi).

2)   Konsep wilayah fungsional (Nodal atau Polarized Region)

Region ini didefinisikan sebagai wilayah yang dihasilkan karena adanya internal flow, kontak dan saling ketergantungan, biasanya dari daerah-daerah yang terpolarisasi terhadap pusat yang dominan atau nodal, yaitu berdasarkan susunan (system) yang berhirarki dari suatu hubungan diantara simpul-simpul

3)   Konsep Wilayah administrasi (Administrative Region)

Wilayah administrasi dibentuk untuk kepentingan pengelolaan organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain. Batas wilayah secara geografis sangat jelas dilandasi keputusan politik dan hukum. Wilayah administrative sering dianggap lebih penting dari tipe lainnya, karena lebih sering digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan.

          Selain itu menurut Suhandojo (2000), kawasan tumbuh cepat termasuk dalam kawasan tertentu. Kawasan tertentu adalah kawasan yang dinilai mempunyai dampak penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan kriteria sebagi berikut :

1)   Mempunyai potensi sumberdaya yang besar pengaruhnya terhadap aspek ekonomi, demografi, politik dan hankam serta pengembangan wilayah sekitarnya

2)   Mempunyai dampak penting baik terhadap kegiatan yang sejenis maupun kegiatan lainnya

3)   Merupakan faktor yang mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah yang bersangkutan maupun wilayah sekitarnya

4)   Mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh wilayah sekitarnya, baik dalam lingkup nasional maupun regional

5)   Mempunyai dampak terhadap kondisi politik dan pertahanan keamanan nasional serta regional

Penetapan kawasan tumbuh cepat mengandung tujuan untuk mendorong pertumbuhan atau perkembangan wilayah tersebut. Pertumbuhan wilayah dapat terjadi oleh karena wilayah memiliki kemampuan dalam memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh daerah lain (Perloff, H dan Wingo, L dalam Friedman J, 1964). Suatu wilayah dapat menjadi pusat pertumbuhan apabila didalam wilayah tersebut memiliki sektor unggulan yang mampu mengekspor produknya kedalam pasar yang lebih luas. Tujuan dari konsep tersebut adalah sebagai upaya percepatan peningkatan kapasitas produksi dan produktivitas yang mendorong perluasan kesempatan kerja, untuk meningkatkan pendapatan dan tabungan masyarakat.

Untuk mendorong perkembangan kawasan tertentu seperti kawasan tumbuh cepat, maka perlu dilakukan perencanaan dan pengelolaan kawasan (Suhandojo dkk, 2000), Beberapa perencanaan yang perlu dikembangkan adalah :

1)   Penetapan rencana strategis kawasan

2)   Pengembangan spasial dan infrastruktur

3)   Pengembangan investasi

4)   Pengembangan kelembagaan

5)   Pengembangan sumberdaya manusia

Adapun pengelolaan kawasan tertentu dapat dilakukan dalam bentuk :

1)   Insentif fisik dalm bentuk pembangunan prasarana

2)   Insentif non fisik dalam bentuk kemudahan perijinan dan pemberian keringanan pajak

Dalam pengembangan suatu kawasan unsur sumberdaya manusia atau masyarakat mempunyai fungsi :

1)   Sebagai subyek yaitu pelaku pembangunan di kawasan khususnya dalam pengembangan usaha ekonomi, pertanian, industri, perdagangan dan jasa

2)   Sebagai obyek yaitu sebagi target peningkatan kesejahteraan melaui pengembangan kawasan

3)   Sebagi mitra pelaku pembangunan yaitu mitra pemerintah dalam melaksanakan pembanguna di kawasan.

Jadi kawasan tumbuh cepat merupakan konsep yang terkait dengan fungsional suatu kawasan sebagi wilayah budidaya yang diutamakan perkembangannya melalui serangkaian perencanaan dan pengelolaan untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan tertentu yang sekaligus ditujukan sebagi faktor pendorong kesejahteraan sosial ekonomi masyarakatnya dan wilayah sekitarnya.

Perkembangan Kawasan (skripsi dan tesis)

Dalam penggunaan sehari-hari pengertian kawasan sering dipertukarkan dengan pengertian daerah dan wilayah. Istilah kawasan, daerah dan wilayah memang mempunyai persamaan meskipun juga mengandung perbedaan. Hal ini diungkapkan oleh Sinulingga (20015), bahwa dalam tujuan pengelompokan kesamaan kondisi (homogenity) istilah wilayah sering dipertukarkan dengan kawasan. Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang yang dimaksud dengan kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.

Pengertian perkembangan wilayah atau kawasan mengandung makna adanya perubahan kondisi kawasan yang menjadi lebih baik mencakup aspek perubahan fisik maupun non fisik. Perkembangan suatu kawasan dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar. Pengaruh dari dalam berupa rencana pengembangan dan perencanaan kota, regulasi atau kebijakan yang ditetapkan di daerah tersebut, pertumbuhan ekonomi, adanya kemudahan sarana prasarana yang ada. Sedangkan pengaruh dari luar berupa daya tarik daerah tersebut bagi daerah di sekitarnya seperti adanya pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta kemudahan fasilitas (Yunus, 2005).

Menurut Sujarto (1991), terdapat tiga faktor utama yang sangat menentukan pola perkembangan suatu wilayah, yaitu :

1)   Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk baik karena kelahiran maupun karena perpindahan tempat. Segi-segi perkembangan tenaga kerja, perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan pengetahuan dan teknologi.

2)   Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian dan kegiatan perhubungan regional yang lebih luas.

3)   Faktor pola pergerakan, yaitu sebagi akibat dari perkembangan yang disebabkan oleh kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi kegiatan dalam membentuk pola perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut.

Terkait dengan pergerakan manusia Charles Colby dalam Yunus (2005) menyebutkan tentang kekuatan-kekuatan dinamis yang mempengaruhi pola penggunaan lahan di perkotaan melalui artikelnya yang berjudul “centrifugal and centripetal forces in urban geography”. Secara garis besar kekuatan dinamis dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1)   Kekuatan centrifugal (centrifugal forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dan fungsi-fungsi perkotaan dari bagian dalam suatu kota menuju ke bagian luar

2)   Kekuatan centripetal (centripetal forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dan fungsi-fungsi yang berasal dari bagian luar menuju ke bagian perkotaan.

Kedua kekuatan tersebut terjadi karena adanya faktor pendorong (push factors) yang terdapat di daerah asal pergerakan (place of origin) dan faktor penarik (pull factors) yang terdapat di tempat tujuan pergerakan (place of destination).

Perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan lahan berpotensi merubah bentuk pemanfaatan lahan yang selanjutnya mendorong perkembangan wilayah pada arah tertentu. Orientasi kepentingan masyarakat, memanfaatkan lahan untuk pemenuhan kebutuhan pribadi akan kebutuhan sosial ekonominya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, interaksi sosial dan rekreasi.

Orientasi kepentingan swasta, memanfaatkan lahan untuk keuntungan yang akan diperoleh dari nilai ekonominya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan produksi barang dan kegiatan jasa. Dengan demikian berlaku hukum ekonomi yaitu mencari lokasi yang paling menguntungkan.

Orientasi lembaga pemerintahan, memanfaatkan lahan untuk optimalisasi pelayanan umum. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pengembangan manusia, kegiatan dasar untuk pelayanan umum dan kegiatan untuk kesejahteraan. Tujuan yang diharapkan adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pemanfaatan pelayanan umum.

Fokus pembangunan dan pengembangan wilayah pada umumnya diletakkan pada kota-kota pusat pertumbuhan yang merupakan titik awal dari suatu perkembangan. Perkembangan selanjutnya dilakukan melalui pusat-pusat perkembangan lainnya dengan mengikuti hierarki dalam suatu sistem pusat-pusat pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah akan tercapai apabila didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana yang mampu membuka keterbelakangan daerah serta menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan dampak ekonomi seperti pengembangan sentra-sentra produksi unggulan dan penguatan simpul-simpul pertumbuhan (Poernomosidi, 1999).

Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan suatu wilayah beberapa pendekatan disampaikan oleh beberapa ahli. Pramudji (1985), mengembangkan ukuran baku untuk menentukan kriteria perkembangan perkotaan. Perkotaan merupakan salah satu ciri dari kemajuan suatu wilayah akibat perkembangan yang terjadi di wilayah atau kawasan yang bersangkutan. Unsur-unsur yang dipandang berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah meliputi unsur fisik dan non fisik. Unsur-unsur fisik meliputi :

1)   Jumlah penduduk

2)   Mata pencaharian penduduk

3)   Luas daerah terbangun (built up area)

4)   Keadaan bangunan-bangunan (perumahan penduduk, gedung perkantoran, balai pertemuan, pasar dan sebagainya)

5)   Keadaan “Public Utilities

6)   Potensi keruangan

Adapun unsur-unsur non fisik meliputi :

1)   Peranan dan fungsi kota dalam pengembangan wilayah

2)   Kedudukan dalam pemerintahan negara

3)   Heterogenitas kegiatan penduduk

4)   Sifat hubungan sesama warga masyarakat

Dengan demikian perkembangan kawasan merupakan suatu proses perubahan kawasan baik fisik maupun non fisik dari suatu keadaan tertentu akibat adanya aktivitas manusia baik aktivitas yang sengaja dilakukan untuk merubah kawasan melalui implementasi kebijakan-kebijakan maupun akibat adanya aktivitas manusia dalam menjalankan kehidupannya.

Asesori Jaringan Pipa (skripsi dan tesis)

  1. Pompa

Pompa adalah suatu alat untuk menaikkan tekanan atau energi potensial air. Dengan pompa maka tinggi tekanan yang telah berkurang dapat dinaikkan kembali. Jika sebelum pompa dipasang sudah ada aliran, maka tugas pompa adalah menambah debit yang berarti juga mempercepat aliran. Dengan demikian pompa dapat juga digunakan sebagai alat untuk menambah debit dan tekanan. Jika tinggi tekanan yang dibutuhkan sistem semakin tinggi, kemampuan pompa dalam mengalirkan air turun. Sebaiknya jika tinggi tekanan dari pompa dikurangi, maka kemampuan pompa untuk mengalirkan air naik. Namun pompa biasanya bekerja pada elevasi yang relatif tetap (Triatmadja,2000).

Pompa mencapai efisiensi yang tinggi pada saat yang tepat, yaitu pada ketinggian tekanan tertentu, disebut sebagai Hd (design head). Pada saat itu pompa efisien tetapi debit yang keluar dari pompa bukan yang tinggi

Pompa dapat diklasifikasikan antara lain :

  1. Pompa Reciprocating

Dari kurva karakteristik pompa reciprocating dapat dilihat bahwa head yang dihasilkan pompa tersebut tidak dipengaruhi oleh kapasitas. Dengan kapasitas yang tetap dapat dihasilkan head yang berbeda,

  1. Pompa Rotary

Pompa ini biasanya digunakan untuk memompakan zat cair dengan viskositas tinggi seperti minyak, larutan yang bersifat bubur dan lain-lain.

  1. Pompa sentrifugal banyak digunakan untuk memompa air bersih maupun air buangan. Beberapa tipe   pompa sentrifugal yang sering digunakan adalah pompa submersible air bersih sumur dalam, pompa turbin sumur dalam, dan pompa Non-Clongging.
  2. Tangki

Tangki tidak boleh direncanakan asal besar saja, perencanaan yang demikian membuat tangki tidak efisien. Tangki harus direncanakan sedemikian rupa sehingga air tidak turun terus menjadi habis terkuras pada jam puncak, tetapi tangki harus direncana

dapat menampung air sebesar kekurangan air yang dibutuhkan antara suplai dan kebutuhan saat jam puncak.Jadi pada jam dengan kebutuhan besar(kebutuhan lebih besar daripada suplai), air dalam tangki walaupun berkurang tetapi tidak boleh kurang dari elevasi dari elevasi minimum dalam tangki, selanjutnya pada jam-jam berikutnya setelah kebutuhan berkurang debit suplai air lebih besar dari kebutuhan air sehingga tangki terisi kembali.

Walski dalam Radianta Triatmadja (2000) memberikan konsep dasar keberadaan tangki dalam distribusi air bersih adalah sebagai berikut :

1)        Penyamaan

Pengoperasian bangunan pengolah air pada nilai yang relatif tetap, dengan mata air dan pompa yang secara umum baik pada sebuah nilai tetap. Porsi pelayanan sebuah tangki diukur untuk memenuhi kebutuhan harian puncak. Proses pengisian dan pengosongan tangki tampungan adalah sangat mudah secara operasional dan secara umum murah dibanding metode lain,

2)        Mempertahankan tekanan

Pada sebuah ketinggian, elevasi dari air yang disimpan dalam tangki menentukan tekanan dalam semua pipa yang secara langsung berhubungan dengan tangki tersebut (tanpa melalui katup pelepas tekan atau pompa),

3)        Penyimpanan untuk pemadaman kebakaran

Untuk sistem yang lebih kecil, tangki mempunyai keandalan secara operasinoal dan secara ekonomi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan besar dengan waktu pendek pada sebuah sistem penyediaan air selama pemadam kebakaran,

4)        Penyimpanan darurat

Tangki tampungan juga dapat menyediakan air dalam sistem jika terjadi keadaan darurat seperti : putusnya saluran induk, masalah pada bangunan pengolah, dan kegagalan sistem. Disamping secara sederhana menyediakan volume tampungan, tangki dapat mem-backup tekanan udara dalam sistem jika terjadi kemacetan pompa, mencegah terjadinya kontaminasi akibat putusnya pipa utama,

5)        Pemakaian energi.

Air yang ditampung dalam tangki pada sebuah elevasi menyimpan energi yang dapat digunakan sehingga operasional pompa pada waktu puncak lebih efisien dan efektif,

6)        Kualitas air

Tangki dapat mempengaruhi kualitas air secara umum melalui proses kimia, fisik dan biologi yang terjadi karena air disimpan terlalu dalam tangki, atau melalui kontaminasi eksternal kedalam tangki (burung, tikus, serangga). Hal ini seharusnya dihilangkan dengan design dan pemeliharaan yang tepat,

7)        Pengatur hidrosis sementara

Mereduksi efek”waterhammer” akibat perubahan kecepatan secara ekstrim dalam sistem,

8)        Estetika

Pertimbangan design dan kedudukan tangki juga dapat mengenai segi estetis tanpa  mengabaikan tujuan, efisiensi dari operasi sistem jaringan.

Aliran Dalam Pipa (skripsi dan tesis)

Di dalam pipa air mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Pernyataan ini dapat diartikan selama air mengalir, tinggi tekanannya berkurang. Atau dengan kata lain energinya berkurang. Berkurangnya energi atau tinggi tekanan merupakan fungsi debit, panjang pipa, diameter pipa dan koefisien gesek pipa.

Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air baku dari sumber air kekonsumen ataupun bak penampung, harus memiliki bentuk penampang yang bulat. Pipa dapat terbuat dari bahan yang sangat keras maupun dari bahan plastik (Linsley,1996). Pipa plastik adalah salah satu jenis pipa yang banyak digunakan dalam proyek-proyek jaringan distribusi air bersih, pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride). Panjang pipa antara 4-6 meter dengan ukuran diameter dari 16 mm hingga 650 mm. Keuntungan dalam penggunaan pipa ini adalah :

1)   umur pipa dapat mencapai 75 tahun,

2)         banyak tersedia di pasaran dan harganya lebih murah dari pada pipa DIP (Ductile Iron Pipa) dan GI (Galvanized Iron),

3)        Non corrosive atau tidak berkarat sehingga kualitas air tidak mengalami perubahan rasa dan tetap bersih,

4)        Permukaan pipa licin (koefisien kekasaran kecil sehingga menghemat tinggi tekanan),

5)        Ringan sehingga mempermudah untuk pengangkutan, mudah dalam peletakan/pemasangan,

6)         Pemasangan sambungan yang mudah yaitu dengan menggunakan RRJ (Rubber Ring Joint),

7)         non poisonous yaitu pipa PVC tidak beracun dan tidak mengubah warna maupun cairan yang melewatinya,

8)        isolator, pipa PVC merupakan electrical cable conduit cover yang terbaik,

9)        infalmmable, yaitu tidak terbakar bila kena api,

10)    mechanical strength, pipa PVC memiliki mechanical strength dan elastis.

Kehilangan Air (skripsi dan tesis)

Jumlah pengguna air meningkat, jika kebutuhan meningkat dalam sistem distribusi. Oleh sebab itu tekanan harus diperbesar agar dapat sampai kedaerah distribusi secara merata. Namun kondisi ini sering menyebabkan kehilangan air yang lebih besar melalui kebocoran, sejumlah besar terbuang melalui kran yang terbuka (Budi Kamulyan,2007 ).

Menurut Kodoatie (2005 dalam Derry Yumico, 2004) kehilangan air dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah air bersih yang diproduksi oleh produsen  air dan jumlah air yang terjual kepada konsumen, sesuai dengan yang tercatat di meteran pelanggan. Menurut DPU Jendral Cipta karya Direktorat Air Bersih (1987) dalam Derry Yumico (2004), kehilangan air dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti dibawah ini :

  1. Faktor teknis
  2. adanya lubang atau celah pada pipa sambungan,
  3. pipa pada jaringan distribusi pecah,
  4. meteran yang dipasang pada pipa konsumen kurang baik,
  5. pemasangan perpipaan dirumah kurang baik,
  6. Faktor non teknis
  7. kesalahan pembacaan dan pencatatan meter air,
  8. kesalahan pemindahan /pembuatan rekening PDAM,

angka yang ditunjukkan oleh meter air berkurang akibat adanya tekanan udara  dari rumah konsumen ke pipa distribusi melalui meter air tersebut.

Fluktuasi Kebutuhan Air (skripsi dan tesis)

Fluktuasi kebutuhan air pada suatu tempat sangat dipengaruhi oleh kondisi populasi, dan secara umum ditunjukkan bahwa semakin padat penduduk akan menurunkan beban puncak. Pemukiman didaerah pinggiran kota akan memberikan beban puncak jam-jaman yang lebih besar dibandingkan pemukiman di kota-kota besar (Budi Kamulyan, 2007). Fluktuasi kebutuhan air disuatu wilayah ditentukan oleh jumlah yang memakai air, faktor setempat dan kondisi dari penyediaan air itu sendiri.

Sistem Jaringan Distribusi (skripsi dan tesis)

Sistem jaringan distribusi merupakan bagian yang paling mahal bagi suatu perusahaan air bersih. Untuk itu perencanaan dari suatu sistem jaringan perpipaan harus dirancang dengan teliti mungkin agar sistem dapat bekerja secara efisien dan optimal. Kesalahan dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih dapat berakibat fatal, misalnya sebagai berikut ini ( Radianta Triatmadja, 2000 )

  1. sebagian daerah mungkin tidak terairi pada waktu-waktu tertentu, daerah lain mungkin tidak memperoleh air sama sekali,
  2. pada suatu lokasi air terus mengalir tetapi melalui pipa yang pecah karena tidak kuat terhadap tekanan air di dalamnya,
  3. pompa bekerja tidak efisien karena kesalahan perencanaan sehingga biaya operasional tinggi,
  4. pada saat perbaikan, suatu daerah tidak mendapat suplai air,
  5. sulit dan tidak dapat dikembangkan karena pemilihan pipa yang tidak tepat,
  6. tangki terlalu kecil sehingga tidak efisien dan pompa bekerja tidak efisien,
  7. kebocoran tidak terdeteksi.

Kebutuhan Air (skripsi dan tesis)

Jumlah kebutuhan air rumah tangga pada tiap-tiap orang bervariasi, tergantung pada kondisinya atau aktifitasnya sehari-hari. Terkait dengan fungsi waktu, kebutuhan air bervariasi dari jam ke jam sepanjang hari (relatif rendah dimalam hari). Kebutuhan air untuk suatu kota adalah besarnya air yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh komponen yang ada dikota (rumah tangga, industri, perdagangan,  hotel,  dan lain-lain), ditambah dengan kehilangan akibat kebocoran pipa.

Kebutuhan air bersih dari suatu daerah ditentukan oleh jumlah penduduk yang memakainya air bersih, faktor setempat dan kondisi dari penyediaan air itu sendiri.

Pembagian kebutuhan air bersih dapat dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik sebagai berikut ini :

  1. Kebutuhan domestik :
  2. Kebutuhan rumah tangga,
  3. Keran umum,
  4. Kebutuhan non domestik :
  5. Fasilitas perkantoran,
  6. Fasilitas perdagangan dan industri,
  7. Fasilitas sosial seperti rumah sakit, tempat ibadah dan lain-lain.

Dalam analisa kebutuhan air disuatu daerah sangat diperlukan  tingkat kepentingan daerah yang berguna untuk perkiraan – perkiraan jumlah volume air yang dibutuhkan. Besaran tersebut biasanya diberikan dalam bentuk informasi data  dari jumlah orang yang akan dilayani dan volume konsumsi rata-rata tiap orang setiap hari dari beberapa faktor tingkat konsumsi air.

Faktor – faktor yang  mempengaruhi konsumsi air bersih adalah :

  1. Penduduk, jumlah penduduk selalu berubah sesuai perubahan waktu dan tempat. Kecenderungan kenaikan pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan pula naiknya permintaan ketersediaan air bersih,
  2. Usia pengguna, sangat menentukan dalam penggunaan air. Orang dewasa akan lebih banyak membutuhkan air karena kebutuhan airnya lebih bervariasi dan dalam jumlah yang relatif lebih besar,
  3. Tingkat kemajuan penduduk, parameter tingkat ekonomi dan pendidikan penduduk pada suatu daerah menunjukkan pengelompokan tingkat konsumsi pengunaan air bersih. Kebutuhan air meningkat selaras dengan pertumbuhan kemajuan penduduk,
  4. Kebiasaan masyarakat, adat istiadat, budaya, serta agama, dalam mengunakan air pada masing-masing daerah atau negara berlainan sehingga standar kebutuhan airnya juga berbeda,
  5. Ketersediaan air, yang dimaksud ketersediaan air mencakup kuantitas, kualitas serta energi atau tekanan air, Jika ketersediaan air terbatas orang akan cendrung untuk lebih,
  6. Cuaca, iklim, pada musim kemarau kebutuhan air akan lebih besar bila dibandingkan pada saat musim hujan.

Metode Pengambilan Keputusan (skripsi dan tesis)

Menurut Rachmad Jayadi (2001, dalam Suandhi 2005), proses pengambilan keputusan merupakan proses penyelesaian masalah terkait dengan upaya pemilihan beberapa alternatif  pada cakupan pertimbangan yang kompleks dan berpotensi untuk saling bertentangan. Proses ini dimulai dengan identifikasi persoalan secara rumit. Selanjutnya adalah menetapkan adalah menetapkan kategori dan melakukan kuantifikasi tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan langkah atau tindakan untuk memperoleh penyelesaian persoalan. Sekali tujuan telah ditetapkan, maka sangat penting untuk melakukan identifikasi fisik dan sumber-sumber informasi yang diperlukan. Tanpa penilaian secara akurat terhadap sumberdaya dan berbagai kendala yang ada, upaya pencarian solusi akan bersifat sangat spekulatif.

Tahap berikutnya adalah menentukan beberapa opsi yang berpotensi untuk menjawab persoalan. Apakah beberapa opsi telah didapatkan, langkah berikutnya adalah menetapkan dan menerapkan kriteria pemilihan. Beberapa opsi tersebut dapat dikombinasikan kedalam beberapa alternatif yang komprehensif dan dapat diterapkan. Beberapa alternatif yang diperoleh selanjutnya dapat di evaluasi dan dikaji ulang yang hasilnya akan diberikan kepada pembuat keputusan atau pihak terkait sehingga dapat memanfaatkan informasi ini untuk memilih alternatif solusi terbaik yang dapat dilaksanakan. Alternatif terpilih akan diimplementasikan dengan disertai pemantauan (monitoring) untuk memastikan bahwa solusi yang ditempuh dapat berjalan baik.

Salah satu metode dalam pengambilan keputusan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP ini berperan dalam menstrukturkan kriteria-kriteria yang ada untuk suatu masalah pengambilan keputusan dengan banyak kriteria. Pengambilan keputusan perlu menentukan tingkat kepentingan antara kriteria-kriteria yang ada dengan membandingkan semua kombinasi kriteria yang mungkin. Selanjutnya disusun suatu matriks hubungan relatif nilai kepentingan dari kriteria-kriteria yang ada. Kemudian urutan prioritas dari kriteria dapat disusun dengan mencari eigen vektor matriks tersebut.

Analytic Hierarchy  Process (AHP). Atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Proses Hierarki Analitik (PHA), dikembangkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun 1970-an. AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992 dalam Kadarsyah Suryadi, 2002). Penilaian dari metode AHP didasarkan atas dua pernyataan, yaitu : 1) elemen mana yang lebih penting, lebih disukai atau lebih mungkin terjadi, 2) berapa kali lebih penting, lebih disukai atau lebih mungkin terjadi.

Beberapa prinsip yang harus dipahami dalam penyelesaian dengan metode AHP, antara lain :

  1. Decomposition, adalah memecah persoalan yang utuh menjadi beberapa elemen hingga elemen tersebut tidak dapat diuraikan lagi,
  2. Comparative judgement, adalah proses perbandingan antara dua elemen (pairwise comparison) dalam suatu level sehubungan dengan level diatasnya,
  3. Synthesis of priority, adalah proses penentuan prioritas elemen dalam satu level.
  4. Setelah diperoleh skala perbandingan antara dua elemen melalui wawancara, kemudian dicari vektor prioritas (eigen vector) dari suatu level hirarki pada skala preferensi,
  5. Logical consistency , adalah prinsip rasionalitas AHP yaitu obyek yang serupa antara obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu, dengan syarat inkonsistensi tidak lebih dari 10%.

Analisis dalam metode ini dimulai dengan melakukan penilaian terhadap pendapat berdasarkan hasil wawancara dan isian kuisioner dari responden terkait. Adapun tahapan yang dilakukan dalam analisis ini adalah:

  1. Identifikasi masalah, meliputi penentuan tujuan, kriteria dan sub kriteria, dilakukan melalui kajian pustaka,
  2. Menyusun hierarki,
  3. Dalam AHP, pengambilan keputusan perlu menentukan tingkat kepentingan antara kriteria-kriteria yang ada dengan membandingkan semua kombinasi kriteria yang mungkin (Rachmad Jayadi, 2001 dalam Suandhi, 2005). Selanjutnya disusun suatu matriks hubungan relatif nilai kepentingan dari kriteria-kriteria yang ada. Selanjutnya urutan prioritas/rangking dari kriteria dapat disusun dengan mencari eigen vektor matriks. Struktur formulasi masalah dalam AHP dapat dilihat seperti gambar 3.1.
  4. Pairwise Comparison (pembandingan secara berpasangan), fase evaluasi didasarkan pada suatu konsep pembanding berpasangan (pairwise comparison). Elemen dalam suatu level hirarki adalaah pembanding dalam bagian itu sehingga diperoleh nilai kepentingan atau kontribusi dari masing-masing elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya.
  5. Tes konsistensi

Untuk mengetahui konsistensi AHP, maka perlu dilakukan uji konsistensi. Langkah tersebut berlaku masing-masing kriteria, sub kriteria dan alternatif, sehingga akhirnya diperoleh vektor prioritas menyeluruh nilai masing – masing alternatif dijumlahkan dan nilai tertinggi adalah alternatif terbaik (Saaty,1993)

…..…………………………………..(3.2)

                      …………………………………………………….(3.3 )

                               …………………………………………….(3.4)

 

                  …………………………………………………………(3.5)

dengan:

A  =  matriks awal,

W =  vektor prioritas,

N  =  jumlah kriteria,

            λ   =   nilai subjektifitas (maksimum 10%),

           RI  =   average random consistency index.

Tabel 3.1 Random Consistency Index

Orde matriks (n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Random 0 0 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,4 1,45 1,49

Sumber : Saaty (1993)

Nilai konsistensi ini disebut ratio konsistensi (Consistensy Ratio atau Cr).

Hal ini penting untuk menekankan bahwa meminimalkan nilai CR. Jika nilai CR sama dengan 0 berarti pendapat tersebut adalah konsisten sempurna. Nilai CR sampai dengan 0,10 secara umum masih dapat ditoleransikan.

Proyeksi Jumlah Penduduk (skripsi dan tesis)

Perkembangan  jumlah penduduk pada suatu wilayah akan menentukan besarnya kebutuhan air bersih, dan merupakan salah satu faktor yang penting dalam merencanakan kebutuhan air ke masa depan. Dalam melakukan analisa pertambahan penduduk akan diperoleh jumlah penduduk yang digunakan untuk memperkirakan tingkat pelayanan air bersih yang diterima  pelanggan. Memperkirakan pertambahan penduduk yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode geometrik (DPU Direktorat Jendral Cipta Karya, 1998) persamaan sebagai berikut :

………………………………………………………(3.1)

dimana :  Pt :  jumlah penduduk pada tahun ke- t,

Po :  jumlah penduduk pada tahun dasar hitungan (tahun ke-0),

 r  : tingkat pertumbuhan penduduk,

 t  :  jumlah tahun antara tahun proyeksi dengan tahun dasar hitungan,

Proyeksi jumlah penduduk, dengan menggunakan metode aritmatik dijabarkan dalam persamaan berikut (Anonim 1998) :

    Pn  = Po + Ka ( Tn – To )    ……………………………………. (3.2  )

 Ka  = P2 – P1   ……………………………………………………….(3.2.a)

T2 ­– T1

Dimana : Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa),

Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa),

Ka = konstanta aritmatik,

Tn = tahun ke-n (jiwa),

To = tahun dasar (jiwa),

P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke-1 (jiwa),

P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun akhir (jiwa),

T1 = tahun ke-1 yang diketahui,

T2 = tahun ke-2 yang diketahui.

Kebutuhan Air (skripsi dan tesis)

berbagai kebutuhan air dapat dibedakan menjadi:

  1. Kebutuhan air untuk domestik

Menurut standar FAO dan Dirjen Cipta Karya (Agung Rudi PPA, 2000) kebutuhan konsumsi air domestik tergantung dari jumlah penduduk, ukuran kota dan kehilangan air. Hubungan jumlah penduduk dan kebutuhan air dapat dilihat pada tabel 2-1.

Tabel 2-1 Kisaran pemakaian air domestik berdasarkan kategori wilayah

.No Kategori Kota Jumlah penduduk

(jiwa)

Kebutuhan air bersih

(liter/orang/hari)

1.

2.

3.

4.

5.

Kota Metropolitan

Kota Besar

Kota Sedang

Kota Kecil

Ibukota Kecamatan

Diatas 1 juta

500.000-1juta

100.000-500.000

20.000-100.000

Dibawah 20.000

190

170

150

110

100

  Sumber : DPU-CK 1994,  Tata cara rancangan distribusi jaringan air bersih.

  1. Kebutuhan air untuk pelayanan umum

Kebutuhan air untuk pelayanan umum meliputi penggunaan air untuk niaga, pemerintahan, pemadam kebakaran, pendidikan, pelabuhan, terminal, industri kecil dan sebagainya. Kebutuhan air untuk pelayanan umum dapat diperkirakan dari kategori kota. Kebutuhan air untuk pelayanan umum sekitar 15 – 40%

( Agung Rudi PPA, 2000 ).

  1. Kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang

Kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang digunakan untuk mengantisipasi kehilangan air pada sambungan pipa, retakan, katup, filter dan sebagainya. Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air diprediksi sekitar 25-30% dari kebutuhan air untuk domestik ( Agung Rudi PPA, 2000 ).

  1. Kebutuhan air untuk industri

Menurut Agung Rudi PPA (2000), mengemukakan bahwa kebutuhan air untuk industri kecil dan kegiatan (aktivitas) yang tidak membutuhkan air dengan  intensif termasuk kebutuhan air perkotaan, akan tetapi kebutuhan air bagi industri yang dominan dalam proses industri harus diidentifikasi tersendiri dapat dilakukan beberapa metode yaitu :

  1. Metode persamaan linier.

Perhitungan kebutuhan air dengan persamaan linier dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel berupa hal-hal yang erat kaitannya dengan kebutuhan  air seperti jumlah penduduk,

  1. Metode analisis berdasarkan penggunaan lahan.

Analisis kebutuhan air berdasarkan penggunaan lahan dilakukan berdasarkan luas lahan yang dipergunakan bagi kegiatan usaha ( kegiatan non domestik ) pada waktu yang ditinjau,

  1. Metode analisis berdasarkan jumlah pekerja.

Metode analisis berdasarkan jumlah pekerja dilakukan melalui perhitungan kebutuhan air bagi setiap pekerja kegiatan usaha terhadap standar kebutuhan air masing-masing pekerja,

  1. Metode analisis berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan.

Metode analisis berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dilakukan berdasarkan perhitungan besarnya kebutuhan air bagi kegiatan dan proses produksi untuk menghasilkan suatu produk.

Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja (skripsi dan tesis)

Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil hasil yang dicapai untuk dibandingkan dengan rencana semula. objek pengawasan ditujukan pada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses konstruksi secara teknis dapat berlangsung baik. upaya mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadap estimasi semula. Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Istimawan, 1996:423)

Salah satu cara pendekatan untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja adalah dengan menggunakan metode pengamatan work sampling dengan mengkategorikan pekerja kedalam dua group yaitu kategori bekerja dan tidak bekerja.

  1. Pekerjaan Efektif (effective Work) yaitu disaat pekerja melakukan pekerjaan dizona pekerjaan
  2. Pekerjaan tidak efektif (not useful), yaitu kegiatan selain diatas yang tidak menunjang penyelesaian pekerjaan, seperti meninggalkan zona pengerjaan, mengobrol sesama pekerja sehingga tidak maksimal bekerja.

sehingga produktivitas dapat dihitung:

Produktivitas Riel/jam = ∑Prod/Jam

                                                n                                                                 (1)

Dimana n= Jumlah Pengamatan

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut system pemasukan fisik perorangan/per-orang atau per jam kerja orang diterima orang secara luas, namun dari sudut pengawasan harian pengukuran – pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. oleh karena itu digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari, atau tahun) Pengukuran diubah kedalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai indeks yang sangat sederhana:

Pengukuran Waktu tenaga kerja =

(Muchdarsyah, 1992:24-25)

Berdasarkan beberapa teori diatas maka faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam penelitian ini adalah:

  1. Pengalaman Kerja
  2. Umur
  3. Kondisi Fisik Lapangan
  4. Iklim/Cuaca

Ukuran Besar Proyek

Faktor Yang Berpengaruh Pada Produktivitas (skripsi dan tesis)

Semua faktor yang mempengaruhi produktivitas dipandang sebagai sub sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Faktor-Faktor tersebut antara lain:

Menurut Kaming dalam Ervianto (2005) faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu:

  1. Metode dan teknologi, terdiri atas faktor: Desain rekayasa, Metode Konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.
  2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja.
  3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.
  4. Faktor Manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja antar sejawat, kemangkiran.

Menurut Muchdarsyah Sinungan dalam Eddy (2007)

  1. Kuantitas atau jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu proyek
  2. Tingkat keahlian tenaga kerja
  3. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan termasuk pengaruh faktor lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenaga kerja.
  4. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalam lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut.
  5. Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya
  6. Struktur pekerjaan, keahlian dan umur (kadang-kadang jenis kelamin).

Disamping faktor tersebut diatas Soeharto (2004) mengatakan ada beberapa variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu

Kondisi fisik ini berupa iklim, musim, atau keadaan cuaca. Misalnya adalah temperatur udara panas dan dingin, serta hujan dan salju. pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dapat mempercepat rasa lelah tenaga kerja, sebaliknya di daerah dingin, bila musim salju tiba, produktivitas tenaga kerja lapangan akan menurun. Untuk kondisi fisik lapangan kerja seperti rawa-rawa, padang pasir atau tanah berbatu keras, besar pengaruhnya terhadap produktivitas. hal ini sama akan dialami di tempat kerja dengan keadaan khusus seperti dekat dengan unit yang sedang beroperasi, yang biasanya terjadi pada proyek perluasan instalasi yang telah ada, yang sering kali dibatasi oleh macam – macam peraturan keselamatan dan terbatasnya ruang gerak, baik untuk pekerja maupun peralatan. Sedangkan untuk kekurang lengkapnya sarana bantu seperti peralatan akan menaikkan jam orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. sarana bantu diusahakan siap pakai dengan jadwal pemeliharaan yang tepat.

  1. Kepenyeliaan, perencanaan dan koordinasi

Yang dimaksud dengan supervisi atau penyelia adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan tugas pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas, termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian menjadi langkah – langkah pelaksanaan jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau penyelia lain yang terkait. keharusan memiliki kecakapan memimpin anak buah bagi penyelia, bukanlah sesuatu hal yang perlu dipersoalkan lagi. melihat lingkup tugas dan tanggung jawab terhadap pengaturan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja, maka kualitas penyelia besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh.

  1. Komposisi Kelompok Kerja

Pada kegiatan konstruksi seorang penyelia lapangan memimpin satu kelompok kerja yang terdiri dari bermacam-macam pekerja lapangan (labor craft), seperti tukang batu, tukang besi, tukang pipa, tukang kayu, pembantu (helper) dan lain-lain. Komposisi kelompok kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan. yang dimaksud dengan komposisi kelompok kerja adalah:

  • Perbandingan jam-orang penyelia dan pekerja yang dipimpinya.
  • Perbandingan jam-orang untuk disiplin-disiplin kerja.

Perbandingan jam – orang penyelia terhadap total jam-orang kelompok kerja yang dipimpinya, menunjukkan indikasi besarnya rentang kendali yang dimiliki. untuk proyek pembangunan industri yang tidak terlalu besar komplek dan berukuran sedang keatas, perbandingan yang menghasilkan efisiensi kerja optimal dalam praktek berkisar antara 1:10-15. jam-orang yang berlabihan akan menaikkan biaya, sedangkan bila kurang akan menurunkan produtivitas.

  1. Kerja lembur

Sering kali kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40 jam per minggu tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun hal ini akan menurunkan efisiensi kerja.

  1. Ukuran besar proyek
  2. Pekerja langsung versus kontraktor
  3. Kurva pengalaman
  4. Kepadatan tenaga kerja

Produktivitas dalam Proyek Konstruksi (skripsi dan tesis)

Produktivitas didefiniskan sebagai rasio antara input dan output atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Dalam proyek kontruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses kontruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang metode dan alat. Sukses atau tidaknya proyek kontruksi tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya.

Sumber daya yang digunakan selama proses kontruksi adalah material, machines, men, method and money. Penggunaan material dalam proses kontruksi secara efektif sangat tergantung pada disain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Penghematan material dapat dilakukan pada tahap pnyediaan, hanling, dan processing selama proses kontruksi. Pemilihan alat yang tepat akan mempengaruhi kecepatan proses kontruksi, pemindahan/distribusi material dengan cepat baik arah horisontal dan vertikal.

Pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada kecakapan masing-masing pekerja karena tidak ada satu pun pekerja yang sama karakteristiknya. Biaya untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metode kontruksi yang digunakan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian waktu kontruksi dan pemilihan metode kontruksi yang akan digunakan adalah Kepala Proyek.

Faktor manusia menjadi penentu untuk mencapai tingkat produktivitas yang ditetapkan. Proyek kontruksi selalu membutuhkan pekerja untuk bekerja dengan menggunakan fisik mereka untuk bekerja di lapngan terbuka dalam cuaca dan kondisi apapun. Untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang diinginkan dan meminimalkan segala resiko yang mungkin terjadi serta mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, para pimpinan harus memahami kemampuan dan keterbatasan yang diakibatkan oleh kondisi proyek.

Produktivitas Secara Umum (skripsi dan tesis)

Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan (:pekerja) dan pelanggan yang mencakup (a) ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan; (b) penampilan karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian; (c) kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan (Gaspersz, 2003).

Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah situasi yang bertentangan karena belum adanya kesepakatan umum dari para ahli tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengikuti petunjuk-petunjuk produktivitas. Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input) (Hasibuan, 2003).

Internasional Labour Organization (ILO) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung (Hasibuan, 2003). Ervianto (2005) memberikan rumusan produktivitas kerja sebagai berikut.

Produktivitas Kerja = fungsi(Motivasi+Kecepatan kerja + Kepribadian Pekerja + Performa/Kinerja) + Kepuasan Kerja

Faktor-faktor peiningkatan produktivitas, pertama, perbaikan terus menerus, yaitu upaya meningkatkan produktivitas kerja salah satu implementasinya ialah bahwa seluruh komponen harus melakukan perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu kiat tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-menerus untuk melakukan perubahan-perubahan, baik secara internal maupun eksternal. Perubahan internal contohnya, yaitu: (a) perubahan strategi organisasi; (b) perubahan kebijakan tentang produk; (c) perubahan pemanfaatan teknologi; (d) perubahan dalam praktek-praktek sumber daya manusia sebagai akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh pemerintah. Perubahan eksternal, meliputi: (a) perubahan yang terjadi dengan lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b) perubahan yang tinggi secara berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang terjadi dengan cepat karena dampak tindakan suatu organisasi yang dominant peranannya di masyarakat; dan (d) perubahan yang terjadi cepat, menyeluruh dan kontinyu.

Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan. Peningkatan mutu hasil pekerjaan dilaksanakan oleh semua komponen dalam organisasi. Bagi manajemen, misalnya, perumusan strategi, penentuan kebijakan, dan proses pengambilan keputusan. Yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan kegiatan organisasi yaitu mutu laporan, mutu dokumen, mutu penyelenggaraan rapat, dan lain-lain.

Ketiga, pemberdayaan sumberdaya manusia. Memberdayakan sumberdaya manusia mengandung kiat untuk: (a) mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia, mempunyai harga diri, daya nalar, memiliki kebebasan memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam; (b) manusia mempunyai hak-hak yang asasi dan tidak ada manusia lain (termasuk manajemen) yang dibenarkan melanggar hak tersebut. Hak-hak tersebut yaitu hak menyatakan pendapat, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak memperoleh imbalan yang wajar dan hak mendapat perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen yang partisipasif melalui proses berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi. Dalam hal ini pimpinan mengikutsertakan para anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.

Keempat, kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan.Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang baik; (b) penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik; (d) lingkungan kerja yang bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari polusi udara.

Kelima, umpan balik. Pelaksanaan tugas dan karier karyawan tidak dapat dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan sistem umpan balik yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam arti didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi, senang atau tidak senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima oleh akal sehat. Jika seseorang harus dikenakan sangsi disiplin, status berat-ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya. Validitas yang tinggi, dalam arti siapapun yang melakukan penilaian atas kinerja karyawan didasarkan pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.

Pengertian Proyek Konstruksi (skripsi dan tesis)

Dipohusodo (1999) menyatakan bahwa suatu proyek merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan. Menurut Soeharto (2004), proyek adalah kegiatan sekali lewat dengan waktu dan sumber dayaterbatas untuk mencapai hasil akhir yang telah ditentukan dimana proses pencapaian hasil akhir akan dibatasi oleh biaya, jadwal dan mutu.

Menurut Soeharto (2004), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Dari pengertian diatas dapat dilihat ciri pokok proyek, antara lain :

  1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
  2. Jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu dalam proses pencapaian tujuan telah ditentukan
  3. Bersifat sementara, yaitu waktu pelaksanaan proyek dibatasi oleh titik awal dan titik akhir yang ditentukandenga jelas.
  4. Non rutin atau tidak berulang – ulang.

Menurut Barrie (1993), bahwa kostruksi merupakan suatu proses dimana rencana dan spesifikasi para perancang dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Hal ini melibatkan pengorganisasian dan koordinasi dari semua sumber untuk proyek yakni tenaga kerja, peralatan konstruksi, material tetap dan sementara dan keperluan umum, dana, teknologi dan metode serta  waktu untuk menyelesaikan tepat pada jadwal waktunya, dalam batas-batas anggarannya dan sesuai dengan standar kualitas dan pelaksanaannya yang dispesifikasikan oleh perancang.

Proyek konstruksi terdefinisikan sebagai proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan utama, dan yang termasuk didalamnya adalah bidang teknik sipil dan arsitektur, namun tidak sedikit pula melibatkan disiplin ilmu lainnya seperti : teknik industri, mesin, elektro, geoteknik, dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas antara lain, berupa untuk tempat tinggal, apartemen, dan gedung perkantoran berlantai banyak, pabrik serta bangunan industri, jembatan jalan raya yang temasuk di dalamnya jalan raya, jalan kereta api, dan lain-lain.

Proyek memiliki tujuan atatu sasaran khusus yang dalam pencapainnya ditentukan dengan batasan, yaitu besarnya biaya yang dialokasikan, jadwal serta mutu harus dipenuhi.

  1. Anggaran

Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Untuk proyek – proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-komponennya,atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan.

  1. Jadwal

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurung waktu dan tanggal akhir yang ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan

  1. Mutu

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut berupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik ahrus mampu beroperasi secara memuaskan dalam kurun waktu yang ditentukan.

Menurut Suharto (2004), ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya yang melebihi anggaran.

Konsep dasar sistem produktivitas (skripsi dan tesis)

Muchdarsyah Sinungan, 2003 (dalam Fadrizal Lubis, 2004) mengartikan produktifitas sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan yang masuk sebenarnya. Produktifitas juga diartikan sebagai berikut :

  1. perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, dan
  2. perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan umum .

Mali, 1978 (dalam Muh Nur Sahid, 2003) mengatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performasi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha produktivitas.  Dengan demikian produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektifitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran :

Sumanth, 1985 (dalam Fadrizal Lubis, 2004) memperkenalkan suatu konsep format yang disebut sebagai siklus produktivitas (Prodtictivity cycle) untuk dipergunakan dalam peningkatan produtivitas terus menerus. Pada dasamya konsep produktivitas terdiri dari empat tahap dengan penjelasan sebagai berikut ini .

  1. Pengukuran produktivitas.

Secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran poduktivitas dari sistem itu sendiri .

  1. Evaluasi produktivitas.

Mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk diperbandingkan dengan rencana yang akan ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebabnya .

  1. Perencanaan produktivitas.

Berdasarkan evaluasi selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

  1. Peningkatan produktivitas.

Target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus menerus

Untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan adalah membangun suatu sistem industri yang memperhatikan secara terfokus dan bersama sekaligus pada aspak-aspek kualitas, efektifitas pencapaian tujuan dan efisiensi penggunaan sumber daya. Selanjutnya indikator keberhasilan sistem profitabilitas terus menerus dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hubungan antara produktivitas dan profitabilitas

Kasus Jika Maka
Profitabilitas Produktivitas Apa akan terjadi Tindakan
1

 

 

 

 

tinggi (+)

 

 

tinggi (+) Kondisi Keuangan akan sehat dan stabil Pertahankan atau tingkatkan produktivitas dan profitabilitas lebih lanjut
2 tinggi (+) rendah (-) Profitabilitas yang tinggi tidak akan berlanjut dalam jangka panjang

Produktivitas rendah akan menggerogoti keuntungan.

Tingkatkan produktivitas menggunakan siklus produktivitas terhadap masalah internal dalam sistem.
3 rendah (-) tinggi (+) Perusahaan akan mengalami kerugian dan akan mengakibatkan kebangkrutan. Tingkatkan profitabilitas melalui perbaikan : strategi desain produk, pelayanan pelanggan dll, terdapat masalah eksternal dari sistem.
4 rendah (-) tinggi (-) Perusahaan akan bangkrut. Tingkatkan produktivitas dan profitabilitas dengan membangun kembali sistem industri yang sekaligus memperhatikan aspek-aspek kualitas, efektifitas pencapaian tujuan, efisien pengguna SDA masalah internal dan eksternal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Unsur-unsur Perencanaan Operasional Proyek (skripsi dan tesis)

Beberapa unsur perencanaan operasional proyek menurut Iman Soeharto (1998) adalah sebagai berikut ini .

3.4.1    Perencanaan Lingkup Proyek

Perencanaan lingkup proyek adalah proses memberikan deskripsi gambaran perwujudan proyek dan batas – batasnya secara tertulis. Sebagai contoh, untuk proyek E – MK, perencanaan lingkup proyek dihasilkan dari suatu studi kelayakan terutama mengenai aspek teknis dan finansial  (manfaat dan biaya). Perencanaan lingkup proyek mendapatkan masukan dari perencanaan mutu, biaya dan jadwal, agar diperoleh alternatif lingkup yang terbaik dengan mengingat hambatan-hambatan yang ada. Setelah lingkup disetujui, sebagai output dikeluarkan suatu “works statement“ dan daftar  “deliverable“  yang selanjutnya diikuti oleh pembuatan perkiraan sumber daya berupa material, peralatan, dan tenaga kerja untuk mewujudkan lingkup di atas .

3.4.2        Perencanaan Mutu

Perencanaan mutu proyek adalah proses penentuan standar dan kriteria mutu yang akan di pakai oleh proyek, serta usaha untuk dapat memenuhinya. Parameter standar dan kriteria menjadi masukan penting pada waktu menentukan definisi lingkup proyek. Ketentuan standar mutu akan besar pengaruhnya terhadap biaya proyek terutama pada waktu desain – engineering, seleksi peralatan dan material. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan mutu  ( quality policy )  dari pihak pimpinan maupun kontraktor untuk di pakai sebagai pegangan pelaksanaan. Output  dari perencanaan mutu adalah dokumen yang memuat kebijakan dan prosedur yang menyeluruh tentang masalah  QA / QC .

3.4.3    Perencanaan Waktu

Perencanaan waktu atau jadwal proyek meliputi langkah-langkah yang bertujuan agar proyek dapat di selasaikan sesuai dengan sasaran waktu yang di tetapkan. Perencanaan waktu memberikan masukan kepada perencanaan sumber daya agar sumber daya tersebut siap pada waktu diperlukan. Perencanaan tersebut terdiri dari penentuan definisi komponen kegiatan, urutan pelaksanaan komponen kegiatan, dan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing komponen kegiatan. Hasil langkah-langkah tersebut kemudian dianalisis dengan berbagai metode dan teknik untuk menyusun jadwal proyek.

3.4.4    Perencanaan Biaya

Perencanaan  (perkiraan)  biaya terdiri dari serangkaian langkah untuk memperkirakan besar biaya dari sumber daya yang diperlukan proyek. Langkah tersebut termasuk mempertimbangkan sebagai alternatif yang mungkin dapat menghasilkan biaya yang paling ekonomis bagi kinerja atau material yang sebanding. Jadi, perencanaan biaya baru dapat diselesaikan bila telah tersedia perencanaan keperluan sumber daya. Faktor risiko besar pengaruhnya terhadap perencanaan biaya, yang mengharuskan disediakan sejumlah kontijensi dan sejumlah asuransi. Biaya perkiraan dikaitkan dengan unsur jadwal pemakaiannya, maka akan tersusun anggaran biaya proyek  (time phased budged). Dengan telah merinci jadwal pemakaian dan jumlah alokasi yang bersangkutan, anggaran biaya ini akan menjadi sasaran bagi pengendaliaan kemajuan atau progres kegiatan proyek. Output dari perkiraan biaya proyek adalah anggaran biaya, yang sesuai dengan tahap keperluan dan waktunya dapat berupa dokumen Anggaran Biaya Proyek  ( ABP ) atau Anggaran Biaya Definitif  ( ABD ) .

3.4.5        Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan sumber daya proyek dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu perencanaan sumber daya nonmanusia dan sumber daya manusia ( SDM ).

  1. Perencanaan sumber daya nonmanusia

Perencanaan sumber daya nonmanusia meliputi pengadaan material, peralatan yang akan menjadi bagian permanen proyek serta peralatan konstruksi  (crane, truck dan lain – lain)  yang diperlukan untuk membangun proyek tetapi tidak menjadi permanen. Perencanaan sumber daya nonmanusia secara menyeluruh dapat diartikan sebagai pengkajian dan identifikasi kebutuhan proyek yang akan sumber daya nonmanusia serta bagaimana, kapan, berapa banyak, dan darimana memperolehnya. Hasil utama perencanaan diatas adalah lembaran yang membuat deskripsi kebijakan, daftar material, dan peralatan utama serta jadwal pengadaannya.

  1. Perencanaan sumber daya manusia

Iman Soeharto (1998) menjelaskan yang dimaksud dengan perencanaan sumber daya manusia adalah proses mengidentifikasi jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan. Tujuan perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya, tidak boleh terlalu awal atau terlambat, karena keduanya merupakan pemborosan. Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-macam faktor, diantaranya yang terpenting adalah :

  1. produktivitas tenaga kerja,
  2. tenaga kerja periode puncak (Peak),
  3. jumlah tenaga kerja kantor pusat,
  4. perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi dilapangan,dan
  5. meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam.

Adapun perencanaan sumber daya manusia meliputi rancangan organisasi, pengisian personil untuk kantor pusat, mobilisasi dan pelatihan tenaga kerja untuk lapangan. Perencanaan organisasi terdiri dari penyusunan struktur organisasi, termasuk membuat uraian tugas posisi kunci, tanggung jawab, serta jalur komunikasi dan pelaporan. Karena proyek umumnya mengikutsertakan organisasi dari luar organisasi pemilik (kontraktor, konsultan dan lain-lain), penyusunan jalur komunikasi dan pelaporan harus mempertimbangkan hal-hal tersebut. Misalnya, tingkat mana harus melapor kepada siapa. Dalam merencanakan struktur organisasi, berbagai aspek harus dikaji  (seperti besar lingkup, lokasi, tingkat kompleksitas kesulitan, dan lain-lain ).

Perencanaan pengisian personil  (staffing plan) meliputi kegiatan pengadaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan proyek, dalam arti jumlah, kualitas dan jadwalnya.

Perilaku Kegiatan Proyek (skripsi dan tesis)

Iman Soeharto (1998) menjelaskan bahwa kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.  Lingkup (scope ) tugas tersebut dapat berupa pembangunan pabrik, jalan, jembatan dan lainnya, dari pengertian diatas maka ciri pokok proyek adalah sebagai berikut ini .

  1. Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir seperti bangunan jalan .
  2. Dalam proses mewujudkan lingkup diatas maka ditentukan jumlah biaya, jadwal dan kriteria mutu .
  3. Bersifat sementara, dalam arti umumya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas .
  4. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung .

Di samping proyek dikenal pula program yang mempunyai sifat sama dengan proyek.  Perbedaanya terletak pada kurun waktu pelaksanaan dan besamya sumber daya yang diperlukan program memiliki skala yang lebih besar daripada proyek. Umumnya, program dapat dipecahkan menjadi lebih dari satu proyek. Dengan kata lain, suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam proyek .

Selain berbentuk bangunan diatas telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya pembangunan rumah tinggal, jembatan, atau instalasi pabrik. Dapat pula berupa produk hasil kerja penelitian dan pengembangan. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang harus di penuhi yaitu besamya biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan di atas disebut tiga kendala (triple constraint) seperti terlihat pada Gambar 3.2 .

  1. Anggaran

Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi dari anggaran. Untuk proyek-proyek yang melipatkan dana dalam junlah besar dan jadwal pengerjaannya bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan secara total proyek, tetapi dipecah atas komponen-komponennya atau per periode tertentu (rnisalnya per kuartal ) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.

  1. Waktu

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan.

  1. Mutu

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.  Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut merupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik harus mampu beroperasi secara memuaskan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Jadi memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai for the intended use .

Ketiga batasan tersebut bersifat saling tarik menarik, artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal .

Fungsi dan Siklus Manajemen Proyek (skripsi dan tesis)

Uraian secara garis besar dan sederhana ketiga fungsi manajemen proyek tersebut adalah sebagai berikut ini .

  1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah kegiatan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, sasaran, program, target, prosedur, metode, system, anggaran, waktu dan standar-standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi .

  1. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan merupakan proses dan cara/teknik bagaimana menerapkan hasil perencanaan/kegiatan yang telah ditetapkan secara riil (di lapangan), agar tercapai tujuan dari kegiatan yang telah ditetapkan secara optimal .

  1. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah upaya yang sistematis agar proses dan hasil pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan melalui proses .

Ketiga fungsi manajemen tersebut menurut Istimawan Dipohusodo (1996) menjadi dasar suatu siklus mekanisme manajemen proyek yang merupakan proses terus menerus selama proyek berlangsung dalam suatu tata hubungan kompleks yang selalu berubah-ubah (dinamis).

Manajemen Proyek Konstruksi (skripsi dan tesis)

Menurut Tadjuddin BMA (2004) manajemen adalah suatu metode/teknik atau proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara sistematik dan efektif, melalui tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan/melaksanakan (actuating), dan pengawasan (controlling) dengan mengelola dan menggunakan sumber daya yang ada secara efisien .

Adapun beberapa definisi manajemen seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang manajemen berikut ini .

  1. George R. Terry (Principles of management dalam Tadjuddin BMA, 2004)

Terry menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan/pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lain .

  1. James Af Stoner (“Management”dalam Tadjuddin BMA, 2004).

Pengertian manajemen menurut Af Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan .

3 . Elmor Peterson (“Bussiness Organization and Management” dalam Tadjuddin BMA, 2004)

Peterson menyatakan bahwa manajemen adalah suatu teknik untuk menetapkan maksud dan tujuan dari sekelompok manusia tertentu dan mengklasifikasi serta melaksanakan unsur-unsur manajemen .”

  1. John F. Mee (dalam Tadjuddin BMA, 2004)

John F. Mee menyatakan bahwa manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang rninimal, serta mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja dan memberikan pelayanan sebaik mungkin pada masyarakat .

5    Marry P. Foflet (dalam Tadjuddin BMA, 2004)

     Foflet menyatakan bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain .

  1. Ali B. Siregar dkk-, (Manajemen dalam Tadjuddin BMA, 2004)

Ali B. Siregar menyatakan bahwa manajemen adalah proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan tertentu .

Menurut Iman Soeharto (1998) bahwa pengertian dari manajemen proyek  adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan konstruksi untuk mencapai sasaran jangka panjang pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan system dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal .

Agar pelaksanaan proyek dapat berhasil, ada beberapa ciri-ciri manajemen proyek yang perlu diperhatikan :

  1. tujuan, sasaran, harapan harapan dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat,
  2. diperlukan rencana kerja, jadwal, dan anggaran biaya yang realistis,
  3. diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek untuk berbagai strata jabatan,
  4. diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggu jawab pada berbagai strata organisasi,
  5. diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen. Informasi umpan balik akan dimanfaatkan sebagai pelajaran dan dapat dipakai sebagai pedoman di dalam upaya peningkatan produktivitas proyek,
  6. sesuai dengan sifat dinamis suatu proyek, apabila diperlukan tim proyek atau satuan proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mungkin harus bergerak di luar kerangka organisasi tradisonal atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya produktivitas, dan
  7. diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar-dasar peraturan birokrasi dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi kendala birokrasi .

Analisis pengendalian proyek dengan menggunakan konsep nilai hasil (Earned Value Concept) (skripsi dan tesis)

Permasalahan dalam studi Fadrizal Lubis (2004) adalah seringnya terjadi keterlambatan waktu yang diakibatkan kinerja proyek yang masih kurang baik selama berlangsungnya pelaksanaan pembangunan jalan ujung-kota lama kabupaten Rokan Hulu .

Tujuan dari studi Fadrizal Lubis (2004) adalah untuk membandingkan antara kemajuan pekerjaan yang sedang berjalan terhadap waktu dan biaya yang tersedia pada pekerjaan tersebut. Dengan metode Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept) dapat diperkirakan kemajuan pekerjaan meliputi waktu dan biaya yang tersedia .

Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut ini .

  1. Data internal .

           Data internal didapatkan dari perusahaan yang melaksanakan proyek .

  1. Data eksternal .

     Data eksternal diperoleh dari beberapa nara sumber atau instansi terkait yang terlibat dalam pelaksanaan proyek pembangunan jalan tersebut dengan melakukan wawancara, survey lapangan atau pengamatan langsung di lapangan .

Hasil penelitian Fadrizal Lubis (2004) menunjukkan kinerja yang kurang baik terutama indek kerja jadwal (SPI) dari bulan Agustus dengan nilai : 0,936 sampai dengan bulan Desember dengan nilai : 0,320. Akibat kinerja yang kurang baik, menyebabkan pekerjaan ini terlambat dan mengalami kerugian. Pada awal pekerjaan (bulan mei) sampai dengan bulan ke 3 (juli) kemajuan pekerjaan (biaya dan waktu) masih diatas rencana kerja. Kemudian prestasi terus mengalami penurunan sampai bulan ke 8 (Desember) sebesar : – 40,709 % dari prestasi rencana .

Evaluasi kineria biaya dan waktu dengan menggunakan Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept) (skripsi dan tesis)

Permasalahan dalam studi Nusantara (2003) adalah keterlambatan waktu dari rencana time shcedule pada pelaporan kedua pada proyek pembangunan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia .

Tujuan dari studi Nusantara (2003) adalah untuk mengetahui kinerja waktu dan biaya dari proyek pembangunan laboratorium terpadu guna mengetahui performance keseluruhan proyek serta mengambil tindakan dini terhadap kemajuan proyek. Dengan menggunakan metode konsep nilai hasil tidak hanya mampu menunjukkan varians biaya dan waktu pelaporan, namun juga dapat menunjukkan kinerja dari biaya dan waktu saat pelaporan.

Cara penelitian pada proyek pembangunan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia adalah sebagai berikut ini .

  1. Data pelaporan prestasi dan biaya disajikan dalam periode mingguan atau per enam hari kerja .
  2. Untuk melihat fluktuasi prestasi pekerjaan keseluruhan proyek diambil data selama 4 kali periode yaitu pelaporan pertama pada 23 – 27 April 2002, pelaporan kedua pada 23 – 27 Juli 2002, pelaporan ketiga pada 21 – 26 Oktober 2002 dan pelaporan keempat pada 30 Desember 2002 – 11 Januari 2003 .
  3. Untuk data anggaran didapat dari jumlah prosentase bobot pekerjaan yang harus dicapai pada saat pelaporan dikalikan dengan rencana anggaran biaya proyek. Untuk data pengeluaran didapat dari keuangan proyek pada saat pelaporan .

Hasil penelitian Nusantara (2003) menunjukkan bahwa biaya proyek mengalami penghematan dimana biaya rencana adalah Rp. 8.217.30,1.745.64,- sementara perkiraan biaya total proyek menurut konsep nilai hasil sebesar Rp. 7.471.405.504,65, sehingga proyek mengalami keuntungan sebesar Rp. 745.897.246,99,-. Dari segi waktu proyek ini memang mengalami keterlambatan dari rencana time shcedule pada pelaporan kedua. Namun dari total waktu yang diberikan oleh pemilik proyek penyelesaian pekerjaan belum terlambat. Penyebab keterlambatan proyek adalah kurangnya sumber daya manusia sehingga prestasi realisasi pekerjaan proyek lebih kecil dari prestasi rencana .

Pengendalian Biaya dan Waktu Pada Proyek Bangunan Gedung Menggunakan Konsep Nilai Hasil (skripsi dan tesis)

Permasalahan  dalam studi Muh Nur Sahid (2003) adalah keterlambatan waktu pelaksanaan pembangunan Gedung Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sehingga mengakibatkan biaya meningkat dari rancana anggaran tersedia.

Tujuan dari studi Muh Nur Sahid (2003) adalah untuk mengetahui kinerja selama berlangsungnya proyek dan dilakukan optimasi waktu dan biaya. Untuk itu dibutuhkan pengendalian meliputi waktu dan biaya dengan menggunakan Konsep Nilai Hasil dengan metode Simulated Annealing.

Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  1. melakukan analisis Varian jadwal dan biaya,
  2. melakukan analisis kinerja pelaksanaan proyek,
  3. melakukan analisis prakiraan biaya pekerjaan tersisa , dan
  4. melakukan analisis jadwal keterlambatan .

Hasil penelitian Muh Nur Sahid (2003) menunjukkan bahwa proyek tidak berjalan sesuai dengan rencana untuk itu dilakukan optimasi, sehingga dihasilkan biaya minimum penyelesaian proyek sebesar Rp. 8.170.835.263,- dengan waktu penyelesaian 83,05 minggu, walau biaya minimum tetapi proyek tetap rugi walaupun ruginya minimum. Biaya proyek akan lebih besar lagi apabila waktu pelaksanaan proyek lebih cepat dari 5 minggu atau lebih terlambat dari 83,05 minggu.

Pengukuran Produktivitas Manajemen Proyek (skripsi dan tesis)

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yang sangat berbeda (Sinungan, 2000), yaitu:

  1. perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkatkan atau berkurang serta tingkatannya,
  2. perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relative, dan
  3. perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran serta tujuan.

 Melakukan pengukuran produktivitas sudah banyak metode yang dikembangkan. Untuk setiap metode diperlukan suatu perangkat data dan untuk itu diperlukan pula suatu sistem administri yang sesuai untuk dapat mencatat data-data yang diperlukan secara berkesinambungan, apabila metode yang dipakai sangat pelik dan komplek maka semakin komplek pula administarasi yang harus dilakukan (Syarif, 1987).

Pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan membagi output dan input pekerjaan (Reksohadiprojo, 1998). Pengukuran produktivitas dilakukan dengan membagi output dengan input (Syarif, 1987), yaitu:

Produktivitas = Hasil Pekerjaan (Volume)  …………………………….. (3.1)

Jumlah tenaga/waktu

Ukuran hasil pekerjaan (volume) dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk antara lain:

  1. jumlah satuan fisik produk/jasa, dan
  2. jumlah pekerjaan/kerja.

Ukuran jumlah tenaga/waktu dapat dinyatakan dalam bentuk, antara lain:

  1. jumlah tenaga kerja,
  2. jumlah waktu, dan
  3. jumlah material.

Produktivitas penggunaan suatu alat atau bahan tertentu seperti aspal dapat diperbandingkan secara langsung melalui ukuran-ukuran di atas atau melalui pembuatan grafik yang menyatakan perbandingan hasil pekerjaan terhadap penggunaan sumber daya

Produktivitas Dalam Proyek Kontruksi (skripsi dan tesis)

.Salah satu pendekatan manajemen yang digunakan untuk mempelajari produktivitas pekerja adalah work study. Metode ini menyejajarkan dua metoda lain yaitu method study and work measurenment. Metode ini secara sistematik dapat digunakan untuk mengetahui dan memperbaiki/meningkatkan kinerja penggunaan sumber daya dalam proyek. Work study adalah teknik manajemen yang bertujuan meningkatkan produktivitas dengan cara menyempurnakan penggunaan sumber daya secara tepat :

Work study dapat diaplikasikan dalam berbagai kasus. Pada umumnya harapan yang ingin dicapai adalah berikut :

  1. Menentukan metode kontruksi yang tepat dalan suatu proses produksi
  2. Menyempurnakan penggunaan metode pelaksanaan dengan cara mengeliminasi kegiatan yang tidak diperlukan, mengoptimalkan penggunaan pekerja, alat, material
  3. Meningkatkan produktivitas dari suatu kegiatan
  4. Method Study

Fungsi utama Method Study adalah memberikan informasi yang cukup sebagai dasar pengambilan keputusan tentang metode yang akan digunakan, dengan cara melakukan analisi secara sistematis terhadap berbagai alternatif metode, sehingga penggunaan sumber daya secara optimum dapat dicapai. Tujuan utamnya adalah menguji setiap tahap kegiatan dan menjadikan tahap tersebut lebih mudan dan efektif dalam proses produksi. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan eliminasi kegiatan yang tidak perlu, menghindari terjadinya delay dan meminimalisasikan semua kegiatan yang bersifat pemborosan. Untuk mencapai kondisi terbaik dari suatu kegiatan, dapat dilakukan bebrapa cara sebagai berikut :

  1. Memperbaiki lokasi bekerja/lingkungan kerja
  2. Memperbaiki prosedur bekerja
  3. Memperbaiki penggunaan material, alat dan pemakaian pekerja
  4. Memperbaiki spesifiksi produk.

Method Study mcakup bebrapa tahap berikut ini :

  1. Penentuan kasus yang akan dipelajari
  2. Pencatatan data lapangan
  3. Pengujian kegiatan kritis
  4. Pengembangan metode kontruksi
  5. Implementasi metode yang telah disempurnakan
  6. Melakukan penyempurnaan metode dengan cara melakukan pengawasan secara kontinu
  7. Work Measurenment

Setiap metode yang dipilih untuk digunakan dalam melaksanakan proyek kontruksi harus diyakinkan mengenai manfaat dan efisiensinya. Proses evaluasi manfaat ini ditinjau dari bebrapa aspek, diantaranya adalah waktu. Waktu merupakan salah satu kendala dalam proyek konstruksi slain kendala lainnya, yaitu kendala biaya dan mutu. Ketepatan dan kecepatan dalam mlaksanakan pekerjaan dengan menggunakan setiap metode tertentu harus selalu dievaluasi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan waktu kerja adalah menggunakan time study

  1. Crew Balance Sheet

Proses pelaksanaan kegiatan dalam melaksanakan proyek konstruksi sebagian bsar menggunakan peralatan. Pendataan pemanfaatan alat dan pekerja sebaiknya dilakukan setiap hari karena hal ini akan digunakan sebagai basis pemberian upah. Selain itu, data dapat dimanfaatkan untuk proses evaluasi kinerja (efektivitas dan efisiensi). Data pekerja dan alat itu nantinya diubah/ditampilkan dalam bentuk diagram yang disebut dengan crew balance sheet.

Pembentukan crew balance sheet diawali dengan pencatatan waktu kerja untuk setiap pekerja dan alat yang digunakan (metode time study). Kemudian hasil pendataan ini dimanfaatkan untuk menentukan waktu yang dikonsumsi oleh setiap pekerja dan alat. Pertimbangan yang derlu diperhatikan dalam pencatatan pendataan antara lain :

  1. Tingkat akurasi dalam mendapatkan waktu standar, disebabkan oleh pencatatan waktu
  2. Pengamatan untuk setiap kegiatan masing-masing pekerja dapat dihitung lebih baik dalam setiap pekerjaan
  3. Pemisahan kegiatan dalam menentukan waktu standar dapat dilakukan sesuai pemisahan kegiatan

Crew balance sheet digambarkan berupa “batang vertikal” yang mempresentasikan setiap pekerja atau peralatan yang digunakan. Ordinat mempresentasikan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. “Batang vertikal” dibagi menjadi bebrapa bagian yang mempresentasikan subkegiatan (waktu kegiatan, waktu idle, waktu yang tidak efisien, waktu tidak produktif).

Sebagai contoh pada proyek perbaikan jalan yang menggunakan 4 orang pekerja, implmentasi crew bance chart dimulai dengan menghitung besarnya waktu dasar yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan. Jenis Kegiatan yang dapat dipisahkanakan dihitung tersendiri waktu dasarnya. Adapun pemisahan jenis kegiatannya adalah sebagai berikut:

  1. penentuan lokasi-lokasi mana saja yang membutuhkan perbaikan jalan,
  2. memasang rambu-rambu keselamatan,
  3. memperisapkan alat dan bahan perbaikan jalan,
  4. membersihkan jalan yang rusak, dan
  5. melakukan perbaikan jalan.

Kemudian kegiatan-kegiatan tersebut direkapitulasikan waktu dasar pelaksanaannya dengan memperhitungkan waktu produktif (bekerja) dan waktu tidak produktif (tidak bekerja). Contoh perhitungan pada Tabel 3.3.

Tabel.3.3. Contoh Pelaksanaan Waktu Produktif dan Tidak Produktif Pekerja

Kegiatan Waktu dasar Waktu tidak produktif %
a.       Penentuan lokasi-lokasi mana saja yang membutuhkan perbaikan jalan

b.       Memasang rambu-rambu keselamatan

c.       Memperisapkan alat dan bahan perbaikan jalan

d.      Membersihkan jalan yang rusak

e.       Melakukan perbaikan jalan

01:15:00

 

 

00:20:00

 

00:15:00

 

00:25:00

02:30:00

00:10:00

 

 

00:01:00

 

00:00:00

 

00:02:00

00:20:00

10.67%

 

 

5.00%

 

0.00%

 

8.00%

13.33%

Dari tabel 3.3.di atas terlihat bahwa pada kegiatan perbaikan jalan waktu tidak produktifnya adalah yang paling besar (13,33%), sehingga kegiatan ini perlu diteliti lebih lanjut menggunakan metode crew balance chart.

Dari Grafik di atas dapat diketahui bahwa dalam kegiatan perbaikan jalan, pekerja 4 banyak berdiam diri sehingga produktivitasnya rendah, hal ini dapat disikapi dengan memberikan tugas tambahan kepada pekerja tersebut.

Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Manajemen Proyek (skripsi dan tesis)

Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan, diantaranya dilakukan di Singapura oleh Low pada tahun 1992. Low menyimpulkan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu buildability, structure of industry, training, mechanisation and automation, foreign labour, standarization, building control.

Di Indonesia, penelitian serupa dilakukan oleh Kaming pada tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu :

1         Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor : disain rekayasa, metoda kontruksi, urutan kerja, pengukuran kerja

2         Manajemen lapangan, terdiri atas faktor : perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja.

3         Lingkungan kerja, terdiri atas faktor : keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi

4         Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja anatar sejawat, kemangkiran

Definisi Produktivitas dalam Proyek Konstruksi (skripsi dan tesis)

Produktivitas didefiniskan sebagai rasio antara input dan output atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Dalam proyek kontruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses kontruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang metode dan alat. Sukses atau tidaknya proyek kontruksi tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya.

Sumber daya yang digunakan selama proses kontruksi adalah material, machines, men, method and money. Penggunaan material dalam proses kontruksi secara efektif sangat tergantung pada disain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Penghematan material dapat dilakukan pada tahap pnyediaan, hanling, dan processing selama proses kontruksi. Pemilihan alat yang tepat akan mempengaruhi kecepatan proses kontruksi, pemindahan/distribusi material dengan cepat baik arah horisontal dan vertikal.

Pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada kecakapan masing-masing pekerja karena tidak ada satu pun pekerja yang sama karakteristiknya. Biaya untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metode kontruksi yang digunakan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian waktu kontruksi dan pemilihan metode kontruksi yang akan digunakan adalah Kepala Proyek.

Produktivitas Secara Umum (skripsi dan tesis)

Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan (:pekerja) dan pelanggan yang mencakup (a) ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan; (b) penampilan karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian; (c) kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan (Gaspersz, 2003).

Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah situasi yang bertentangan karena belum adanya kesepakatan umum dari para ahli tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengikuti petunjuk-petunjuk produktivitas. Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input) Hasibuan (2003).

Apabila produktivitas naik hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan adanya peningkatan keterampilan tenaga kerja. Menurut Blunchor dan Kapustin yang dikutip oleh Sinungan (1987), produktivitas kadang-kadang dipandang sebagai penggunaan intensif terhadap sumber-sumber konversi seperti tenaga kerja dan mesin yang diukur secara tepat dan benar-benar menunjukkan suatu penampilan yang efisiensi.

Internasional Labour Organization (ILO) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung (Hasibuan, 2003). Ravianto (1995) memberikan rumusan produktivitas kerja sebagai berikut.

Produktivitas Kerja = fungsi(Motivasi+Kecepatan kerja + Kepribadian Pekerja + Performa/Kinerja) + Kepuasan Kerja

Faktor-faktor peiningkatan produktivitas, pertama, perbaikan terus menerus, yaitu upaya meningkatkan produktivitas kerja salah satu implementasinya ialah bahwa seluruh komponen harus melakukan perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu kiat tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-menerus untuk melakukan perubahan-perubahan, baik secara internal maupun eksternal. Perubahan internal contohnya, yaitu: (a) perubahan strategi organisasi; (b) perubahan kebijakan tentang produk; (c) perubahan pemanfaatan teknologi; (d) perubahan dalam praktek-praktek sumber daya manusia sebagai akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh pemerintah. Perubahan eksternal, meliputi: (a) perubahan yang terjadi dengan lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b) perubahan yang tinggi secara berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang terjadi dengan cepat karena dampak tindakan suatu organisasi yang dominant peranannya di masyarakat; dan (d) perubahan yang terjadi cepat, menyeluruh dan kontinyu.

Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan. Peningkatan mutu hasil pekerjaan dilaksanakan oleh semua komponen dalam organisasi. Bagi manajemen, misalnya, perumusan strategi, penentuan kebijakan, dan proses pengambilan keputusan. Yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan kegiatan organisasi yaitu mutu laporan, mutu dokumen, mutu penyelenggaraan rapat, dan lain-lain.

Ketiga, pemberdayaan sumberdaya manusia. Memberdayakan sumberdaya manusia mengandung kiat untuk: (a) mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia, mempunyai harga diri, daya nalar, memiliki kebebasan memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam; (b) manusia mempunyai hak-hak yang asasi dan tidak ada manusia lain (termasuk manajemen) yang dibenarkan melanggar hak tersebut. Hak-hak tersebut yaitu hak menyatakan pendapat, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak memperoleh imbalan yang wajar dan hak mendapat perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen yang partisipasif melalui proses berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi. Dalam hal ini pimpinan mengikutsertakan para anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.

Keempat, kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan.Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang baik; (b) penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik; (d) lingkungan kerja yang bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari polusi udara.

Kelima, umpan balik. Pelaksanaan tugas dan karier karyawan tidak dapat dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan sistem umpan balik yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam arti didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi, senang atau tidak senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima oleh akal sehat. Jika seseorang harus dikenakan sangsi disiplin, status berat-ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya. Validitas yang tinggi, dalam arti siapapun yang melakukan penilaian atas kinerja karyawan didasarkan pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.

Menurut Dessler (1997), pentingnya peningkatan produktivitas dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah: (a) peningkatan produktivitas dapat berarti peningkatan hasil yang dicapai dengan penggunaan sumberdaya secara efektif dan efisien; dan (b) hal tersebut akan memberikan sumbangan besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih kuat. Kaitannya dengan upah meliputi: (a) aspek peningkatan produktivitas dapat berupa penurunan biaya produksi dan peningkatan kemampuan bersaing karena hasil jumlah produksi bertambah dan harga ditekan lebih rendah; (b) apabila hal tersebut dibarengi dengan pembinaan pasar maka keuntungan akan meningkat; (c) bertambah besarnya keuntungan antara lain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan tingkat upah dan perluasan usaha. Hubungannya dengan aspek kesejahteraan mencakup: (a) peningkatan produktivitas dapat mempengaruhi kenaikan taraf hidup dan (b) jika upah meningkat maka dapat untuk membiayai kebutuhan hidup akan lebih baik.

Program Pemeliharaan Jalan (skripsi dan tesis)

Program pemeliharaan walaupun mempunyai economic return yang tinggi, akan tetapi tidak begitu menarik di lingkungan dunia konstruksi, karena biaya/paketnya relatif sangat kecil dibandingkan dengan program-program lainnnya seperti peningkatan dan ataupun rehabilitasi. Selain itu program penanganan pemeliharaan jalan dilaksanakan secara partial dan dilaksanakan oleh banyak kontraktor kecil secara tersebar. Hal ini tentu saja tidak efisien, dan dapat dibuktikan melalui pendekatan kuantitatif kontrak-kontrak pemeliharaan rutin yang ada dan disimulasi dengan kontrak pemeliharaan yang berskala besar.

Selain dana yang kecil, waktu pekerjaan kontrak-kontrak pemeliharaan itu hanya berlaku s/d 12 bulan maksimum. Sehingga tidak mendorong industri kontraktor mempunyai peralatan untuk pekerjaan pemeliharaan. Ini merupakan konsekwensi logis dari pertimbangan ekonomis, kalau kontraktor tersebut membeli alat pada saat menang, alat itu belum tentu dapat dipergunakan lagi 12 bulan mendatang, karena dia harus mengikuti tender pada pekerjaan baru. Padahal diketahui bahwa biaya pekerjaan pemeliharaan hanya berkisar 3 s/d 7% dari total biaya jalan.(Antameng, 2005)

Miquel dan J. Condron (1991) dalam studi yang dibiayai oleh Bank Dunia menemukan data bahwa British Columbia dan United Kingdom serta Malaysia yang telah men set-up kontrak maintenance yang tidak partial (Comprehensive). Kontrak tersebut meliputi suatu kawasan besar dan dalam waktu relatif lama. Sebelumnya kontrak pemeliharaan di British Columbia memakan waktu 3 tahun, United Kingdom berjangka waktu 18 bulan dan Malaysia 2 tahun. Berdasarkan jawaban responden terhadap questionnaire yang diajukan oleh Miquel, ditemukan bahwa para kontraktor pada 3 negara tersebut, menghendaki agar kontrak pemeliharaan dapat dilaksanakan selama 5 tahun. Sehingga dapat memberikan kesempatan dan insentif kepada mereka untuk menanam investasi berupa pembelian peralatan pemeliharaan yang berteknologi canggih. Saat ini British Columbia sudah menjalani kontrak pemeliharaan dengan jangka waktu 5 tahun, sedangkan United Kingdom juga melaksanakan 5 tahun kontrak. Malaysia (Taufik Widjojono, 2000) melaksanakan kontrak pemeliharaan dengan jangka waktu 15 tahun.

Jangka waktu kontrak tentunya tidak cukup untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal, diperlukan performance based contract untuk pekerjaan pemeliharaan. Performance based contract akan memberikan sangsi baik kepada pemberi pekerjaan maupun pihak penerima kerja, dan ini tentunya akan berkonsekwensi bahwa kedua belah pihak akan lebih berhati-hati dalam pelaksanaan kontrak.

Zietlow 1999, mendefinisikan performance sebagai bentuk perjanjian antara Penguasa Jalan dengan kontraktor yang menetapkan tingkat minimun dari kinerja pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor dengan parameter yang dapat diukur, sefta mendefinisikan kinerja dari asset system drainase, asset lalulintas, permukaan jalan dan jembatan di dalam konteks outcome dari program pemeliharaan.

Kontrak pemeliharaan berdasarkan kinerja diperkenalkan di Amerika Latin dan banyak negara-negara yang mempergunakan kontrak kinerja untuk pekerjaan pemeliharan jalan. Pengenalan kontrak kinerja untuk pekerjaan tersebut, bersamaan dengan pengenalan Road Fund di Amerika Latin. Adapun bentuk-bentuk standar yang biasa dilaksanakan di Amerika Latin (Africa Technical Note, 1998) adalah sebagai berikut:

  1. IntemationalRoughness Index (IRI) untuk mengukur ketebalan permukaan jalan yang mempengaruhi Biaya Operasi kendaraan.
  2. Tidak adanya “pothole” serta pengawasan terhadap cracks dan rutting.
  3. Jumlah minimum jejak (friction) antara ban mobil dengan permukaan jalan untuk alasan keselamatan.
  4. Jumlah minimum bungkalan dari tanah liat yang menutupi/menghalangi sistem drainase.
  5. Retroflexivity dari road sign and marking.
  6. Pengawasan terhadap tingginya alang-alang atau tumbuhan sampai pada tinggi tertentu

Persyaratan dasar suatu jalan pada hakekatnya adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata, konstruksi yang kuat sehingga dapat menjamin kenyamanan dan keamanan yang tinggi untuk masa pelayanan (umur jalan) yang cukup lama yang memerlukan pemeliharaan sekecil kecilnya dalam berbagai keadaan.

Konstruksi perkerasan yang lazim pada saat sekarang ini adalah konstruksi perkerasan yang terdiri dari berberapa lapis bahan dengan kualitas yang berbeda, di mana bahan yang paling kuat biasanya diletakkan di lapisan yang paling atas. Bentuk kontruksi perkerasan seperti ini untuk pembangunan jalan-jalan yang ada di seluruh Indonesia pada umumnya menggunakan apa yang dikenal dengan jenis konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement). Perkerasan lentur (Flexible Pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan bahan pengikat aspal dan konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan bahan yang terletak di atas tanah dasar,

Masalah kualitas konstruksi jalan di atas sudah banyak dilakukan upaya mengatasinya mulai dari menggunakan spesifikasi baru, mengubah desain perkerasan fleksible dengan rigid pavement, medesentralisasikan desain, melatih para pengawas dan pelaksana, meminta supaya kontraktor memperbaiki AMP dan lain sebagainya, namun realisasinya juga masih belum sesuai yang kita harapkan, masih banyak mutu pekerjaan yang kehandalannya belum sesuai dengan umur rencana yang ditentukan. Jalan yang kita desain dengan umur rencana 10 tahun baru tiga tahun sudah mulai terjadi gejala kerusakan. Kualitas jalan aspal kita masih berkutat pada; bila musim hujan terjadi lobang, dan musim panas masih terjadi rutting. Begitu juga jalan beton yang kita desain 20 tahun baru 3 tahun sudah terjadi kerusakan. Jalan beton baru berumur 3 tahun telah terjadi kerusakan yang cukup merepotkan.

Permukaan perkerasan aspal pada musim panas, terjadi rutting dan lama terjadi lobang dan musim hujan lobang juga muncul cukup banyak. Secara umum deformasi disebabkan terjadinya proses pelelehan campuran aspal pada temperatur alam dan pre compacted oleh roda kendaraan sehingga Void in Mix tidak dapat lagi menampung proses pemuaian aspal pada saat leleh karena temperatur alam (temperatur dipantura pada siang hari mencapai 65°C). Kejadian ini dapat dipahami karena aspal yang digunakan berupa aspal minyak dengan titik lembek 48° C. Penambahan filler yang baik seperti semen bisa menaikkan titik lembek campuran aspal sampai 10° C hal ini berarti Softening Point asphalt campuran (hotmix) hanya bisa mencapai temperatur 58° C, lebih rendah dari aktual. (Purnomo, 2005).

Dari berbagai uraian di atas maka salah satu faktor yang penting dalam operasi pemeliharaan jalanadalah pemilihan aspal yang digunakan karena berkaitan dengan produktivitas penggunaan sumber daya tenaga, waktu dan biaya.

Secara teknis pemeliharaan jalan aspal menggunakan aspal dingin (emulsi) sangat mudah dan cepat dilakukan, namun apakah secara ekonomispun biaya perbaikannya berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan aspal panas (minyak). Oleh karena itu diperlukan analisis menganai manfaat dan biaya (cost-benefit) untuk dijdikan dasar pengambilan keputusan. Menurut Kuiper dalam Kodoatie (2005), ada tiga parameter yang sering dipakai dalam analisis manfaat dan biaya, yaitu:

  1. Perbandingan Manfaat dan Biaya (Benefit/Cost atau B/C)
  2.  Selisih Manfaat dan Biaya (Net Benefit)
  3. Tingkat Pengembalian (Rate of Return)

Ketiga parameter untuk kedua jenis lapis permukaan jalan akan diperbandingkan produktivitasnya dan dialisis secara aktual di lapangan untuk mengetahui mana yang lebih baik dan untuk menganalisis apakah perbedaannya signifikan atau tidak.

Pekerjaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) (skripsi dan tesis)

Pekerjaan laburan aspal dua lapis (Burda) telah distandarkan oleh Dirjen Bina Marga dalam bentuk Analisa Harga Satuan dengan kode analisa K617. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam analisa harga satuan tersebut adalah:

  1. Hasil kerja 600m2/hari
  2. Agregat ukuran tunggal 19 mm dan 9,5 mm tersaring produksi unit pemecah batu ditimbun di lokasi pekerjaan oleh pemasok
  3. Permukaan yang akan diaspal telah selesai dipadatkan dan terikat dengan binder
  4. Lapis primer/resap permukaan menggunakan aspal cutback @ 1L/m2
  5. Lapis seal/penutup menggunakan aspal cutback @ 1,61L/m2 dan @ 1,31L/m2
  6. Agregrat ukuran tunggal dihampar dari dumptruck penghampar @ 60m2/ m3
  7. Sesuai rev. Spek. Umum B.M. maret,89-Buku 3

Sedangkan proses pelaksanaan pekerjaan laburan aspal dua lapis (Burda) adalah sebagai berikut:

  1. Bersihkan permukaan tidak beraspal dari oli dan material lepas
  2. Permukaan perkerasan dilapis prime aspal cutback
  3. Bersihkan dan tutup permukaan yang sudah dilapis dengan dua lapis aspal cutback dan serpihan agregat
  4. Tiap lapis digilas dengan mesin gilas pneumatic roda karet.

Pada pengerjaan Burda diperlukan tiga buah komponen pendukung yaitu pekerja, material, dan peralatan. Rincian masing-masing komponen tersebut untuk volume perkjaan 1800 mdapat dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.2. Tabel  Analisis Harga Satuan Pengerjaan Burda

Komponen Vol Hari Kode Total Vol

(org.hari)

1.      Pekerja a. Mandor

b.Operator terlatih

c. Pembantu Operator

d.                 Supir terlatih

e. Pembantu supir

f. Buruh tak terampil

g.Buruh terampil

1

2

2

1

1

12

2

3

3

3

3

3

3

3

L061

L081

L089

L091

L099

L101

L106

3

6

6

3

3

36

6

      Satuan Kode Total Vol
2.      Material a. Batu sungai tersaring

b.Aspal

c. Minyak baker

d.                 Alat Bantu (set@3 alat)

  m3

kg

lt

set

K017

M061

M065

M170

48,00

5750,00

1270,00

1,44

3.      Peralatan a. Mesin gilas roda karet 8-15 ton

b.Mesin penyemprot aspal

c. Dump truck 3,5 ton/115HP

1

 

1

1

3

 

3

3

E084

 

E153

E211

15,00

 

15,00

15,00

 

Sumber: Analisa Harga Satuan Kode K617 Dirjen Bina Marga

Aspal Secara Umum (skripsi dan tesis)

Dari sejarah dapat diketahui bahwa aspal, atau asphalt (Amerika) atau bitumen (Inggris) telah digunakan sejak dahulu untuk beberapa keperluan baik digunakan untuk pengerasan jalan, maupun untuk pengawetan jenasah dan lain-lain.

Aspal tersusun atas senyawa hydrogen (H) dan karbon (C) yang terdiri dari parafins, naptene dan aromatic. Bahan-bahan tersebut membentuk kelompok-kelompok yang disebut:

  1. Asphaltenese

Kelompok ini membentuk butiran halus, berdasarkan aromatic benzene structure serta mempunyai berat molekul yang tinggi.

  1. Oils

Kelompok ini membentuk cairan yang melarutkan asphaltenese, tersusun dari paraffin (waxy), cyclo paraffin (wax-free),dan aromatic serta mempunyai berat molekul yang rendah

  1. Resins

Kelompok ini membentuk cairan yang menyelubungi asphaltenese dan mempunyai berat molekul yang sedang. Selanjutnya gabungan resin dan oil sering disebut sebagai maltenese.

Menurut jenisnya aspal dapat dibedakan menjadi: (Suprapto, 2004)

  1. Aspal alam

Aspal jenis ini banyak terdapat di alam, seperti lake asphalt di Trinidad Bermuda dan rock asphalt di Pulau Buton Indonesia yang terkenal dengan sebutannya Asbuton (aspal batu buton). Biasanya aspal jenis ini banyak tedapat di daerah yang mengandung minyak bumi.

Kadar bitumen pada aspal alam ini hanya mencapai kurang lebih 30 % sehingga kurang baik untuk langsung digunakan. Oleh karenanya banyak usaha yang dilakukan unuk memperbaiki karakteristik aspal alam.

  1. Aspal Panas

Aspal atau bitumen yang merupakan campuran dari hydrogen (H) dan Carbon (C) yang sangat kompleks. Aspal panas dapat diperoleh dari dari (1) bahan hewani yang diperoleh dari crude oil pada proses akhir pengolahan minyak, di dalam proses penyaringan crude oil, tidak semuanya dapat menghasilkan aspal (2) bahan nabati yang diperoleh dari pengolahan batu bara (disebut tar). Perbedaan kedua jenis aspal minyak ini adalah dari baunya.

Aspal jenis ini banyak digunakan pada pekerjaan coating/pelapisan jalan (misalnya: perbaikan) dan pembuatan beton aspal campuran dingin (cold mix) atau digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat aspal semen atu aspal lain dengan wujud yang berbeda.

  1. Apal Emulsi (Emulsified Asphalt)

Aspal ini dibuat dari bahan dasar aspal, air, dan bahan tambah (agent) dengan cara mendispersikan aspal ke dalam diaran (air) dalam bentuk butiran-butiran halus. Agar bahan yang dicampur dapat bertahan yaitu butiran aspal tidak berkumpul dan menggumpal maka perlu diberikan tambahan bahan lain yaitu surface active agent (bahan pengemulsi).

Daya lekat antara aspal emulsi dan permukaan batu/jalan, sangat tergantung dari proses penguapan air dan realsi kimia antara kedua permukaan yang bersentuhan tersebut. Kelebihan aspal emulsi ini adalah tidak adanya bahaya kebakaran pada saat penggunaannya (hingga sering disebut aspal dingin), tidak ada polusi, bitumen keras dapat diperoleh dalam keadaan cair, cocok dengan pekerjaan yang relative kecil dengan unskilled labour.

Perbandingan keunggulan dan kekurangan antara aspal emulsi dan aspal panas,dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.1. Perbandingan Keunggulan dan Kekurangan Aspal Emulsi dan Aspla Panas

Jenis Aspal Keunggulan Kekurangan
Aspal Panas –          Harga satuan lebih murah

–          Tidak terpengaruh oleh cuaca hujan

–          Dapat digunakan sebagai campuran untuk membuat beton aspal

–          Efisiensi penggunaan rendah karena bentuknya semi padat sehingga banyak tertinggal di dalam drum

–          Dibutuhkan pemanasan terlebih dahulu sebelum digunakan

–          Peralatan dan pengerjaan lebih sulit dan tidak cocok dengan pekerjaan yang relaitf kecil dengan unskilled labour

–          Dapat terjadi bahaya kebakaran pada saat penggunaannya, dan menyebabkan polusi.

Aspal Emulsi –          Efisiensi penggunaan tinggi karena bentuknya cair sehingga dapat digunakan sampai habis

–          Tidak dibutuhkan pemanasan   terlebih dahulu sebelum digunakan

–          Peralatan dan pengerjaan cukup mudah dan cocok dengan pekerjaan yang relative kecil dengan unskilled labour

–          Tidak adanya bahaya kebakaran pada saat penggunaannya, tidak ada polusi.

–          Harga satuan lebih mahal

–          Terpengaruh oleh cuaca hujan karena akan larut dalam air

–          Tidak dapat digunakan sebagai campuran untuk membuat beton aspal

Sumber: PT Hutama Prima (2003)

Pengkonsepsikan dan Perancangan Rencana Pembangunan Infrastruktur Sekolah (skripsi dan tesis)

  1. Dalam pembahasan mengenai trend perencanaan pendidikan, kecenderungan masa lalu dan masa kini harus diamati dalam batas-batas lingkungannya dan perencana pendidikan harus mengkaji pola-pola dan kecenderungan yang umum dan menonjol pada manusia, tempat, pergerakan, ekonomi dan aktivitas. Dengan memperhatikan perencanaan lingkungan, perhatian yang harus diarahkan adalah orang dan fungsinya  dalam lingkungan tersebut. Perencanaan melibatkan pengarahan dan pengawasan dari penggunaan dan pengembangan sumber daya manusia dan fisik untuk manfaat sosial dan ekonomi semaksimal mungkin.

Tiga jenis konsep infrastruktur, yaitu:

  1. Infrastruktur linear (air, listrik, lalu lintas dan sebagainya)
  2. Infrastruktur planar (permukaan datar)
  3. Infrastruktur spatial

Seperti kebiasaan umum dalam perencana, infrastruktur linear memungkinkan variasi yang tidak terlalu beragam dibandingkan dengan dua infrastruktur lainnya. Dalam beberapa hal, kota bisa dianggap sebagai suatu kombinasi yang rumit dan dinamis dari infrastruktur linier, palanar dan spatial.

Konsep sistem yang dinamis dan berubah yang ditemukan di kota mengharuskan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan bentuknya. Perkembangan bentuk dan struktur perkotaan memiliki implikasi penting untuk perencanaan kota juga sistem sekolah.

Konsep kepadatan hendaklah tidak ditafsirkan secara kaku. Misalkan di Amerika Serikat, perencana terkesan dengan luasnya wilayah dengan demikian merencanakan keterbukaan perencanaan. Sementara di Eropa dimana kepadatan penduduknya sangat tinggi, sasaran perencanaan adalah memanfaatkan ruang yang ada untuk pemakaian terbaik karena wilayah perkotaan menjadi semakin kompleks diperlukan fleksibilitas yang lebih besar agar bisa memadukan orang dengan tempat, pergerakan biaya dan aktivitas. Secara umum harus mempertimbangkan komunikasi dan konsep pergerakan. Disini harus dipertimbangkan keseimbangan antara peraturan dengan pengendalian dan kebebasan penduduk.

Perencanaan pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar jika dapat menilai efektifitasnya berbagai program yang ditanganinya. Bangunan dan ruang lainnya sebagian menunjukkan suatu sistem sosial yang kompleks. Setiap aspek terletak pada hubungan kausal dengan yang lainnya. Aspek  perencanaan fisik fasilitas pendidikan harsu sesuai dengan rencana lain pihak pemerintah maupun non pemerintah.

Prinsip perencanaan, khususnya dalam lingkungan fisik, semuanya berkaitan dengan perencanaan lingkungan pendidikan. Empat perhatian perencana adalah:

  • Sejumlah aktivitas yang tercakup dalam berbagai lembaga pendidikan
  • Kebutuhan manusia akan lembaga pendidikan.
  • Perencanaan fasilitas fisik yang berkaitan dengan proses dan teknik
  • Administrasi gedung dan peralatan sekolah

Pendidikan merupakan suatu sistem dalam lingkungan secara keseluruhan, perencanaan sistem pendidikan hendaknya secara langsung diintegrasikan ke dalam aktivitas perkotaan lainnya. Karena sistem pendidikan bukan merupakan sistem tertutup, maka akan terus berinteraksi dengan bagian lain dari mekanisme perkotaan. Prinsip-prinsip yang dan berlaku untuk sistem kota dan sistem sekolah. Perencanaan pembelajaraan dan proyeksi kebutuhan pembelajaran di masa depan  dalam bidang pembelajaran dapat diprediksi untuk memastikan lingkungan fisik yang paling baik untuk pembelajaran.

Pola dan trend yang mempengaruhi orang, tempat, pergerakan, ekonomi dan aktivitas itu bersatu menjadi suatu gambaran yang bermakna berkenaan dengan proses pendidikan.

  1. Pola dan Kecenderungan Umum Pada Manusia

Perencana pendidkan harsu sesuai dengan pekerjaanya. Perencana pendidikan hendaknya seorang analis yang terampil, evaluator yang efektif dan desainer yang cakap. Perencana merupakan seoranf profesional yang dengan pengalaman atau pendidikan mampu membuat konsep mengenai pedoman pelaksanaan satu tugas sampai selesai. Sebagai analisi dan pesintesi, perencana harus memahami keseluruhan kontribusi komponen sistem pendidikan dan interaksi antar komponen tersebut dalam struktur, penggunaan tanah, prosedur perzinan, transportasi, demografi, interaksi sosial dan sistem sekolah merupakan bagian penting dari latar belakangnya. Fungsi perencanaan itu lebih luas daripada sekedar merancanggedung. Pembuatan desain sistem sekolah dalam wilayah tertentu itu melibatkan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan dibanding dengan hanya sekedar memvisualisasikan perencanaan gedung sekolah.

Desain untuk lingkungan fisik, seperti desain perencanaan posisi sekolah menunjukkan aktivitas yang akan terjadi dalam ruang (space). Petunjuk khusus mengenai prencanaan dan perencana memang belum begitu jelas. Dalam kaitannya dengan munculnya kekuatan politik, perencana harsu sangat fleksibel. Namun demikian disiplin perencanaan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:

  • Petunjuk metodologi
  • Petunjuk parsial atau tidak lengkap

Permasalahan perencanaan infrastruktur sekolah terletak pada pembuatan penggunaan lahan atau ruang, sedangkan perencana harus membuat sistem suatu lembaga atau organisasi sehingga berbagai komponen yang berada di dalamnya dapat berinteraksi dan berfunsi secara efektif. Konsep fleksibilitas menjadi semakin kuat dalam sistem perencanaan infrastruktur sekolah serta desain arsitektur gedung. Dua konsep ini sangat jelas, pertama merupakan perubahan dalam aktivitas belajar mengajar dan yang ke dua merupakan keterlibatan aktivitas pendukung komunitas yang memberikan kontribusi pada pengembangan sistem pembelajaran.

Fungsi perencana pendidikan sangat banyak dan beragam, akrean seorang perencana dapat berfungsi sebagai perumus dan pelaksana perencanan, pedoman atau perencanaan, pedoman atau pencapaian tujuan. Perencana harus terus menerus memonitor dan mengevaluasi perencanaan dan bertindak sebagai penyangga untuk memastikan penyelesaian dari perencanaan tersebut. Peran utama perencana meliputi:

  • Pemimpin institusi
  • Perencana profesional
  • Komunikator
  • Promotor

Dengan demikian trend dalam perencanaan pendidikan tampaknya mendapatkan fleksibiltas yang lebih besar dalam pelatihan perencanaan pendidikan dan akibatnya sangat besar fleksibiltasnya dalam perncangan lingkungan fisik untuk pembelajaran. Perubahan tang pesat dalam masyarakat teknologi menuntut bahwa lingkungan fisik untuk belajar itu harus fleksibel agar dapat memastikan bahwa siswa dapat terus mengimbangi perubahan sosial, politik, budaya dan fisik di masa depan.

Pekerjaan perncana pendidikan memerlukan interprestasi ringkas mengenai kebutuhan masyarakat dan bagaimana cara perencanaan tersebut memenuhinya. Dengan demikian, perencanaan harus bersifat komprehensif jika perencanaan itu merupakan perencanaan fisk, sosial, ekonomi, transportasi dan perencanaan pendidikan. Perencana harus menyeimbangkan sesuatu menginginkan dengan sesuatu yang memungkinkan terjadi

  1. Pola dan Kecederungan Yang Menonjol Pada Tempat

Dari awal peradaban,lingkungan fisik mempengaruhi sosial manusia. Manusia menggunakan unsur-unsur alam untuk kepentingan dan pemenuhan tujuan sosialnya. Masalah penting lainnya dari perancang fisik ini adalah penciptaan bentuk-bentuk pemukiman yang menunjukkan lingkungan manusia sebagai bagian dari tatanan alami kehidupan. Ini dilakukan dengan membuat fokus interaksi agar bisa meningkatkan pilihan dalam aktivitas dan hubungan infrastruktur.

Salah satu pengukuran pengaruh lingkungan ini adalah tingkat tanggapan lingkungan terhadap individu. Lingkungan yang sesuai dapat secara efektif mempengaruhi perilaku individu dan membantu menggali pengembangan potensi dasarnya. Bila seluruh sistem dikaji, ada tindakan korektif yang dilakukan untuk bebrapa komponen sistem, sehingga keseluruhan sistem bisa berjalan dengan sangat efektif. Dalam perencanaan pendidikan, pendekatan sistem menyeluruh ini diterapkan dalam fasilitas fisik juga program akademi. Lingkungan fisik harus mampu mendukung individu melakukan sejumlah aktivitas. Setting yang sesuai menekankan siswa sebagai individu dan mengahsilkan konsep diri yang lebih positif karena setting tersebut jelas menggambarkan peran individu tersebut dalam sistem pendidikan.

  1. Pengaruh Fisik

Untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang ideal selamanya tidaklah mungkin. Tugas perencana pendidikan dalam hal lingkungan fisik merupakan tugas yang kompleks. Tanggung jawab perencana adalah menciptakan bentuk pendidikan yang akan menghasilkan situasi yang membantu pelajar dengan pengaruh efektif agar berperilaku positif. Namun, lingkungan pendidikan harus dianggap sebagai satu perwujudan yang ada dalam batas-batas aktivitas perkotaan untuk menentukan faktor mana yang efektif dan mana yang tidak efektif, perencana pendidikan harys dapat menganalisa keseluruhan lingkungan perkotaan, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dan menggunakan berbagai komponen fisik untuk mendukung proses pembelajaran. Perencana secara umum memiliki standar dan kriteria stres juga pengukuran toleransi manusia. Sehingga yang diperlukan adalah sejumlah indeks untuk mengukur  tingkat keterbukaan, menentukan prioritas dan mengevaluasi situasi yang ada sebagai sebagai faktor-faktor lingkungan yang mengubah dan mempengaruhi individu. Hanya dengan evaluasisubjektif mengenai kualitas lingkungan tertentu sejalan dengan perencana secar efektif dapat mendesain sistem fungsional yang optimal. Sistem seperti itu akan memungkinkan aktivitas pendidikan terlaksana secara selaras dengan aktivitas perkotaan lainnya saat individu bergerak dari satu titik ke titik lainnya dalam seluruh sistem tersebut.

  1. Kewilayahan Tempat

Dalam pergerakan, individu selalu menjadi bagian dari lingkungannya. Individu tergantung pada lingkungan berdasarkan kebutuhan dasarnya. Interaksi yang terus menerus antar individu dan lingkungannya itu membentuk suatu lingkungan pembelajaran yang efektif. Karena itu penting untuk efektivitas pembelajaran, perancangan lingkungan pendidikan juga hendaknya terus mempengarugi individu dan juga dipengaruhi oleh individu tersebut. Lingkungan pembelajaran yang dinamis sangat penting karena keakraban menjadikan individu bisa diterima secara otomatis dan cepat tanggap terhadap lingkungan. Jika lingkungan terus berubah. Lingkungan itu akan lebih merangsang dan menarik.

Bagi setiap makluk hidup, ada pola tertentu dari dimensi lingkungan yang berkaitan dengan apa yang umumnya dijadikan acuan sebagai ecologigal niche (posisi atau peran yang menyenangkan dan nyaman di berbagai tempat dalam komunitasnya). Dengan kata lain, ini berarti pola perilaku tertentu yang dikembangkan individu dan kewilayahan (territoriality) yang dibutuhkan sehingga memungkinkan pola perilaku itu berfungsi secara efektif

Di sini ditekankan mengenai interkasi individu dalam sistem sosial, psikologi dan fisiologi. Faktor-faktor lingkungan tersebut membentuk konsep mengenai kewilayahan seseorang (zona intim, zona pribadi, zona sosial dan zona publik). Konsep ini menunjukkan dorongan dasar umtuk memiliki atau menguasai wilayah tertentu. Perilaku ini berkaitan dengan peran tertentu yang dimainkan individu dalam wilayah tersebut.

  1. Peran Persepsi

Manusia memandang lingkungannya dalam kaitannya dengan latar belakang persepsi. Bentuk, ukuran dan kondis tidak memiliki makna kecuali apabila diungkapkan dalam pengalaman persepsi seseorang. Lingkungan itu sendiri tidak begitu berarti bagi siswa sampai siswa secara aktif terlibat dan berinteraksi di dalamnya. Saat siswa dilibatkan dalam lingkungan siswa menginterprestasikan latar belakang persepsi ini dan memberikan respom pada lingkungan tersebut dengan melibatkan berbagai stimuli.

  1. Pola dan Kecenderungan Umum Pada Pergerakan

Dewasa ini orang, benda, pesan disalurkan dalam orbit jaringan aktivitas yang bergerak dari satu node (titik sambungan dalam suatu jaringan) ke node lainnya. Konfigurasi pergerakan ini tampak juga dalam peregerakan lingkungan perkotaan. Namun individu masih berupa mempersepsi bahwa lingkungan tersebut sifatnya konstan dan stabil.

Pergeraakan penuh dengan pengalaman orang-orang di perkotaan. Setiap hari siswa memulai pengalaman belajar siswa dengan pergerakan untuk memulai ke pusat pembelajaran. Namun pengalaman ini tidak dapat dijadilan bagian dari program pendidikan baik secara formal maupun informal. Akibatnya individu tidak peduli terhadap kekacauan, kemacetan dan bahaya. Namun untuk masa sekarang perencana banyak yang menggunakan perhitungan tersebut untuk melibatkan perhitungan seperti siswa berjalan di koridor pada jam tertentu, jalur sekolah dan lain sebagainya.

  1. Pola dan Kecenderungan Umum Pada Ekonomi

Masalah ekonomi perkotaan sangatlah penting bagi perencana pendidikan karena pendidikan karena perangkat pembuatan kepuutsan dalam mengatasi masalah ini belum berkembang secara efektif, masalah organisasi yang memberi kontribusi pada inefisiensi itu memang beragam.

Salah satu kebijakan ekonomi yang menjadi proses berkelanjutan adalah pembaharuan kota (urban renewal). Di dalamnya tercakup pengembangan wilayah, administrasi proyek, pengembangan fasilitas baru, perbaikan fasilitas baru, pembingkaran fasilitas lama, renovasi dengan memperhatikan kepentingan berbagai pihak sehingga masalah-masalah penggunaan lahan tanah tidak menimbulkan konflik. Pembaharuan kota ini memberikan peluang untuk merancang skema yang komprehensif dengan melibatkan berbagai sistem aktivitasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pembangunan rumah (skripsi dan tesis)

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi pembangunan rumah,  yaitu : (1) aksesibilitas, yang terdiri dari kemudahan transportasi dan jarak ke pusat kota, (2) lingkungan, dalam hal ini terdiri dari lingkungan sosial dan fisik seperti kebisingan, polusi dan lingkungan yang nyaman, (3) peluang kerja yang tersedia, yaitu kemudahan seseorang dalam mencari pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya, (4) tingkat pelayanan, lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang memiliki pelayanan yang baik dalam hal sarana dan prasarana dan lain-lain (Drabkin (1980:68)

Luhst (1997) menyebutkan bahwa kualitas kehidupan yang berupa kenyamanan, keamanan dari suatu rumah tinggal sangat ditentukan oleh lokasinya, dalam arti daya tarik dari suatu lokasi ditentukan oleh dua hal yaitu lingkungan dan aksesibilitas.

  1. Lingkungan oleh Luhst didefenisikan sebagai suatu wilayah yang secara geografis dibatasi dengan batas nyata, dan biasanya dihuni oleh kelompok penduduk. Lingkungan mengandung unsur-unsur fisik dan sosial yang menimbulkan kegiatan dan kesibukan dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur tersebut berupa gedung-gedung sekolah, bangunan pertokoan, pasar, daerah terbuka untuk rekreasi, jalan mobil dan sebagainya.
  2. Aksesibilitas merupakan daya tarik suatu lokasi dikarenakan akan memperoleh kemudahan dalam pencapaiannya dari berbagai pusat kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat pendidikan, daerah industri, jasa pelayanan perbankan, tempat rekreasi, pelayanan pemerintahan, jasa profesional dan bahkan merupakan perpaduan antara semua kegiatan tersebut. Penilaian dari aksesibilitas bisa berupa jarak dari Central Business Distrik (CBD), kemudahan mendapat pelayanan dari transportasi umum yang menuju lokasi bersangkutan atau bisa juga dilihat dari lebar jalan yaitu semakin sempit lebar jalan suatu lahan, maka berarti aksesibilitas dari tempat yang bersangkutan kurang baik..

Prayogo Mirhard (Wonosuprojo dkk, 1993) membahas tentang pengadaan permukiman bagi berbagai tingkat pendapatan dan penentuan lokasi permukiman yang baik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Aspek Teknis Pelaksanaan

–       Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug, pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.

–       Bukan daerah banjir, gempa, angin ribut, perayapan. – Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti.

–       Kondisi tanah baik, sehingga konstruksi bangunan direncanakan semurah mungkin.

–       Mudah mendapat air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan.

–       Mudah mendapat bahan bangunan.

–       Mudah mendapat tenaga kerja.

  1. Aspek Tata Guna Tanah

–       Tanah secara ekonomis lebih sukar dikembangkan secara produktif

–       Tidak merusak lingkungan yang telah ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya.

–       Sejauh mungkin mempertahankan fungsi sebagai reservoir air tanah,dan penampung air hujan.

  1. Aspek Kesehatan

–       Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan polusi.

–       Lokasi sebaiknya tidak terlalu terganggu kebisingan.

–       Lokasi sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik, sekolah, puskesmas dan lainnya untuk kepentingan keluarga.

–       Lokasi sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja penghuni.

  1.  Aspek Politik Ekonomis

–       Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitarnya.

–       Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat disekitarnya untuk membangun rumah dan lingkungan yang sehat.

–       Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan mendapat keuntungan yang wajar.

Goodall (1972) menyebutkan bahwa beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh suatu keluarga dalam memilih sebuah rumah yaitu:

  1. suasana kehidupan di lingkungan
  2. lokasi rumah
  3. keadaan fisik rumah
  4. kelengkapan fasilitas rumah
  5. nilai prestisius
  6. harga rumah
  7. pendapatan keluarga

Komaruddin (1997) mengemukaan faktor – faktor pemilihan lokasi perumahan yaitu:

  1. Terjamin kemudahan pencapaian atau aksesibilitas dari dan menuju tempat kerja
  2. Dekat dengan fasilitas sosial dan fasilitas umum
  3. Terhindar dari kerawanan terhadap bencana seperti banjir longsor gempa polusi kebakaran yang membahayakan keselamatan penghuninya
  4. Terjamin secara hukum karena sesuai dengan arahan pemanfaatan tata guna lahan

Brdasarkan uraian teori di atas, maka dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perumahan yang dibangun secara infill development adalah sebagai berikut (a) Aksesibilitas; (b) Harga tanah; (c) Jumlah penduduk; (d) Biaya

Perkembangan Permukiman di Pinggiran Kota (skripsi dan tesis)

  

Pertumbuhan  kota ke area pinggiran  karena meningkatnya kebutuhan dapat terjadi secara alami.  Kondisi tersebut mengakibatkan  terjadinya  perubahan  penggunaan lahan ke arah luar kota (non urban) terutama untuk memenuhi kebutuhan manusia berupa tempat bermukim telah berlangsung secara bertahap dari waktu ke waktu. Proses perubahan tersebut merupakan  peristiwa terjadinya perubahan  kenampakan fisik kotayang merembet kearah luar yang disebabkan oleh adanya penetrasi  dari  suatu  kelompok  penduduk  area  terbangun  kota  (built  up  area) kearah  luar, sehingga wilayah perbatasan menjadi area yang dituju bagi orientasi perkembangan kota (Adisasmita, 2006). Menurut pendapat Yunus (2002), ketersediaan ruang di wilayah kota dalam kondisi tetap dan terbatas mengakibatkan  pengambilan ruang di area pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan ruang yang digunakan sebagai tempat tinggal dan fungsi-fungsi yang lain.

Tanda-tanda perkembangan kota yang menjalar ke area pinggiran kota dikenal sebagai “invasion” dan proses terjadinya kenampakan fisik kota menuju ke arah luar kota desebut sebagai “urban sprawl” (Northam dalam Yunus, 1994)

Penjalaran fisik kota menurut Northam dalam Yunus (1994)  terbagi menjadi tiga macam model, yaitu :

  1. a)Perkembangan Konsentris (concentric development) adalah penjalaran fisik kota yang bersifat rata pada sisi luar yang terjadi dalam tempo yang lambat dan terdapat tanda-tanda yang mengindikasikan adanya morfologi kota yang kompak.
  2. b)Perkembangan fisik memanjang atau linier (ribbon/linear/axial development) merupakan penjalaran fisik kota pada area yang berada di sepanjang jaringan jalan dan  mengikuti pola jaringan jalan tersebut dan terdapat perbedaan penjalaran dalam setiap bagian perkembangan kota.
  3. c)Perkembangan yang meloncat (leap frog/chercher board development) merupakan penjalaran fisik kota tanpa pola.

Spencer (1979:112),   mengemukakan definisi beberapa alasan yang mendorong perpindahan penduduk ke daerah pinggirann kota: (1) penggunaan tanah untuk permukiman di kota bersaing dengan tanah lain yang lebih komersil, sehingga tanah yang tersedia untuk permukiman semakin berkurang ;(2) penduduk kota semakin meningkat jumlahnya; (3) sarana transportasi menuju pinggiran kota menjadi lebih baik dan fleksibel, sehingga memungkinkan  penduduk  dan  perusahaan-perusahaan   pindah  lebih  jauh  dari pusat-pusat bisnis (kota), menyebar ke pinggiran kota mengikuti jalur transportasi; (4) orang-orang  kota menginginkan  tempat tinggal yang lebih luas dan tenang, karena mereka merasa bahwa tempat tinggal di kota sangat padat dan sesak; (5) Pemerintah  telah  membantu  penduduk  untuk  mengusahakan  pemilikan  rumah yang menarik dengan syarat pembayaran yang ringan di daerah pinggiran kota.

Ruswurm,  1980  dalam  Yunus  (2004:131),  berpendapat  bahwa,  faktor- faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pinggiran kota yakni: 1) Pertumbuhan penduduk (population growth); 2) persaingan memperoleh lahan (competition for land); 3) hak-hak kepemilikan (property right); 4) kegiatan “developers” (developers activities); 5) perencanaan (planning controls); 6) perkembangan   teknologi   (technological   development);   7) lingkungan   fisik (physical environement).

Menurut pendapat Rugg (1979 : 71) dalam  Warsono (2006), pinggiran kota merupakan kota yang  letak wilayahnya berada di perbatasan dengan kota di sebelahnya yang memiliki hirarkhi lebih tinggi, berkarakteristik  wilayah pedesaan dan kondisi  intensitas wilayah terbangun lebih rendah dari kota pusatnya, intensitas ini akan menurun dari kota ke desa.

Menurut Bintarto  (1989),  gejala terjadinya perembetan  kota dapat diidentifikasi dari kenampakan  fisik kota ke arah luar yang dapat dilihat melalui terbentuknya zone-zone yang meliputi daerah-daerah  : (1) area yang melingkari sub urban dan merupakan daerah peralihan antara desa kota (sub urban fringe), (2) area batas luar kota yang memiliki sifat-sifat mirip kota (urban fringe), dan (3)  area terletak antara daerah kota dan desa yang   ditandai   dengan   penggunaan   tanah   campuran   (Rural-Urban-Fringe).

Bar-Gal, 1987 dalam Kustur (1997:4), mengemukakan bahwa, sebagai  daerah  urban  fringe,  dapat dilihat   melalui  berbagai  karakteristik, seperti peningkatan harga tanah yang drastis, perubahan fisik penggunaan tanah, perubahan  komposisi  penduduk  dan  tenaga  kerja,  serta  berbagai  aspek  sosial lainnya. Evers (1986:29-31) dalam Warsono (2006) berpendapat bahwa, gejala perkembangan perluasan kota terjadi yang terjadi secara terencana maupun tidak direncanakan (natural), berdampak pada perubahan konsep fungsi tanah sebagai gejala baru di pinggiran kota terutama bagi penduduk asli.

Infill Development (skripsi dan tesis)

Arti kata infill menurut Bartsch (et.al ,2001) adalah daur ulang secara kreatif terhadap tanah kosong atau tanah yang kurang dimanfaatkan di dalam kota maupun di pinggiran kota. lstilah infill development berasal dari bahasa lnggris memiliki arti pengembangan pengisian atau  pembangunan sisipan. Hingga  saat  ini  arti yang  pasti tentang infill development yang dapat digunakan  untuk setiap kondisi kota belum terdefinisi. Beberapa literatur yang  ada  menyebutkan  bahwa  infill development merupakan pengembangan lahan kosong, terabaikan, tertinggalkan, yang terletak di tengah kota,  dengan  pengembangan  utamanya  adalah untuk fungsi perumahan (Suradi dan Setiawan : 2004)

Pembangunan infill, secara sederhana berarti   pembangunan atau pembangunan kembali yang dilakukan pada lahan yang terbengkelai, lahan kosong, atau dimanfaatkan sebagai bagian dari proses pembangunan berkelanjutan . Pembangunan infill merupakan komponen dari pengembangan kawasan mixed –use dan alternatif pengembangan perumahan yang ekonomis. Selain itu pembangunan infill juga berperan bagi pembangunan yang menyebar (sprawl) (NH. Department of Environmental Service, 2008).

Infill development adalah perumahan yang dilakukan pada lahan kosong berada di antara bangunan (Seifeddini, 2009). Infill development menciptakan bangunan baru di tempat kosong dan tidak terpakai banyak sentra dan area komersialnya. Tempat-tempat ini biasanya terletak di lingkungan yang memiliki layanan infrastruktur seperti jalan akses, air, listrik dan lain-lain. (Tarnay, 2004).

Pembangunan perumahan infill di Eropa dan Amerika lebih dikenal dengan pembangunan Inflil saja atau infill development. Hal ini diakibatkan karena definisi model  pembangunan infill oleh para peneliti sebelumnya lebih terkonsentrasi pada pembangunan perumahan .

Arti mengenai pembangunan infill hingga saat ini belum ada kesepakatan berupa definisi secara umum. Beberapa peneliti memberikan paparan tentang pengertian pembangunan infill yang mayoritas definisinya berkaitan atau berorientasi pada pembangunan perumahan;

  1. Menurut Moskowitz dan Lindbloom (2004), pembangunan infill merupakan pembangunan perumahan baru atau gedung lain yang dibangun pada lahan kosong yang lokasinya tersebar pada wilayah atau area padat bangunan;
  2. Infill adalah pembangunan bangunan baru pada lahan yang kosong yang berada pada lingkungan terbangun  , yang merupakan upaya untuk mengisi “lubang” pada lingkungan tersebut (Downtown Brookings, Inc. 2004);
  3. Infill adalah pembangunan bangunan baru di lahan kosong yang berada di sepanjang jalan komersial tradisional, yang memiliki hubungan yang harmonis dengan bangunan-bangunan tua yang terdapat di sekelilingnya.  (City of San Benardino, 2002);
  4. Infill merupakan pengembangan pada lahan kosong yang berada dalam kondisi tidak terpakai, terbengkalai, atau yang ditinggalkan pada suatu area yang telah memiliki infrastruktur (State of Maryland, 2001);
  5. Infill adalah upaya daur ulang pada lahan kosong atau lahan yang kurang dimanfaatkan pada area di dalam kota atau pinggiran kota (Northwest-Midwest Institute and Congress for New Urbanism, 2001);
  6. An infill lot is defined as “any lot that is bounded on one or more sides by lots with existing residences, in an established neighborhood” (Village of Glenview 2003);

 

  1. “Urban Infill and redevelopment area means an area or areas designated by local government where (a) public service such as water and wastewater, transportation, schools, and recreation are already available or are scheduled to be provided in an adopted five-year scheduled of capital improvement; (b) the area (or one or more neighborhoods whitin the area) suffers from passive poverty, unemployment, and general d istress as defined by s. 290.0058 [1998 Florida statues, chapter 290, section 0058]; (c) the are exhibits a proportion of properties that are substandard, overcrowded, dilapidated, vacant or abandoned, or functionally obsolete that is higher than the average for the local government; (d) more then 50 percent of the area is whitin one –quarter mile of a transit stop, or a sufficient number of such transit stops will be made available concurrent with the designation; and (e) the area includes or adjacent to community redevelopment areas, brownfields, enterprise zones, or Main Street programs, or has been designated bay the state or federal government as an urban redevelopment, revitqalizatin, or infill area under empowerment zone, enterprise community, or brownfield showcase community programs or simiar programs.”(State of Florida 2005;

 

  1. Infill adalah pembangunan kembali yang dilakukan pada lahan kosong yang bertujuan  untuk menambah unit perumahan baru (City of Burlington, 1994);
  2. Pembangunan infill merupakan pembangunan situs kosong yang terdapat di daerah perkotaan dan daerah yang letaknya berdekatan dengan perkotaan, yang bertujuan untuk menyediakan layanan dan fasilitas yang diproyeksikan dapat   menampung permintaan masyarakat (Dalvis, 2004);
  3. Enviion, Utah, (2002) mengemukakan pendapatnya bahwa infill tidak seperti reuse, karena infill terjadi  di lahan yang kosong pada  area yang lebih kecil yang terdapat di daerah yang telah mengalami perkembangan;
  4. Nisenson, (2005) mendefinisikan Infill sebagai pembangunan yang dilakukan  pada area yang telah dikembangkan sebelumnya.

Infill development juga memberkan  implikasi positif  baik  yaitu  (1) dari  segi  fisik  (misalnya efisiensi  lahan dan  mengurangi  konversi  tanah-tanah pertanian di pinggiran kota); (2) dari segi sosial (misalnya mendekatkan  jarak tempat tinggal dengan tempat kerja); dan (3) dari segi  ekonomi  (meningkatkan produktivitas kota). (www.nemw.org, dalam Suradi dan Setiawan : 2004).

Menurut Yunus (1999), oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka secara alamiah terjadi pemilihan alternatif dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk tempat tinggal. Evers dalam Warsono dkk (2009) mengemukakan bahwa, gejala perkembangan perluasan kota yang secara terencana maupun tidak direncanakan (natural), berimplikasi pada berubahnya konsep fungsi tanah sebagai gejala baru di pinggiran kota terutama bagi penduduk asli. Sebagaimana dikatakan oleh Spencer dalam Warsono dkk (2009)  bahwa, proses perkembangan kota ke arah pinggiran yang cenderung alamiah, daripada terencana, merupakan suatu gejala sub-urbanisasi prematur dan tidak terencana, sehingga menciptakan perluasan kota yang liar dan tidak teratur, serta tidak terkendali.

Infill development adalah pembangunan perumahan yang dilakukan pada lahan kosong yang tersisa di antara bangunan yang padat (Seifeddini, 2009).

Rumah (skripsi dan tesis)

Berdasar  Kamus Besar Bahasa Indonesia,  rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal. Sementara itu terdapat  beberapa definisi mengenai rumah yaitu;

  1. Berdasar UU Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana bagi pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
  2. Menurut Oxford Dictionary,  house is a building for human habitation, especially one that consist of a ground floor and one or more upper storeys.(https://en.oxfordditionaries.com).
  3. Berdasar Cambridge Dictionary, house is a buliding that people, usually one family, live in (https://dictionary.cambridge.org)
  4. Menurut Webster Dictionaryhouse is a structure intended or used as a habitation or shelter for animals of any kind; but especially, a building or edifice for the habitation of man; a dwelling place, a mansion. House a bulit to live in, not look on. (http://www.webster-dictionary.org)
  5. Rumah adalah tempat hunian atau berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007)

Manfaat Manajemen Risiko (skripsi dan tesis)

Menurut Norken et al (2012:12), manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 4 (lima) kategori utama, yaitu:

  1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
  2. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
  3. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.
  4. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko antara lain (Mok et.al,1996) :

  1. Memudahkan estimasi biaya
  2. Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.
  3. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi risiko ketidakpastian dalam keadaan yang nyata
  4. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
  5. Meningkatkan pendekatan secara sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
  6. Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
  7. Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Sasaran utama manajemen risiko adalah menghindari risiko, yang memunculkan ketidakpastian dan kerugian baik secara proyek, teknis maupun bisnis. Risiko proyek mengancam rencana proyek. Bila risiko proyek menjadi kenyataan maka ada kemungkinan jadwal proyek akan mengalami slip dan biaya menjadi bertambah. Risiko proyek mengidenifikasibiaya, sumber daya, jadwal, pelanggan, personil (staffing dan organisasi), masalah persyaratan. Risiko teknis mengancam kualitas dan ketepatan waktu proyekyang akandihasilkan. Bila risiko teknis menjadi kenyataan makaimplementasinya menjadi sangat sulit atau tidak mungkin. Risiko teknis mengidentifikasi desain potensial, ambiguitas, implementasi, spesifikasi, interfacing, ketidakpastian teknik, verifikasi, keusangan teknik, masalah pemeliharaan, dan teknologi yang leading edengane. Risiko bisnis mengancam viabilitas proyek yang akan dibangun. Risiko bisnis membahayakan proyek. Contoh risiko bisnis adalah pelaksanaan proyekyang baik sebenarnya tidak pernah diinginkan oleh masyarakat, pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan keseluruhan strategi bisnis bagi perusahaan (risiko strategi), kehilangan dukungan manajemen senior sehubungan dengan perubahan pada fokus atau perubahan pada manusia (risiko manajemen), dan kehilangan hal-halyang berhubungan dengan biaya atau komitmenpersonal (risiko biaya). (Gil dkk, 2014: 1-14)

Sasaran dari monitoring risiko (aktifitas penelurusan proyek) yaitu memperkirakan apakah risiko yang diramalkan benar-benar terjadi, memastikan bahwa langkah aversi risiko yang didefiniskan, untuk risiko telah diterapkan secara benar, dan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk analisis  risiko masa yang akan datang. (Amornsawadwatana dkk, 2007: 4-8)

Langkah Penanggulangan Risiko (skripsi dan tesis)

Ada tiga faktor yang mempengaruhi konsekuensi jika suatu risiko benar-benar terjadi, yaitu sifatnya risiko yang menunjukkan masalah yang muncul bila terjadi, ruang lingkupnya; menggabungkan kepelikannya (seberapa seriusnya masalah ini) dengan keseluruhan distribusi (berapa banyak proyek yang akan dipengaruhi atau berapa banyak pelanggan terganggu), dan waktunya dengan mempertimbangkan kapan dan untuk berapa lamapengaruh itu dirasakan. Seorang manajer proyek mungkin menginginkan berita buruk terjadi segera mungkin tetapi dalam beberapa kasus penundaan lebih lama akan lebih baik. (Masyhud Ali, 2006)

Langkah-langkah yang direkomendasikan untuk menentukan konsekuensi keseluruhan dari suatu risiko: (Mamduh M. Hanafi, 2006)

  1. Tentukan probabilitas rata-rata dari nilai kejadian untuk masing-masing komponen risiko.
  2. Dengan menggunakan suatu tabel, tentukan pengaruh untukmasing-masing komponen berdasarkan kreteria yangdiperlihatkan.
  3. Lengkapi tabel risiko dan analsis hasilnya seperti dijelaskansebelumnya.

Tim proyek harus melihat tabel risiko pada interval yang regulermengevaluasi lagi masing-masing risiko untuk menentukan kapankeadaan baru menyebabkan probabilitas dan pengaruh berubah. Akibatnya diperlukan penambahan risiko baru ke tabel, menggantirisiko yang tidak relevan dan mengubah pemosisian relatif dari risikolainnya. (Stulz, 2003)

Tingkat referen risiko harus ditentukan sehingga bermanfaat. Sebagian besar proyek, komponen risiko yaitu kinerja, biaya, dukungan dan jadwal mencerminkan tingkat referen risiko. Tingkat referen risiko adalah tingkat degradasi kinerja,peningkatan biaya, kesulitan dukungan, dan melesatnya jadwal yangmenyebabkan proyek diterminasi. (Bramantyo Djohanputra, 2005)

Jika kombinasi risiko menciptakan masalah sehinnga tingkatreferen terlampaui maka kerja berhenti. Tingkat referen memiliki titik tunggal yang disebut referen point/break point dimana keputusan diteruskan atau dihentikansama-sama diterima. Selama penilaian risiko maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:(Mamduh M. Hanafi, 2006)

  1. Tentukan tingkat referen risiko untuk proyek.
  2. Usahakan untuk mengembangkan hubungan antaramasing-masing risikodan masing-masing tingkat referen.
  3. Prediksi himpunan titik referen yang menentukan daerahtereliminasi dibatasi oleh kurva atau area ketidakpastian.
  4. Cobalah memprediksi bagaimana penggabungan kombinasirisiko akan mempengaruhi suatu titik referen

Respon risiko adalah merupakan salah tindakan penanganan yang perlu dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi. Metode/strategi yang dipakai dalam menangani risiko menurut (norman & flanagan, 1993) yaitu :

  1. Menahan risiko (risk retention), merupakan bentuk penanganan risiko yang mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak.
  2. Mengurangi risiko (risk reduction), yaitu tindakan untuk mengurangi risiko yang kemungkinan akan terjadi dengan cara pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi risiko, perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan, dan perlindungan terhadap orang dan properti.
  3. Mengalihkan risiko (risk transfer). Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi.
  4. Menghindari risiko (risk avoidance) Menghindari risiko sama dengan menolak untuk menerima risiko yang berarti menolak untuk menerima proyek tersebut.

Langkah pengurangan risiko diperlukan bagi definisi standar dokumentasi dan mekanisme untuk memastikan bahwa dokumendikembangkan secara tepat waktu, guna memastikan kontinuitas. Manajemen risiko dan perencanaan kemungkinan mengasumsikanbahwa usaha pengurangan telah gagal dan risiko menjadi suatukenyataan. Sebagai contoh, diandaikan proyek sedang berlangsung dengan baik dansejumlah orang mengatakan akan keluar dari proyek tersebut maka strategi pengurangan telah dilakukan dengan backupinformasi, dokumentasi dan pengetahuan telah disebar ke semua tim. Manajer proyek akan menyesuaikan lagi jadwal dengan fungsi-fungsi yang telah disusun sepenuhnya dan pendatang baru akan ditambah untuk mengejar dan membagun serta akan ditransfer pengetahuan oleh orang akan keluar. (Stulz, 2003)

Aktifitas analisis risiko mempunyai titik tunggal yang memiliki tujuanuntuk membantu tim proyek dalam mengembangkan strategi yangberkaitan dengan risiko. Strategi yang efektif harus menghindari risiko, memonitoring risiko, dan manajemen risiko dan perencanaan kemungkinan. Sebagai contoh langkah-langkah untuk mengurangi turnover staf adalah:(Mamduh M. Hanafi, 2006)

  1. Temui staf yang ada, untuk menentukan penyebab keluar.
  2. Bertindaklah untuk mengurangi penyebab-penyebab yang ada dibawah kontrol manajemen sebelum proyek dimulai.
  3. Bila proyek dimulai asumsikan turnover akan terjadi dankembangkan teknik-teknik untuk memastikan kontiunitas padasaat orang keluar.
  4. Kumpulkan tim proyek sehingga informasi mengenaimasing-masing aktivitas pengembangan dapat disebarluaskan.
  5. Tentukan standar dokumentasi dan buat mekanisme untukmemastikan bahwa dokumen dikembangkan tepat waktu.
  6. Lakukan kajian antar teman terhadap semua pekerjaan tersebut sehingga lebih dari satu orang yang terbiasa denganpekerjaan itu.
  7. Tentukan backup anggota staf untuk setiap teknologi kritis.

Aktifitas pemonitoran dimulai, manajer proyek memonitor faktor-faktor yang dapat memberikan suatu indikasi apakah risikomungkin sedang menjadi lebih atau kurang. Untuk kasus turnover tinggi, faktor-faktor yang dapat dimonitor misalnya sikap umum anggota tim berdasarkan tekanan proyek, tingkat di mana tim disatu-padukan, hubungan interpersonal di antara anggota tim, masalah pontensial dengan kompensasi dan manfaat, dan keberadaan pekerjakan di dalam perusahaan dan di luarnya. (Masyhud Ali, 2006)

Identifikasi Risiko (skripsi dan tesis)

Pengidentifikasi risiko merupakan proses penganalissan untuk menemukan secara sistematis dan berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menentang perusahaan. Untuk itu diperlukan, Pertama: suatu checklist dari pada semua kerugian potensial  yang mungkin bisa terjadi pada umumnya pada setiap perusahaan; Kedua: untuk menggunakan checklist itu diperlukan suatu pendekatan yang sistematik untuk menentukan mana dari kerugian potensial yang tercantum dalam checklist oleh perusahaan yang  sedang dianalisis. (Norken et al, 2012: 4-5)

Strategi reaktif memonitor proyek terhadap kemungkinan risiko. Umumnya dalam manajemen proyek, sumber-sumber daya sering dikesampingkan, padahal seharusnya sumber-sumber daya tersebut sering menjadi masalah yang sebenarnya / penting. (Rodrigues-da-Silva dkk, 2014: 3-7)

Strategi proaktif dimulai sebelum kerja teknis diawali. Risiko potensial diidentifikasi, probabilitas dan pengaruh proyekdiperkirakan, dan diprioritaskan menurut kepentingan, kemudianmembangun suatu rencana untuk manajemen risiko. (Rodrigues-da-Silva dkk, 2014: 2-4)

Kategori risiko menurut Robert Charette meliputi risiko yang sudah diketahui, risiko yang dapat diramalkan, dan risiko yang tidak diharapkan. Risiko yang sudah diketahui adalah risiko yang dapat diungkap setelah dilakukan evaluasi secarahati-hati terhadap rencana proyek, bisnis, dan lingkungan teknik dimanaproyek sedang dikembangkan, dan sumber informasi reliable lainnya, seperti tanggal penyampaian yangtidak realitas, kurangnya persyaratan yang terdokumentasi, kurangnya ruag lingkupsoftware, dan lingkungan pengembangan yang buruk. Risiko yang dapat diramalkan biasanya diekstrapolasi dari pengalaman proyek sebelumnya, misalnya pergantian staf, komunikasi yang buruk dengan para pelanggan, dan mengurangi usaha staff bila permintaan pemeliharaansedang berlangsung dilayani. Risiko yang tidak diharapkan biasanya dapat benar-benar terjadi, tetapi sangat sulit untukdiidentifikasi sebelumnya. Identifikasi risiko dalah usaha sistematis untuk menentukanancaman terhadap rencana proyek. Tujuan identifikasi risiko adalah untuk menghindari risiko bilamana mungkin, serta menghindarinyasetiap saat diperlukan. (Cervone, 2006: 8-12)

Ada dua cara melakukan proyeksi risiko, yaitu probabilitas di mana risiko adalah nyata dan konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko. Perencanaan proyek bersama dengan manajer dan staf teknikmelakukan 4 aktifitas proyeksi risiko, yaitu membangun suatu skala yang merefleksikan kemungkinanrisiko yang dirasakan, menggambar konsekuensi risiko, memperkirakan pengaruh risiko pada proyek dan produk, mencatat keseluruhan akurasi proyeksi proyek risiko sehingga, sehingga akan tidak ada kesalahpahaman. (Shiyu Mu dkk, 2014: 5-7)

Jenis-jenis Risiko (skripsi dan tesis)

Risiko diidentifikasikan dan dikelompokkan berdasarkan sumber risiko ke dalam 6 kategori antara lain: (Suwandi, 2010: 22-23)

  1. Risiko Alam

Berhubungan dengan risiko-risiko akibat kerjadian alam, termasuk risiko yang dikategorikan sebagai risiko Act of God.

  1. Risiko Desain

Risiko yang berhubungan dengan desain, spesifikasi, teknologi baru, perubahan desain. Desain yang salah atau tidak lengkap akan menyulitkan pihak pelaksana.

  1. Risiko finansial dan ekonomi

Ketidakstabilan perekonomian akan sangat menggangu kegiatan dan membutuhkan dukungan finansial yang besar sehingga bila terjadi gangguan pada masalah finansial seluruh kegiatan dapat terggangu atau terhenti.

  1. Risiko yang berkaitan dengan risiko politik dan hukum.

Situasi politik, hukum dan peraturan akan sangat mempengaruhi iklim usaha suatu negara.

  1. Risiko konstruksi

Kegiatan pada suatu proyek konstruksi membutuhkan sumber daya yang besar, tingkat penguasan teknologi dan produk yang produktif. Pada tahap pelaksanaan berbagai hal dapat muncul karena faktor ketidakpastian dan bila kontraktor tidak memiliki kemampuan yang cukup kemampuan dalam bidang pelaksanaan.

  1. Risiko lingkungan

Adalah Risiko yang berhubungan dengan lingkungan seperti polusi, kerusakan lingkungan dan lain-lain.

Han dan Diekmann (2001), mengatakan bahwa risiko terbagi atas 4 bagian utama yaitu Natural Risk, Political and social Risk, Economic and Legal Risk dan Behaviours Risk.

Risiko dalam manajemen risiko juga diklasifikasikan ke dalam 4 kategori antara lain: (Sandhyavitri et al, 2015: 21-22)

  1. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.
  2. Risiko hazard (bahaya) adalah faktor –faktor yang mempengaruhi akibat akibat yang ditimbulkan dari suatu peristiwa. Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.
  3. Risiko Finansial adalah risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.
  4. Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan.

Risiko dalam manajemen risiko juga diklasifikasikan ke dalam 2 tipe antara lain: (Koriawan, 2011: 34-35)

  1. Risiko murni dan spekulatif

Risiko murni sering disebut risiko statik adalah suatu konsep yang melihat sebuah risiko sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya kerugian, contoh: risiko kebakaran, risiko kecelakaan. Sedangkan risiko spekulatif atau dinamis adalah mempunyai risiko yang mempunyai kemungkinan adanya kerugian atau mengalami keuntungan.

  1. Risiko fundamental dan khusus

Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinan dapat timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat. Sifat dari fundamental antara lain bersifat bencana/catastropic. Sedangkan risiko khusus adalah risiko yang menimpa perorangan secara pribadi, tidak selalu bersifat bencana dan umumnya dapat di asuransikan.

Risiko statik adalah risiko yang berasal dari keadaan masyarakat yang tidak mengalami perubahan atau stabil, sedangkan risiko dinamik adalah risiko yang timbul akibat perubahan dalam masyarakat,contoh: risiko akibat adanya perubahan pemimpin. (Suwandi, 2010: 19-20)

Risiko subyektif adalah risiko yang timbul akibat ketidakpastian sikap mental individu yang menyebabkan individu tersebut mengalami keraguan akan akibat yang akan diterima, contoh: risiko bangkrut. Risiko obyektif adalah risiko yang mungkin terjadi dari pengalaman terdahulu, contoh: risiko Investasi. (Suwandi, 2010: 20-21)

Pengertian Risiko (skripsi dan tesis)

Vaughan (1978) dalam (Suwandi, 2010: 27-28 )mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:

  1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian), chance of loss berhubungan dengan exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance digunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko adalah tidak ada.
  2. Risk is uncertanty (risiko adalah ketidakpastian), uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.
  3. Risk is uncertanty (risiko adalah ketidakpastian), uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.
  4. Risk is the dispersien of actual from expected result (risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan), ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpanan sesuatu nilai suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
  5. Risk is the probabilty of any outcome different from expected (risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut definisi diatas, risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi probababiltas dari outcome yang berbeda dari yang diharapkan. 

Menurut Loosemore et al (1993) dalam (Suwandi, 2010: 17-18), risiko merupakan fenomena yang kompleks yang meliputi dimensi fisik, keuangan, budaya dan sosial dan bagi kebanyakan manager menganggap risiko lebih pada suatu kejadian yang tidak dapat diprediksi yang mungkin terjadi dikemudian hari dan hasilnya dapat berpengaruh pada keuntungan dan tujuan awal.

Risiko adalah bahayaakibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. (Labombang, 2014: 5-6)

Dalam perkembangan modern risiko dilihat dari dua sisi, yaitu selain adanya ancaman (threat), juga adanya peluang (opportunity). Dari dua sisi tersebut risiko mulai dilihat sebagai ‘Speculative Risk.”atau dapat dikatakan risiko untung-untungan yang apabila terjadi akan menimbulkan keuntungan, kerugian atau tidak rugi (gain, loss atau neutral.). (Lokobal et al, 2014: 2-3)

Risiko berhubungan dengan kejadian di masa yang akan datang. Risiko melibatkan perubahan (spt. perubahan pikiran, pendapat, aksi, atau tempat).  Risiko melibatkan pilihan dan ketidakpastian bahwa pilihan ituakan dilakukan. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikurangi. (LI Qing dkk, 2014: 4-9).

Manajemen Risiko Proyek (skripsi dan tesis)

Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko. (Gil dkk, 2014: 1-14)

Manajemen risiko diterapkan dalam penetapan strategi di seluruh bagian proyek, didesain untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang mungkin mempengaruhi entitas perusahaan, dan mengelola risiko untuk menghindarinya, memberikan jaminan berkenaan dengan pencapaian tujuan proyek. (Serpella dkk, 2014: 1-10)

Manajemen risiko menurut Australian and New Zealand Standard on Risk Management (AS/NZS, 2004) merupakan suatu proses yang logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi risiko sejak awal dan membantu membuat keputusan untuk mengatasi risiko tersebut. (Suwandi, 2010: 14-16)

Manajemen risiko sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut (Smith, 1990).

Dalam perusahaan jasa kontruksi, tindakan manajemen risiko diambil oleh para praktisi atau petugas untuk merespon bermacam-macam risiko.Terdapat dua macam tindakan dalam manajemen risiko adalah mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika risiko terjadi atau ketika risiko harus diambil (Shen 1997 dikutip dalam Anonim, 2009). Menurut Dorfman (1998), manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahamya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission), risk management (manajemen risikodapat diartikan sebagai ‘a process,effected by an entity’s board of directors, management and other personnel,applied in strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity,manage risk to be within its risk appetite, and provide reasonable assurance regarding the achievement of entity objective. (Koriawan, 2011: 24)

Dari definisi manajemen risiko diatas dapat dijabarkan lebih lanjut berdasarkan kata-kata kunci sebagai berikut: (Norken et al, 2012: 3-4)

  1. On going process, manajemen risiko di laksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara berkala. Risiko manajemen bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali.
  2. Effecteed by people, manajemen risiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada dilingkungan organisasi. Untuk lingkungan pemerintah risiko manajemen di rumuskan oleh pimpinan dan staff instansi yang bersangkutan.
  3. Applied in strategy setting, manajemen risiko telah di susun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh pimpinan puncak organisasi.
  4. Applied across the enterprise, strategi ini pilih berdasarkan pengaplikasian manajemen risiko dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian atau unit pada organisasi.
  5. Designed to identify potencial event, manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya tujuan organisasi.
  6. Provide reasonable assurance, risiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung optimal.
  7. Geared to achieve objective, manajemen risiko dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Lintasan Kritis (skripsi dan tesis)

Pada saat ini, penjadwalan dengan hanya memperhitungkan durasi dan ketergantungan pekerjaan saja tidak cukup. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menjadwalkan suatu proyek. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah waktu penjadwalan suatu proyek. Oleh karena itu, banyak sekali metode yang dikembangkan untuk mengatasi masalah ini, salah satu metode tersebut adalah metode lintasan kritis.

Lintasan kritis suatu proyek adalah lintasan dalam suatu jaringan kerja sedemikian sehingga kegiatan pada lintasan ini memiliki kelambanan nol.

Lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilintasi atau dilalui yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu pekerjaan. Dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Lintasan kritis memiliki arti penting dalam pengelolaan proyek karena lintasan kritis merupakan waktu atau durasi penentu penyelesaian proyek. Penundaan atau keterlambatan tugas dalam kategori lintasan kritis menyebabkan penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan. Keterlambatan tugas dalam kategori lintasan non-kritis tidak akan menunda penyelesaian proyek.

Metode Lintasan Kritis (Critical Path Method – CPM) merupakan metode yang digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu proyek. Dalam metode ini, pekerjaan-pekerjaan dan ketergantungannya dimodelkan dalam suatu jaringan yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan waktu tercepat dalam menyelesaikan masing-masing pekerjaan.

Manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut:

a.       Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek tertunda penyelesaiannya.

b.      Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada di lintasan kritis dapat dipercepat.

c.       Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda dan kemungkinan ditrade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya atau lembur.

Time slack (kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak dilalui oleh lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis demi efisiensi.

Pada kondisi dan situasi tertentu, manajer proyek diharuskan dapat menyelesaikan proyek dalam waktu relatif lebih cepat dibandingkan waktu pada lintasan kritis. Dalam kondisi seperti ini, program linier digunakan untuk menentukan alokasi sumber daya sedemikian sehingga meminimalkan biaya tambahan yang harus dikeluarkan supaya proyek selesai lebih cepat dari waktu yang telah dijadwalkan.

Dewasa ini manajemen proyek sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan konstruksi, baik dalam skala besar maupun skala kecil. manajemen proyek sendiri adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen secara sistematis pada suatu proyek, dengan menggunakan resource/sumber daya (manusia, barang dan peralatan) secara efektif dan efisien agar tujuan proyek tercapai secara optimal. manajemen proyek adalah pengelolaan suatu proyek yang mencakup proses pelingkupan, perencanaan, penyediaan staf, pengorganisasian, dan pengontrolan suatu proyek. manajemen proyek yang efektif adalah bagaimana merencanakan, mengelola dan menghantarkan proyek tepat waktu dan dalam rentang anggaran. Jika dalam mengerjakan tugas dan menggunakan alat dan bahan, manusia tidak dibatasi oleh waktu dan biaya tentu saja manajemen proyek tidak diperlukan.

Kunci sukses manajemen proyek adalah pengetahuan seorang manajer proyek tentang pemanfaatan tiga hal yang saling berkaitan dan mempengaruhi, ketiga hal tersebut adalah uang, waktu dan cakupan pekerjaan. Mengatur suatu proyek, hal yang paling penting adalah merencanakan proyek itu dengan sangat hati-hati dan teliti untuk menciptakan hasil yang optimal. Proyek dapat dikatakan sebagai suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.

Penjadwalan proyek adalah rencana pengurutan kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sasaran khusus dengan saat penyelesaian yang jelas. Sebelum proyek dikerjakan, perlu adanya tahap-tahap pengelolaan proyek yang meliputi tahap perencanaan, tahap penjadwalan, dan tahap pengkoordinasian. Dari ketiga tahapan ini, tahap perencanaan dan penjadwalan adalah tahap yang paling menentukan berhasil/tidaknya suatu proyek, karena penjadwalan adalah tahap ketergantungan antar tugas yang membangun proyek secara keseluruhan.

Penentuan Waktu (skripsi dan tesis)

Setelah suatu network ditentukan dan digambarkan, maka langkah berikutnya adalah mengestimasi waktu yang diperlukan untuk masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian (event).

Dalam menganalisis dan mengestimasi waktu, maka akan didapatkan suatu lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network, yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek.

Lintasan yang dimaksud adalah lintasan kritis (critical path). Selain lintasan kritis, masih terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis, dan biasa disebut dengan float, di mana float mempunyai waktu untuk bisa terlambat, sehingga berapapun panjangnya float tidak akan mempengaruhi proyek yang telah dijadwalkan.

Float sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu: total float dan free float. Float memberikan kelonggaran waktu pada sebuah networkFloat juga digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja.

Total float adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan. Sedangkan yang dimaksud dengan free float adalah jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.

Untuk memudahkan perhitungan penentuan waktu, maka digunakan notasi-notasi sebagai berikut:

  • TE = earliest event occurrence time, yaitu saat tercepat terjadinya event/aktivitas.
  • TL = lates event occurrence time, yaitu saat paling lambat terjadinya event.
  • ES = earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya aktivitas.
  • EF = earliest activity finish time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
  • LS = latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
  • LF = latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya aktivitas.
  • t = activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas (biasa dinyatakan dalam hari).
  • S = total slack/total float
  • SF = free slack/free float

Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu digunakan tiga buah asumsi dasar, yaitu:

  1. Proyek hanya memiliki satu initial event (titik awal) dan satu terminal event (titik akhir).
  2. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
  3. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = 0 untuk event ini.

Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation).

Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur, digunakan lingkaran kejadian (event), lingkaran kejadian ini dibagi atas tiga bagian dan digambarkan seperti Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Lingkaran kejadian.

(Ervianto, 2004)

Keterangan:

  1. ruang untuk nomor event.
  2. ruang untuk menunjukkan saat paling cepat terjadinya event (TE), yang merupakan hasil perhitungan maju.
  3. ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL), yang merupakan hasil perhitungan mundur.

Setelah network dari suatu proyek digambarkan, dan setiap node dibagi menjadi tiga bagian, maka langkah selanjutnya adalah memberi nomor pada masing-masing node. Kemudian mencantumkan pada setiap anak panah (kegiatan) perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan.

Letak angka yang menunjukkan waktu kegiatan, terletak di bawah anak panah. Satuan waktu yang digunakan pada seluruh proyek harus sama, sebagai contoh pemakaian minggu, hari dan lain-lain. Yang paling penting adalah, apabila perhitungan dilakukan dengan tidak menggunakan komputer, maka sebaiknya duration ini menggunakan angka-angka yang bulat.

Setelah menentukan network, langkah selanjutnya adalah menentukan perhitungan maju dan mundur. Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event (maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events).

Setelah melakukan perhitungan maju, langkah selanjutnya melakukan perhitungan mundur, pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL,LS, dan LF). Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan mundur ini pun terdapat tiga langkah, yaitu:

  1.  Pada terminal event berlaku TL = TE.
  2. Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan duration aktivitas tersebut,

Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut.

Setelah kedua perhitungan diatas (perhitungan maju dan perhitungan mundur) selesai, barulah float dapat dihitung.

Setelah perhitungan maju dan perhitungan mundur selesai dilakukan, maka langkah berikutnya harus dilakukan perhitungan kelonggaran waktu dari aktivitas (i,j) yang terdiri dari total float dan free float.

Dalam perhitungan float terdapat suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran (float), yang biasa disebut sebagai aktivitas/kegiatan kritis. Dengan kata lain, aktivitas kritis mempunyai S(i,j)=SF(i,j )=0.

Aktivitas-aktivitas kritis akan membentuk lintasan kritis yang dimulai dari initial event sampai ke terminal event. Aktivitas-aktivitas inilah yang tidak boleh ditunda pelaksanaannya, sehingga jika pelaksanaannya

Metode PDM (skripsi dan tesis)

Pengelolaan proyek berskala besar yang berhasil, memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati-hati dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Untuk itu diperlukan prosedur yang didasarkan atas penggunaan network (jaringan) dan teknik-teknik network dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian suatu proyek. Penggunaan jaringan dalam bidang manajemen umumnya yaitu penggunaan teknik jaringan aktivitas, atau sering dikenal sebagai teknik jaringan proyek, suatu proyek melibatkan berbagai aktivitas yang saling berhubungan baik langsung atau tidak langsung. Jaringan proyek dibuat dengan mengacu pada ketentuan yang diberlakukan, misalnya AOA (Activity On Arrow), di mana aktivitas digambarkan atau dilambangkan pada busur panah, AON (Activity On Node) atau PDM (Precedence Diagram Method), yaitu aktivitas dilambangkan sebagai simpul. Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variables) yang digunakan/divisualisasikan dalam diagram network.

Menurut Hillier dan Lieberman, prosedur yang paling utama dan terkenal pada saat ini dikenal sebagai PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Methode), walaupun terdapat banyak variasi dengan nama yang berbeda-beda. Program Evaluation Review Technique (PERT) merupakan suatu metoda penjadwalan dengan menimbang durasi aktivitas yang bersifat tidak pasti. Jalur kritis (CP / Critical Path) adalah jalur terpanjang dan didefinisikan sebagai waktu minimal yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek. PERT dan CPM memiliki perbedaan penting. Namun saat ini perbedaan keduanya digabungkan menjadi apa yang disebut PERTtype system.

Walaupun PERT-type system sering digunakan untuk mengevaluasi penjadwalan program penelitian dan pengembangan, namun sekarang ini digunakan pula untuk mengukur danmengendalikan kemajuan berbagai tipe proyek khusus lainnya, sebagai contoh dari tipe-tipe proyek ini adalah program-program konstruksi, pemrograman komputer, rencana pemeliharaan, dan pemasangan sistem komputer.

Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan suatu network dalam PERT-type system adalah sebagai berikut:

Anak panah = arrow, menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resource (sumber tenaga, peralatan, material, biaya. Panjang ataupun kemiringan anak panah tidak mempunyai arti apapun. Sehingga tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi arah bahwa kegiatan dimulai dari permulaan dan menuju akhir.

Lingkaran kecil = node, menentukan sebuah kejadian atau event. Kejadian di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan.

Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dummy. Dummy disini digunakan untuk membatasi mulainya kegiatan. Seperti halnya arrow panjang, ketebalan dan kemiringan dummy tidak perlu berskala. Perbedaan dummy dengan kegiatan biasa adalah dummy tidak mempunyai durasi (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai atau menghabiskan sejumlah resource.

Anak panah tebal menyatakan kegiatan pada lintasan/kegiatan kritis.

Dalam pelaksanaannya simbol-simbol di atas digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut:

a.       Di antara dua event yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.

b.      Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor event.

c.       Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor tinggi.

d.      Diagram hanya memiliki sebuah initial event dan sebuah terminal event.

e.       Aturan-aturan tersebut dapat digambarkan dalam contoh diagram jaringan

Adapun logika kebergantungan kegiatan-kegiatan itu dinyatakan sebagai berikut:

a.       

Network Planning (skripsi dan tesis)

Network planning sebagai salah satu alat perencanaan dan pengendalian proyek yang menyajikan jaringan dari kegiatan dan kejadian serta logika ketergantungannya satu sama lain. Dengan network planningini sudah dapat digambarkan perencanaan tahapan kerja sekaligus dapat mengatasi jika tahapan kerja tersebut dilaksanakan. Pemakaian metoda network planning memungkinkan melihat urutan kerja yang akan dilakukan secara sistematis dapat melihat kegiatan mana yang tidak bisa ditunda mengakibatkan memperpanjang waktu keseluruhan proyek. Dalam menyusun network planning suatu proyek yang perlu kita tinjau, yaitu:

  1. Kegiatan-kegiatan (activities)
  2. Kejadian-kejadian (event)
  3. Logika hubungan atau ketergantungan satu sama lain (logica interrelationship).

Dengan ketiga unsur tersebut diatas sudah dapat digambarkan rencana mendetail yang merupakan sebuah jaringan kerja (network), dimana didalam taraf pertama ini belum diperhitungkan dan dipertimbangkan faktor waktu dan sumber daya dan biaya.

Di dalam taraf kedua ini adalah peninjauan unsur waktu, berdasarkan teori dan perhitungan ditambah pengalaman, dapat dilakukan perkiraan terhadap waktu (duration) kegiatan, dengan memasukkan masalah waktu ini dapat diketahui lamanya masing-masing kegiatan atau antar kegiatan. Dalam peninjauan ini dapat dilihat bahwa terdapat sebuah atau lebih lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan network yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek yang disebut lintasan kritis. Untuk jalur kegiatan yang tidak kritis mempunyai jangka waktu yang lebih pendek dibanding lintasan kritis sehingga lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat atau waktu tenggangnya (float)Float digunakan pada waktu pengerjaan penetapan penentuan jumlah material, equipment dan tenaga kerja yang dapat memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network. Diantara berbagai versi analisis network planning yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Precedence Diagram Method (PDM).

Bar-Charts (skripsi dan tesis)

Bar-Charts menyajikan metode pengendalian dengan menggunakan bentuk balok sebagai pengganti item pekerjaan yang dikendalikan. Bentuk bar-chartsatau bagan balok yang lazim dipergunakan adalah berupa pengaturan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas didaftarkan dalam suatu kolom sebelah kiri. Bagian kana merupakan skala waktu mendatar, suatu balok horizontal menggambarkan lamanya waktu penyelesaian yang direncanakan untuk masing-masing aktivitas.

Bila dibandingkan dengan metode lain bar-charts mempunyai sejumlah keunggulan, bentuk garis yang sederhana menghasilkan suatu pemahaman yang relative mudah dan metode ini juga merupakan alat pengendalian yang hanya memerlukan sedikit revisi dan pembaharuan data jika dibandingkan dengan sistem yang lebih canggih. Yang sering kali mengalami perubahan maupun revisi.

Tabel 2. 1 Contoh bar-charts berdasarkan

Earliest Star

No Kegiatan Minggu Ke
1 2 3 4 5 6 7
1 A              
2 B              
3 C              
4 D              
5 E              

(Ervianto, 2004)

Disamping keunggulan-keunggulan itu metode ini juga mempunyai keterbatasan, yaitu sebagai berikut

  1. Tidak praktis untuk kegiatan yang banyak
  2. Sulit untuk meramalkan pengaruh perubahan suatu aktivitas terhadap rencana proyek secara keseluruhan.
  3. Tidak dapat menggambarkan kemajuan pekerjaan dari suatu aktivitas individu.

S-Curve (skripsi dan tesis)

S-Curve menyajikan gambaran tingkat-tingkat ukuran kemajuan komulatif secara grafis pada sunbu tegak terhadap waktu pada sumbu mendatar yang dapat memperlihatkan berbagai aspek dari rencana proyek. Kemajuan ini diukur berdasarkan jumlah uang (biaya), kuantitas pekerjaan, jam kerja orang (man-hour) dan setiap ukuran lainnya yang dapat memberikan manfaat ukuran kemajuan ini dinyatakan menurut pengertian satuan sebenarnya atau berbagai persentase dari jumlah kuantitas yang diperhitungkan dapat diukur.

Pada pelaksanaan proyek pada umumnya terdapat kecenderungan pengeluaran atau penggunaan sumber daya untuk setiap satuan waktu hanya sedikit pada tahap awal, berkembangnya mencapai maksimal pada saat puncak, lalu berangsur-angsur berkurang bila telah mendekati tahap akhir pelaksanaan. Hal ini dinyatakan secara grafis, yaitu dengan memadukan kemajuan komulatifnya dengan satuan waktu (hari, minggu, bulan), akan menghasilkan bentuk kurva yang khas berbentuk S dengan kemiringanrelative pada bagian awal, meningkat pada bagian tengah dan akan mendatar pada bagian akhir yang telah mendekati puncak.

Setelah pelaksanaan berlangsung kemajuan pekerjaan yang sebenarnya dapat digambarkan dan dibandingkan dengan apa yang telah direncanakan untuk membuat proyeksi berdasarkan kemiringan kurva sebenarnya. Untuk membuat proyeksi diperlikan informasi dan pemahaman yang baik untuk dapat menafsirkan sebab-sebab dari penyimpangan (deviasi) yang terjadi pada kemajuan yang direncanakan dan dari rencana saat ini dan saat yang akan datang dari manajemen proyek, meskipun aktivitas proyek telah direncanakan dengan semestinya untuk mencapai sasaran waktu dan biaya pelaksanaan, tetapi karena berbagai faktor hal ini tidak dapat tetpenuhi.

Untuk kegiatan-kegiatan tertentu hal tersebut dapat dibenarkan, yaitu pada kegiatan-kegiatan yang meskipun mengalami keterlambatan tetapi tidak mengalami keterlambatan secara keseluruhan (kegiatan-kegiatan non kritis).