Penetapan Konteks (Establishing the Context)


Penetapan konteks dilakukan untuk mengidentifikasi target organisasi
dengan menggambarkan lingkungan dari target yang akan dicapai, bagi pihak yang
berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, hal ini dapat membantu
mengungkapkan dan menilai sifat dari risiko (Qintharah, 2019). Terdapat dua
penetapan konteks yang ditentukan, yaitu konteks internal dan konteks eksternal.
Dalam penetapan konteks dikenal istilah kriteria risiko (risk criteria) adalah
kerangka acuan yang menunjukkan signifikansi risiko untuk dievaluasi (ISO:
2009). Kriteria risiko didasarkan pada tujuan organisasi, konteks eksternal dan
internal. Kriteria risiko diturunkan dari standar, hukum, kebijakan, serta persyaratan
lainnya (Berliana dan Tanamaah, 2021).

Keterlambatan Proyek


Menurut Niazai (dalam Aziz dkk, 2016) keterlambatan proyek merupakan
waktu pengerjaan proyek yang tidak sesuai dengan schedule yang direncanakan
dan faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek yaitu manajemen situs
yang kurang baik.
Keterlambatan proyek kontruksi merupakan bertambahnya waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan yang sudah direncanakan. Pekerjaan yang tidak dapat
selesai dalam waktu yang direncanakan akan mengalami tambahan biaya
overhead selama proyek masih berlangsung. Sehingga keterlambatan proyek akan
membawa dampak kerugian karena penundaan pengoperasian fasilitas (Hassan
dkk., 2016)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi
terdiri dari 9 kategori adalah:

  1. Bahan (Materials)
    a. Pengiriman barang
    b. Ketersediaan bahan
    c. Kerusakan bahan
    d. Kualitas bahan
    e. Waktu pemesanan yang tidak tepat
  2. Tenaga Kerja (Labors)
    a. Keahlian tenaga kerja
    b. Ketersediaan tenaga kerja
    c. Kedisiplinan tenaga kerja
    d. Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing
  3. Peralatan (Equipment)
    a. Kualitas peralatan
    b. Kekurangan peralatan
    c. Manajaman peralatan yang salah
    d. Ketersediaan peralatan
    e. Operator yang kurang berpengalaman
  4. Keuangan (financial)
    a. Fluktuasi nilai rupiah
    b. Pembayaran oleh pemilik
    c. Ketersediaan keuangan selama proyek beroperasi
    d. Harga material
  5. Lingkungan (Environment)
    a. Cuaca
    b. Lokasi proyek
    c. Akses ke lokasi proyek
    d. Kebutuhan ruang kerja
    e. Keamanan lingkungan
  6. Perubahan (Change)
    a. Perubahan Desain
    b. Keadaan geologi
  7. Hubungan dengan pemerintah (Geoverment Reletion)
    a. Perijinan
    b. Birokrasi
  8. Kontrak (Contractual)
    a. Kurangnya komunikasi
    b. Jadwal penyelesaian proyek yang berbeda
    c. Kurangnya kerja sama antara Owner dan kontraktor
  9. Waktu dan kontrol (Schedulling and controlling)
    a. Tenaga kerja yang kurang terlatih
    b. Melanggar perencanaan awal proyek
    c. Revisi jadwal kerja yang mendadak

Sumber Risiko


Menentukan sumber risiko merupakan hal yang sangat penting karena
mempengaruhi cara penanganannya. Menurut Smith (1999) risiko juga dapat
diidentifikasi dari sumber dan dampak kerugiannya, berdasarkan sumbernya risiko
dapat diidentifikasi dan digolongkan ke dalam kategori :
1) Risiko finansial, berhubungan dengan masalah perekonomian dan keuangan
baik dari keuangan perusahaan maupun dari perekonomian negara,
contohnya eskalasi, inflasi, jadwal pembayaran termin dan lain-lain.
2) Risiko hukum, menyangkut hukum dan perundang-undangan yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek, contohnya proses perijinan.
3) Risiko politik, mengenai suasana politik di suatu negara yang mendukung /
menjamin keberlangsungan suatu proyek contohnya investasi para investor.
4) Risiko sosial, menyangkut persepsi respon masyarakat terhadap pelaksanaan
suatu proyek konstruksi yang sedang dijalankan.
5) Risiko lingkungan, mempengaruhi kondisi / keadaan disekitar lokasi proyek.
6) Risiko komunikasi, mengenai faktor yang mempengaruhi komunikasi antar
pihak / personal yang terlibat dalam sistem pelaksanaan proyek.
7) Risiko geografis / alam, menyangkut gangguan yang timbul dilokasi proyek
akibat adanya pengaruh kondisi geografis / alam.
8) Risiko konstruksi, berbagai faktor yang berhubungan dengan produktivitas
penyelenggaraan proses konstruksi menyangkut SDM, material, peralatan.
9) Risiko teknis / masalah teknis seperti ketersediaan data dan komponen lain.
10) Risiko logistik menyangkut ketersediaan SDM, material dan peralatan.

Risiko Operasional


Definisi Risiko Operasional Lam (2014:241) mengungkapkan bahwa
operational is defined as the risik of loss resulting from inadequate of failed
internal process, people, and systems or form external event. Artinya, risiko
operasional dapat di definisikan sebagai risiko atas kerugian yang ditimbulkan
dari ketidak cukupan atau kegagalan proses internal, sumber daya manusia, dan
system atau dari peristiwa-peristiwa eksternal.
Menurut Kurniawan (2012:70) risiko operasional adalalah kemungkinan
terjadinya kegagalan atau kesalahan di dalam pelaksanaan kegiatan – kegiatan
operasional di dalam organisasi yang diakibatkan oleh berbagai macam faktor
seperti faktor alam dalam bentuk bencana alam maupun kesalahan manusia seperti
kelalaian pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya

Kualitas Pelayanan


Menurut Sunyoto (2018:240) kualitas pelayanan dalam industri pelayanan
jasa. “Suatu penyajian produk jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku ditempat
produk tersebut diadakan dan penyampaiannya setidaknya sama dengan yang
diinginkan dan diharapkan oleh konsumen”.
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan kosumen serta ketepatan
penyampainnya untuk mengimbangi harapan konsumen, yaitu adanya kesesuaian
harapan dengan persepsi konsumen, adanya kesesuaian antara persepsi atas
kepercayaan konsumen dengan standar kerja karyawan, adanya kesesuaian dengan
standar kerja karyawan dengan pelayanan yang diberikan, adanya kesesuaian
dengan pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan dan adanya
kesesuaian antara pelayanan yang diterima sesuai dengan harapan konsumen.


Manajemen Distribusi


Manajemen distribusi merupakan suatu cara pengelolaan pemenuhan
kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk. Sering kali perusahaan manufaktur
membutuhkan jalur distribusi untuk menjangkau konsumen akhir.
Manajemen distribusi memfokuskan pada arus keluar dari produk. Mendesain
jaringan distribusi untuk memenuhi harapan pelanggan menawarkan tiga kriteria
yaitu respon cepat, pilihan produk, layanan. Sama seperti perusahaan yang
membutuhkan program manajemen pemasok yang efektif, program manajemen
distribusi yang efektif akan membuat perbedaan anatara rantai pasokan yang
sukses dan gagal.

Manajemen Operasi


Manajemen operasi dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas/praktik
yang mengubah input menjadi output. Input dapat berupa material bahan mentah,
perlatan/ mesin, teknologi, sumber daya manusia, maupun faktor produksi lainnya.
Bagi perusahaan manufaktur, output dapat berupa barang. Bagi perusahaan
nonmanufaktur, output dapat berupa jasa. Apapun bentuknya, manajemen operasi
berkaitan dengan proses produksi yang dilakukan untuk memaksimalkan laba usaha
dengan mewujudkan efisiensi ekonomi, mencapai kualitas yang tinggi, dilakukan
secara cepat dan fleksibel (Heizer dan Render, 2011). Sebuah tim manajemen operasi
akan berusaha menyeimbangkan biaya usaha dengan pendapatan sehingga dapat
mencapai laba usaha yang lebih tinggi dan menjamin keberlangsungan usaha. Secara
sederhana, manajemen operasi adalah semua kegiatan pengelolaan yang berkaitan
dengan produksi barang/jasa.
Manajemen operasi adalah proses yang berkesinambungan dan efektif
sehingga fungsi manajemen digunakan untuk mengintegrasikan berbagai sumber
daya agar mencapai proses dan hasil yang efisien. Unsur-unsur pokok dalam
manajemen operasi adalah keberlanjutan, efektif, fungsi manajemen, efisien, dan
memiliki tujuan.
Proses manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaturan
kerja, pengarahan, dan pengendalian (Heizer dan Render, 2011). Menurut Heizer dan
Render (2011), proses manajemen tersebut dilakukan untuk menghasilkan keputusan
strategis manajemen operasional yang terdiri dari: desain produk, manajemen
kualitas, desain proses dan kapasitas, lokasi, tata letak, rancangan kerja sumber daya
manusia, manajemen rantai pasokan, persediaan, penjadwalan, dan pemeliharaan
(Heizer dan Render, 2011).
Manajemen operasi dapat memberi kesempatan untuk mencapai keunggulan
kompetitif. Hal itu diperoleh dengan adanya diferensial yang membedakan produk
atau jasa dari perusahaan lain, biaya produksi yang rendah guna menghasilkan
barang atau jasa yang lebih murah dari perusahaan pesaing, serta respons yang
berkaitan dengan pengembangan produk dan kecepatan pengiriman.

9
produk sepanjang value stream untuk menghilangkan (waste). Pendekaran Lean
berfokus pada peningkatan terus menerus costmer value melalui identifikasi dan
eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang merupakan pemborosan
(waste).
2.2.1 Dua pondasi lean manufacturing dan TPS
Taiichi Ohno mendeskripsikan bahwa TPS konsisten dengan banyak teknik yang di
desain untuk mengurangi pemborosan dalam sistem produksi. Teknik-teknik
tersebut terbagi menjadi dua pondasi yang terdiri dari:

  1. Just In Time (JIT)
    JIT merupakan teknik tentang bagaimana memasok dengan jumlah yang tepat,
    waktu yang tepat, dan lokasi yang tepat [1]. Pondasi ini membantu perusahaan
    untuk melaksanakan kegiatan produksi dan distribusinya secara efisien. Prinsip
    JIT lebih dari sistem kontrol persediaan sederhana, mengejutkan bagi banyak
    praktisi kontrol persediaan karena JIT juga mengontrol variasi [1]. Sperti yang
    ditunjukan oleh Bartlomiej, JIT dapat mendukung perbaikan restoran, yaitu
    memperpendek waktu tunggu penyajian, batch memasak dan akibatnya
    menurunkan stok bahan [5].
  2. Jidoka
    Jidoka merupakan gabungan antara budaya dan teknik mengenai penggunaan
    mesin dan pekerja secara bersamaan dengan membiarkan mesin
    mengendalikan kualitas secara otomatis [1]. Pondasi ini membantu untuk
    mengurangi tingkat kesalahan produksi. Teknik yang digunakan untuk
    menerapkan jidoka salah satunya adalah poka-yoke, yaitu metode untuk
    mengurangi atau menginformasikan kesalahan. Pekerja menginformasikan
    kesalahan dengan menggunakan andons, yaitu tampilan visual dengan lampu
    yang mengindikasikan terjadinya kesalahan atau abnormal dan 100 persen
    pemeriksaan dilakukan dengan mesin [1]. Prinsip jidoka tujuannya adalah
    menjaga pesanan pelanggan, dan pondasi ini juga menjadi kunci utama untuk
    membuat penerapan kanban bekerja.

Business Performance

Pada penelitian ini kinerja bisnis dalam suatu perusahaan memfokuskan pada
empat dimensi, dimana empat dimensi tersebut adalah penerimaan, penyimpanan,
pengemasan, dan pengiriman. Dalam kerangka yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini praktik pengurangan pemborosan dalam gudang akan mempengaruhi
kinerja keuangan dan pemasaran keseluruhan dari suatu organisasi. Pengurangan
pemborosan pada gudang diharapkan dapat meningkatkan posisi kompetitif secara
keseluruhan.Dengan dilakukannya pengurangan pemborosan di dalam gudang dapat
menghasilkan daya internal yang berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan secara
keseluruhan (Rexhausen, 2012). Menurut Eng (2016); Yang (2016) dijelaskan kinerja
bisnis merupakan suatu peningkatan distribusi yang menghasilkan peningkatan kinerja
untuk organisasi dengan memungkinkan pengiriman secara ontime dan berakhir dengan
perkembangan kinerja bisnis.

Karakteristik Komunikasi Massa


Elvinaro mengemukakan karakterisik komunikasi massa dalam buku yang
berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yakni :

  1. Komunikator Terlembagakan
  2. Pesan Bersifat Umum
  3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
  4. Media massa menimbulkan keserampakan
  5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang Hubungan
  6. Massa Bersifat Satu Arah
  7. Stimulasi Alat Indra
  8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung
    (indirect)
    Penjelasannya:
  9. Komunikator Terlembagakan
    Ciri komunikasi massa yang pertama adalah
    komunikatornya bergerak dalam sebuah organisasi
    (lembaga) yang kompleks, nyaris tak memiliki
    kebebasan idividual. Lebih dari itu, pesan-pesan yang
    disebarkan melalui media massa merupakan hasil kerja
    sama (collective), komunikatornya disebut sebagai
    collective communicator.
  10. Pesan Bersifat Umum
    Komunikasi massa bersifat terbuka artinya komunikasi
    massa ditujukan untuk semua orang dan tidak
    ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan
    komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa dan
    opini. Pesan komunikasi yang dikemas dalam bentuk
    apapun harus memenuhi criteria penting atau menarik,
    atau penting sekaligus menarik bagi sebagian besar
    komunikan.
  11. Komunikannya Anonim dan Heterogen
    Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim
    dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator
    tidak mengenal komunikan (anonim), karena
    komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
    muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi
    massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai
    lapisan masyarakat yang berbeda, yang terdiri dari
    berbagai lapisan masyarak berdasarkan factor : usia,
    jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang
    budaya, agama, dan tingkat keamanan.
  12. Media massa menimbulkan keserampakan
    Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi
    lainnya, adalah jumlah sasaran khayalak atau
    komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak
    terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang
    banyak tersebut secara serempak pada waktu yang
    bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
  13. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang Hubungan
    Setiap komunikasi melibatkan dimensi isi dan dimensi
    hubungan (Mulyana, 2000:99). Pada komunikasi massa
    yang penting adalah isi. Dalam komunikasi massa,
    pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
    distem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik
    media massa yang akan digunakan.
  14. Massa Bersifat Satu Arah
    Komunikasi massa adalah komunikasi dengan
    menggunakan media massa, karena melalui media
    massa maka komunikator dan komunikannya tidak
    dapat melakukan kontak langsung. Komunikator yang
    aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif
    menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat
    melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa
    itu bersifat satu arah.
  15. Stimulasi Alat Indra
    Ciri komunikasi lainnya yang dapat dianggap salah satu
    kelemahan adalah stimulasi alat indra yang terbatas.
    Dalam komunikasi massa stimulasi alat indra
    bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar
    dan majalah, pembaca hanya melihat.
  16. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung
    (indirect)
    Komponen umpan balik (feedback) merupakan factor
    penting dalam bentuk komunikasi. Efektivitas
    komunikasi dapat dilihat dari feedback akan diperoleh
    setelah komunikasi berlangsung. (2005:7-15)

Realitas Media


Walter Lippmann menggambarkan realitas media sebagai “dunia di luar dan
gambaran dalam pikiran kita”. Baginya, fungsi utama media adalah membentuk
makna. Penafsiran media terhadap berbagai peristiwa dapat secara signifikan
mempengaruhi pemahaman masyarakat tentang realitas dan pola tindakannya.
Realitas media adalah realitas simbolik, karena tidak dapat dihubungkan langsung
dengan realitas fisik. Media massa memiliki kemampuan untuk menentukan realitas
yang dipahami oleh masyarakat, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan opini publik, seperti dalam propaganda politik, publisitas, dan
hubungan masyarakat.
Tugas utama media adalah melaporkan peristiwa, yang berarti konten media
hanyalah hasil dari realitas yang dikonstruksi. Produksi informasi oleh media
melibatkan pengorganisasian realitas untuk membentuk narasi atau wacana yang
memiliki makna. Oleh karena itu, jurnalis dianggap sebagai pembentuk realitas.
Proses konstruksi realitas terjadi melalui upaya menceritakan peristiwa, keadaan,
atau objek yang terkait dengan suatu isu, seperti politik.
Dalam era media modern saat ini, mayoritas masyarakat sangat tergantung
pada media. Peran jurnalis menjadi sangat penting dalam menciptakan gambaran
tentang realitas saat ini. McQuail mengilustrasikan enam kemungkinan peran media
dalam mengusulkan realitas atau dalam fungsi mediasi media massa (McQuail,
1996) :

  1. Sebagai jendela yang memberikan pandangan langsung tentang dunia tanpa
    gangguan.
  2. Sebagai cermin yang mencerminkan kejadian di sekitar kita.
  3. Sebagai penyaring atau penjaga gawang yang memilih apa yang diperhatikan
    masyarakat.
  4. Sebagai pembimbing yang memberikan interpretasi tentang apa yang terjadi.
  5. Sebagai forum yang melayani diskusi dan perbedaan pendapat.
  6. Sebagai sekat atau pembatas yang memisahkan realitas media dengan realitas
    sebenarnya.
    Pendapat bahwa media massa memiliki pengaruh besar terhadap
    pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat. Media massa berperan
    sebagai agen sosialisasi yang menyebarkan nilai-nilai dan mempengaruhi sikap,
    pemikiran, dan interaksi masyarakat (Mulyana, 2001).
    Isi media merupakan hasil konstruksi realitas menggunakan bahasa sebagai
    alat utamanya. Bahasa tidak hanya menyajikan realitas, tetapi juga membentuk cara
    pandang terhadap realitas tersebut. Oleh karena itu, media massa memiliki kekuatan
    besar dalam membentuk makna dan gambaran tentang realitas yang mereka
    konstruksi.
    Meskipun ada sedikit media yang menyoroti realitas apa adanya, banyak
    faktor yang mempengaruhi konten media, seperti suku, agama, keyakinan, dan
    gender. Media juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga konten
    yang dihasilkan tidak terlepas dari situasi sosial yang dinamis di sekitarnya
    (Shoemaker, 1996)

Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel-variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi yang erat satu sama lain (Pratisto, 2004). Menurut Pratisto (2004), regresi yang bebas multikolinearitas ditandai dengan nilai VIF dan tolerance yang berkisar pada angka 1. Sedangkan menurut Sunyoto (2007) dikatakan terjadi multikolinearitas , jika koefisien korelasi antara variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60) atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan cara lain yaitu :

  1. Apabila α hitung > α dan VIF hitung < VIF maka tidak terjadi multikolinearitas
    1. Apabia α hitung < α dan VIF hitung > maka terjadi multikolinearitas

Ada berbagai cara mengatasi multikolinearitas yaitu dengan menghilangkan salah satu atau lebih variabel yang mempunyai koefisien korelasi tinggi atau menyebabkan multikolinearitas , jika tidak dihilangkan maka hanya digunakan untuk memprediksi dan tidak untuk diinterpretasikan.

Strategi Meningkatkan Motivasi


Salah satu cara meningkatkan motivasi dengan menata kembali sebuah
penguasaan yang ada di dalam organisasi dengan memodifikasi setiap tugas
keperawatan agar dapat meningkatkan sebuah tanggung jawab, onomi dan
mengembangan sikap profesional, diantarannya sebagai berikut

  1. Job Rotation
  2. Job Enlergement
  3. Job Enrichment

Bentuk – Bentuk Komunikasi


Menurut Effendy (2000 : 17) Bentuk – bentuk komunikasi adalah
sebagai berikut :

  1. Komunikasi vertikal
    Komunikasi vertikal adalah suatu komunikasi dari atas ke bawah serta
    juga dari bawah ke arah atas atau juga komunikasi dari pimpinan ke
    bawahan atau juga dari bawahan ke pimpinan dengan secara timbal
    balik. komunikasi vertikal yang terjadi secara formal
  2. Komunikasi horisontal
    Komunikasi horisontal adalah suatu komunikasi dengan secara
    mendatar, sebagai contoh komunikasi antara karyawan dengan
    karyawan yang lainnya serta juga komunikasi ini sering sekali
    berlangsung tidak formal.
  3. Komunikasi diagonal
    Komunikasi diagonal sering juga disebut dengan komunikasi silang
    adalah seseorang dengan orang yang lain yang satu dengan yang
    lainnya juga yang berbeda dalam kedudukan serta juga bagian

Pengertian Motivasi Kerja


Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada
para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya
mendorong bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan
semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu
karyawan mau bekerja sama, bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi (Hasibuan & Melayu, 2016: 143).
Motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan
ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan (Robbins dan Judge
dalam Andriani dan Widiawati, 2017). Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran
dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan
eksternal perusahaan (Afandi, 2016: 12).
Armstrong dalam Jeffrey dan Dantes (2017), mendefinisikan motivasi
sebagai kekuatan yang memberi energi, mengarahkan, dan mempertahankan
perilaku. Ini berkaitan dengan kekuatan dan arah perilaku, dan faktor-faktor
memengaruhi orang untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Pengertian Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja menurut Afandi (2018:74) adalah sikap atau
penilaian positif yang diberikan oleh seorang karyawan terhadap
pekerjaannya yang dipengaruhi oleh rasa saling menghargai antar sesama
rekan kerja dan pencapaian karyawan tersebut dalam perusahaan. Hal ini
sama dengan pengertian kepuasan kerja menurut Sutrisno (2019:74) yang
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap seorang karyawan
terhadap situasi dan kondisi pekerjaan yangt meliputi kerja sama antar
rekan kerja, insentif yang diperoleh, serta hal-hal lain yang menyangkut
aspek fisik dan psikologis. Pengertian kepuasan kerja lainnya
dikemukakan oleh Rivai (2015:620), yaitu evaluasi yang dilakukan oleh
seorang karyawan terhadap pekerjaannya berupa perasaan senang, tidak
senang, puas, atau tidak puas.
Berdasarkan definisi mengenai kepuasan kerja di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan emosional
yang dirasakan oleh seorang karyawan terhadap pekerjaanya, yang
muncul pada saat harapan karyawan tersebut sebanding dengan
kompensasi yang diberikan oleh perusahaan, sehingga karyawan tersebut
dapat memenuhi semua kebutuhannya

Urgensi Kepemimpinan dalam Islam


Kepemimpinan ialah suatu aspek yang dianggap urgent (penting)
di dalam Islam. Lantaran aspek kepemimpinan memiliki dampak yang
sangat besar bagi seluruh kehidupan umat atau rakyat pada suatu negeri.
Pentingnya kepemimpinan di dalam Islam lantaran cakupannya bukan
hanya mencakup dimensi duniawi saja, akan tetapi lebih daripada itu
termasuk dimensi ukhrowi (akidah) (Prasetyo, 2014 : 27).
Hukum pentingnya memilih pemimpin di dalam Islam termasuk
kedalam fardhu kifayah, kepemimpinan diartikan dengan makna khalifah
yang berarti “wakil”. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang (khalifah) di
muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
engkau dan mensucikan engkau?” Allah berfirman: “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah:30).
Perkataan mengenai khalifah merupakan penghubung atau
pemimpin yang diserahi atau diamanati untuk memimpin atau
menyampaikan sesuatu; khalifah disini yang dimaksud pada ayat diatas
adalah Nabi Adam AS. Rasyid Ridla al-Manar, mengatakan khalifah
merupakan sosok manusia yang dibekali kelebihan akal pikiran serta
pengetahuan untuk mengatur. Mustafa al-Maraghi, mengatakan bahwa
khalifah merupakan wakil Tuhan di muka bumi (khalifah fil ardli). Dalam
istilah lain, kepemimpinan juga memiliki makna “Imam”, yang artinya
pemuka agama serta pemimpin spiritual yang diteladani dan dilaksanakan
fatwanya. Istilah atau perkataan khalifah ini mulai dikenal setelah
Rasulullah SAW wafat (Prasetyo, 2014 : 9).
Dalam kaidah hukum Islam seorang yang layak dijadikan sebagai
seorang pemimpin ialah yang memiliki kemampuan intelektual dan
spiritual yang unggul; akhlak atau moralitas yang tinggi; kemampuan
menjadi pelayan umat yang adil; amanah, jujur dan sidik (Mufti, 2015:50).
Kepemimpinan Islam merupakan perwujudan dari keimanan dan
amal saleh. Seorang pemimpin yang mementingkan diri dan hanya
bertujuan untuk kebendaan, penumupukan harta, bukanlah kepemimpinan
Islam yang sebenarnya meskipun pemimpin tersebut beragam Islam.
Karena tidak semua orang layak, mampu atau berhak menjadi seorang
pemimpin (Mufti, 2015:50).
Jika, seorang pemimpin lebih mendahulukan kepentingan umatnya
dibandingkan kepentingan pribadinya, itulah pemimpin umat Islam yang
sesungguhnya, setelah umat atau rakyat menjadi prioritas utama seorang
pemimpin tentunya diharapkan mampu memotivasi serta mengarahkan
umat dimana setiap pergerakannya selaras dengan kaidah atau pedoman di
dalam Al-Quran serta hadist lantaran demi tercapainya tujuan (Mufti,
2015:50).

Fungsi Kepemimpinan

Sutikno (2014) menjelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif harus
dipelajari dan diraih. Upaya untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif,
maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai fungsinya. Secara
operasional kepemimpinan dapat dbedakan menjadi lima fungsi pokok yaitu:
a. Fungsi instruktif
Fungsi instruktif ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan
kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan apabila
pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orangorang yang dipimpinnya.
c. Fungsi partisipasi
Pemimpin dalam hal ini berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang atau
menetapkan keputusan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan 
dari pimpinan. Fungsi delegasi diwujudkan pemimpin untuk kemajuan dan
perkembangan organisasinya tidak mungkin dijalankan pemimpin sendiri.
e. Fungsi pengendalian
Kepemimpinan yang sukses harus mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan
terc apainya tujuan bersama secara maksimal

Teori Kepemimpinan

Path Goal Teori ini dikembangkan oleh Robert House dalam Robbins (2015), yang menyatakan bahwa tugas dari pemimpin untuk membantu para pengikut dalam memperoleh tujuan mereka dan untuk menyediakan pengarahan atau dukungan untuk memastikan bahwa tujuan mereka sesuai dengan keseluruhan tujuan dari kelompok atau organisasi. Robert House dalam Robbins (2015) menggabungkan empat tipe atau gaya kepemimpinan yang utama, yaitu : 1. Kepemimpinan direktif. Gaya ini serupa dengan gaya pemimpin otoriter lippit dan white. Bawahan mengetahui dengan pasti apa 8 yang diharapkan dari mereka dan pemimpin memberikan pengarahan yang spesifik. Tidak ada partisipasi dari bawahan. 2. Kepemimpina suportif. Gaya kepemimpinan ini memiliki sikap ramah, mudah didekati dan menunjukkan perhatian tulus untuk bawahan. 3. Kepemimpinan partisipatif. Pemimpin meminta dan menggunakan saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. 4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi. Pemimpin mengatur tujuan yang menantang bawahan untuk menunjukkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan mencapai tujuan dan memiliki kinerja yang lebih baik

Kepemimpinan Otentik


Kepemimpinan Otentik mengacu pada Teori Perilaku(Behavioral
Theories) yang dikembangkan oleh Robbins dan Judge (2008), teori
perilaku kepemimpinan tumbuh sebagai hasil dari ketidakpuasan
terhadap teori sifat karena dinilai tidak dapat menjelaskan efektivitas
kepemimpinan dan gerak hubungan antar manusia. Teori ini percaya
bahwa perilaku pemimpin secara langsung memengaruhi efektivitas
kelompok. Pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya
untuk memengaruhi orang lain dengan efektif. Dalam teori
kepemimpinan ini yang menjadi fokus adalah tindakan dari seseorang
pemimpin, bukan melihat kualitas mental atau internal. Pemimpin
Otentik adalah seorang pemimpin yang memiliki kepercayaan diri,
optimisme, harapan, efisiensi dan ketahanan. Pemimpin yang
mengadaptasi Kepemimpinan Otentik memiliki nilai dan perspektif
moral yang jelas, memiliki pandangan positif ke depan dan
menempatkan karyawan untuk dapat menjadi pemimpin dikepentingan
yang tinggi (Avolio et al., 2004).
Melalui Artikel yang dipakai sebagai acuan, Qiu et al. (2019)
mengusulkan model kepemimpinan otentik tingkat tinggi. Teori
kepemimpinan otentik dikembangkan pertama kali oleh Avolio dan
Luthans pada tahun 2003, di kalangan akademisi teori ini termasuk
salah satu teori kepemimpinan yang terbaru yang pada awalnya
dikonseptualisasikan pada akhir 1970, lalu pada awal tahun 2000
dilakukan penelitian lebih mendalam untuk menelusuri konsep ini
(Avolio & Garner, 2005).commit to user
Avolio, Luthans, dan Walumbwa (2004) mengemukakan bahwa
pemimpin otentik sangat paham dengan apa yang ada di dalam dirinya
(deeply aware) dalam berpikir dan bertindak, orang lain beranggapan
bahwa pemimpin otentik adalah seseorang yang memiliki nilai moral
yang baik, optimisme, memiliki harapan, berwawasan luas, dan sadar
akan kemampuan yang ada pada dirinya dan orang lain. Pemimpin
otentik menggunakan konsep pengetahuan diri (selfknowledge) untuk
mengenali dan mengatasi kekurangan yang ada dalam dirinya dalam
memimpin (Walumbwa et al., 2008) Pemimpin otentik juga memiliki
konsistensi dan kedisiplinan yang baik dalam mencapai tujuan dan
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam dirinya (George, 2003).
Pemimpin otentik memiliki standar dan nilai-nilai moral internal
yang tinggi, pemimpin mewakili model peran untuk memberikan isyarat
perilaku dan bimbingan bagi pengikut untuk ditiru (Bandura, 1997).
Pemimpin otentik memimpin dengan memberi contoh kepada pengikut
ketika menampakkan kepercayaan, harapan, dan optimisme di tempat
kerja. Pemimpin otentik secara obyektif mengevaluasi semua informasi
yang relevan ketika membuat keputusan, dengan begitu pemimpin
otentik mampu menciptakan lingkungan yang adil dan terbuka di tempat
kerja. Pada tempat kerja seperti itu, karyawan akan memiliki kesadaran
untuk saling membantu orang lain dan didorong untuk melakukannya
(Walumbwa, Wang, Schaubroeck, & Avolio, 2010).
Walumbwa et al. (2018) mengidentifikasi empat komponen untuk
menjelaskan Kepemimpinan Otentik, antara lain :
a. Pemahaman diri (Self awareness), kemampuan seorang pemimpin
dalam memandang dan menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri
serta dapat menyadari dampak perbuatannya.
b. Transparansi hubungan (Relational transparancy), mengarah pada
bagaimana seorang pemimpin menampilkan sifat diri yangcommit to user
sesungguhnya kepada orang lain. Perilaku ini mengacu pada
keterbukaan informasi dan relasi.
c. Pengelolaan yang seimbang (Balanced processing), mengacu pada
sikap objektif seorang pemimpin dalam menganalisa data yang
relevan ketika mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat
serta bagaimana pemimpin merespon pandangan orang lain yang
bertentangan.
d. Moral yang di Internalisasi (Internalized moral perspective),
menunjukkan konsistensi dan keyakinan dasar yang dimiliki
pemimpin yang dapat dilihat melalui sikap, perilaku dan tindakan
dalam sehari-hari

Pengaruh Kepuasan Kerja


Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam
menjalankan tugas yang dibebankan di perusahaan ( Kartika, 2018), dan akan
berpengaruh terhadap :

  1. Terhadap produktifitas
    Performa kerja yang unggul akan menciptakan keberhasilan dan pencapaian
    perusahaan. Disamping itu kepuasan kerja yang akan dirasakan oleh tenaga kerja
    hanya jika mereka mempresepsikan bahwa apa yang telah dicapai oleh perusahaan
    sesuai dengan produktifitas kerja yang dilakukan dan sesuai dengan apa yang mereka
    terima.
  2. Ketidakhadiran
    Tingkat ketidakhadiran yang tinggi mencerminkan ketidakpuasan kerja
    seseorang yang sifatnya spontan.
  3. Keluarnya pekerja
    Dampak dari keluarnya karyawan atau mengundurkan diri dari perusahaan
    mempunyai akibat ekonomis yang cukup besar bagi perusahaan, hal ini kemungkinan
    diindikasi oleh tingkat kepuasan kerja yang rendah.

Unsur – Unsur Bauran Pemasaran


Menurut Mc.Charty dalam Kotler dan Keller (2016) terdapat
empat unsur-unsur bauran pemasaran produk yaitu sebagai berikut :
a) Product (Produk)
“Product (produk) yaitu sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
dapat diperhatikan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.”
b) Price (Harga)
“Price (harga) yaitu Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen
untuk mendapatkan produk dan atau jasa dimana nilainya
ditetapkan oleh penjual dan pembeli melalui tawar-menawar, atau
ditetapkan oleh penjual dengan satu nilai yang sama terhadap
semua pembeli.”
c) Place (Tempat)
“Place (tempat) yaitu saluran distribusi yang mencakup lokasi,
pergudangan, transportasi, dan sebagainya yang digunakan untuk
mencapai taget perusahaan.”
d) Promotion (Promosi)
Promotion (promosi) yaitu suatu kegiatan yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi mengenai suatu produk dan atau
jasa, serta sebagai sarana membujuk dan mempengaruhi,
konsumen.

Dimensi Orientasi Belanja


Menurut Seock dalam Kusuma dan Septarini (2013) menyatakan bahwa
orientasi belanja memiliki tujuh dimensi, yaitu:

  1. Shopping enjoyment
    Yang merupakan kesenangan individu ketika melakukan belanja.
  2. Brand/fashion consciousness
    Yang merupakan kesadaran individu terhadap harga merek atau mode
    busana.
  3. Price consciousness
    Yang merupakan kesadaran individu terhadap harga produk.
  4. Shopping confidence
    Yang merupakan kepercayaan individu terhadap kemampuan
    berbelanjanya.
  5. Convinience/time consciuosness
    Yang merupakan kesadaran individu terhadap waktu dan kenyamanan
    ketika berbelanja.
  6. In-home shopping tendency
    Yang merupakan kecenderungan individu untuk melakukan pembelian
    dengan tidak keluar rumah.
  7. Brand/store loyalty
    Yang merupakan kesetiaan individu terhadap merek dan toko ketika
    melakukan kegiatan berbelanja

Perilaku Pasca pembelian


Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat
produk dibeli, melainkan berkelanjutan hingga periode pasca
pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tidakan pasca pembelian dan pelakaian produk pasca pembelian.

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan DenganKomitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi


Menurut Kreitner (2014:180), “komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu
konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi
dengan organisasinya, dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk
melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Komitmen organisasi adalah
identifikasi dan ikatan seseorang pada sebuah organisasi. Komitmen organisasi
merupakan sikap kerja yang penting karena orang-orang yang memiliki komitmen
diharapkan menunjukkan kesediaan untuk bekerja lebih keras demi mencapai
tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk tetap bekerja di
suatu perusahaan. Seseorang yang sangat berkomitmen mungkin akan melihat
dirinya sebagai anggota sejati dari sebuah perusahaan, merujuk pada organisasi
dalam hal pribadi, mengabaikan sumber ketidakpuasan kecil, dan melihat dirinya
tetap sebagai anggota organisasi. Hal ini akan meningkatkan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan dan mendukung tercapainya tujuan perusahaan

Atribut produk


Atribut produk menurut Kotler dan Armstrong (2012 : 254), yaitu :
(1) Product Quality (kualitas produk)
Kualitas produk merupakan salah satu alat positioning yang utama bagi
pemasar. Kualitas memiliki dampak langsung pada kinerja produk dan
jasa, sehingga hall ini terkait dengan nilai pelanggan dan kepuasan.
(2) Product Features (fitur produk)
Sebuah produk dapat ditawarkan dalam beragam fitur. Perusahaan dapat
menciptakan tingkat model yang lebih tinggi dengan menambahkan lebih
banyak fitur. Fitur adalah sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan
produk perusahaan dari produk pesaing. Menjadi produsen pertama yang
memperkenalkan fitur baru yang bernilai adalah salah satu cara paling
efektif untuk bersaing.
(3) Product design and style (gaya dan desain produk )
Merupakan cara lain untuk menambah nilai pelanggan melalui gaya dan
dan desain produk. Desain adalah konsep lebih besar daripada gaya. Gaya
hanya menggambarkan penampilan produk. Desain adalah jantung
produk. Desain yang baik dimulai dengan pemahaman mendalam tentang
kebutuhan pelanggan

Faktor-Faktor Komunikasi Pemasaran

  1. Jenia Pasar Produk (Type Of Product Market)
    Pemasar konsumen cenderung menghabiskan lebih
    banyak uang untuk promosi penjualan dan periklanan;
    pemasar bisnis cenderung menghabiskan lebih banyak
    uang untuk penjualan personal. Secara umum, penjualan
    personal lebih banyak digunakan untuk barang-barang
    yang kompleks, mahal, berisiko dan di pasar dengan
    jumlah penjual yang lebih sedikit dan lebih besar.
  2. Tahap Kesiapan Pembeli (Buyer-Readiness Stage)
    Alat komunikasi memiliki efektivitas biaya yang
    berbeda-beda pada berbagai tahap kesiapan pembeli.
    Iklan dan publisitas memainkan peran yang paling
    penting dalam tahap pembangunan kesadaran.
    Pemahaman pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan
    penjualan personal. Keyakinan pelanggan sebagian besar
    dipengaruhi oleh penjualan personal. Penjualan personal
    dan promosi penjualan paling membantu dalam menutup
    penjualan. Pemesanan ulang juga sebagian besar
    dipengaruhi oleh penjualan personal, promosi penjualan
    dan sedikit oleh iklan pengingat. Perhatikan juga bahwa
    aktivitas online dapat mempengaruhi hampir semua
    tahap.
  3. Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life-Cycle Stage)
    Dalam tahap pengenalan siklus hidup produk, iklan,
    acara, pengalaman, dan publisitas memiliki efektivitas
    biaya tertinggi, diikuti oleh penjualan personal untuk
    mendapatkan cakupan distribusi dan promosi penjualan
    serta pemasaran langsung untuk mendorong uji coba.
    Dalam tahap pertumbuhan, permintaan memiliki
    momentumnya sendiri melalui promosi dari mulut ke
    mulut dan pemasaran interaktif. Iklan, acara,
    pengalaman dan penjualan personal menjadi lebih
    penting pada tahap kedewasaan. Pada tahap penurunan,
    penjualan promosi terus kuat, alat komunikasi lainnya
    berkurang, dan tenaga penjualan hanya memberikan
    produk perhatian minimal (Kotler & Keller, 2016:599).

Ruang Lingkup Public Relations


Menurut Dozier & Broom, dalam (Ruslan,2016) buku manajemen Public
Relations & media komunikasi: konsepsi & aplikasi. Ruang lingkup Public
Relations dalam sebuah organisasi atau lembaga antara lain meliputi aktifitas
sebagai berikut:

  1. Membina hubungan ke dalam (Public Internal)
    Yang dimaksud dengan public internal adalah publik yang menjadi
    bagian dari unit, badan perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang
    Public Relations harus mampu mengidentifikasi dan mengenali hal-
    hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat,
    sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.
  2. Membina hubungan keluar (Public External)
    Yang dimaksud public external adalah publik umum (masyarakat).
    Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif
    terhadap lembaga yang diwakilinya.
    Menurut Cutlip dan rekan dalam (Maudi, 2018) ruang lingkup pekerjaan Public
    Relations yang dapat dibagi menjadi enam bidang pekerjaan, yaitu;
  3. Publisitas
    Kegiatan menempatkan berita di media massa.
  4. Pemasaran
    Menarik dan memuaskan klien atau pelanggan dalam jangka panjang
    dalam upaya mencapai tujuan ekonomi perusahaan.
  5. Public Affairs
    Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan
    komunitas untuk mempengaruhi kebijakan publik.
  6. Manajemen Issu
    Upaya organisasi atau perusahaan untuk melihat kecendrungan isu
    atau opini publik yang muncul ditengah masyarakat dalam upaya
    organisasi atau perusahaan untuk memberikan tanggapan atau respon
    yang sebaik-baiknya.
  7. Lobi
    Kegiatan membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah
    untuk mempengaruhi peraturan dan perundang-undangan.
  8. Hubungan Investor
    Kegiatan membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
    menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak lainnya untuk
    memaksimalkan nilai pasar

Indikator Citra Merek


Menurut (Kotler, 2012) menyatakan bahwa citra merek dapat diukur
dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1) Kekuatan(strengthness)
Kekuatan produk merupakan keunggulan yang dimilki suatu merek
produk yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek produk
lain
2) Keunikan(uniqueness)
Keunikan suatu produk yaitu tingkat pembeda produk dari
pesaingnya, kesan ini didapat konsumen atas atribut yang dimiliki
suatu produk yang tidak dimiliki produk lainnya.
3) Keunggulan(favorable)
Keunggulan suatu merek merupakan kemudahan suatu merek
produk yang mudah diucapkan oleh konsumen, mudah diingat dan
produk menjadi favorit konsumen

Price (harga)


Price atau harga adalah faktor positioning kunci dan harus
diputuskan dalam hubungannya dengan pasar sasaran. Kotler dan Keller
(2009 : 151).
Menurut Tjiptono (2008:152) dalam Saputro, dkk (2016),
berdasarkan sudut pandang konsumen, harga sering kali digunakan
sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan sebagai
manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan jasa. Harga akan menjadi
pertimbangan yang cukup penting bagi pelanggan dalam memutuskan
pembeliannya, pelanggan akan membandingkan harga dari produk pilihan
mereka kemudian akan mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai dengan
nilai produk, serta jumlah uang yang harus mereka keluarkan.
Menurut Tjiptono (2007:151), Harga merupakan satuan moneter atau
ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Indikator harga yang digunakan, yaitu;
a. Keterjangkauan harga
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
c. Daya saing harga
d. Kesesuaian harga dengan manfaat produksi
e. Harga mempengaruhi daya beli konsumen.
Tandjung (2004:78) menyatakan bahwa harga adalah jumlah uang
telah disepakati oleh calon pembeli dan penjual untuk ditukar dengan
barang atau jasa dalam transaksi bisnis normal. Penetapan harga adalah
yang paling kruisal dan sulit di antara unsur-unsur dalam bauran
pemasaran ritel.

Pengertian Kepercayaan Merek


Menurut Kotler dan Keller (2016) kepercayaan yaitu kesediaan
perusahaan untuk mengandalkan mitra bisnisnya. Hal ini tergantung
pada banyak faktor interpersonal dan antar organisasi-organisasi
seperti, kompetensi, integritas, kejujuran, dan kebijakan. Interaksi
dapat berupa interaksi dengan karyawan di perusahaan, pendapat dan
kepercayaan terhadap perusahaan secara keseluruhan tumbuh dengan
pengalaman.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong dalam Mahendra dan
Putri (2022) kepercayaan merek merupakan kondisi dimana seorang
konsumen menaruh suatu kepercayaan terhadap merek yang memiliki
tingkat resiko yang tinggi namun ekspektasi yang tinggi turut pula
menghasilkan sesuatu yang positif. Berdasarkan beberapa pengertian
mengenai kepercayaan merek diatas, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa kepercayaan merek adalah suatu pandangan
seseorang terhadap produk dengan melihat kualitas yang ada pada
produk tertentu sehingga menciptakan rasa percaya pada produk
tertentu

Faktor yang Mempengaruhi Brand Awareness


Menurut (Herdana, 2015) yang mempengaruhi brand awareness, yaitu :
1) Kualitas Produk
Produk yang memuaskan pelanggan dinilai dapat memenuhi
keinginan dan harapan pelanggan.
2) Advertising (Periklanan)
Iklan merupakan alat komunikasi perusahaan untuk menyampaikan
informasi sebuah produk ataupun merek kepada pelanggan.
3) Promosi
Promosi merupakan aktivitas menyampikan kelebihan dari produk
tersebut serta membujuk pelanggan untuk membelinya

Theory Brand Of Personality


Kepribadian merek menurut David Aker dalam jurnal academic research Isa
Cardosa (2013: 2) adalah seperangkat karakteristik manusia yang dikaitkan
dengan merek. Kepribadian merek menurut Kotler (2008:171), adalah bauran
khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan merek tertentu.
Pemberian karakteristik personal pada merek, bisa membuat merek bersangkutan
lebih berdaya tarik bagi konsumen yang ingin berafiliasi dengan merek-merek
yang memiliki kepribadian yang diidam-idamkan (Tjiptono, Fandy 2011:59).
Kepribadian dapat dikatakan sebagai keseluruhan pemikiran dan perasaannya
terhadap diri sendiri Sirgi (Ferinadewi, 2008:154).
Kepribadian merek sesungguhnya merupakan respon emosional konsumen
terhadap merek yang membedakannya dengan merek pesaingnya. Oleh karena itu
kepribadian merek penting untuk diciptakan agar mendapat respon emosional
yang berbeda dengan merek lain. Bagi manajer pemasaran, hal yang perlu diingat
dalam merancang strategi mereknya adalah kecendrungan konsumen untuk secara
konsisten mengkonsumsi merek yang sama dalam jangka waktu yang lama agar
dapat menggambarkan kepribadiannya Ferrinadewi (2008:158).

Definisi Preferensi Merek (Brand Preference)


Brand preference didefinisikan sebagai kecenderungan konsumen terhadap
merek yang bervariasi tergantung pada keyakinan penting yang dimiliki pada waktu
tertentu; bias konsumen terhadap merek tertentu; sejauh mana konsumen menyukai
satu merek dibandingkan merek lain (Ebrahim dalam Ngurah Bagus dan I Putu
Miartana, 2018: 103). Terdapat 3 (tiga) pengertian di dalam brand preference yaitu
nilai, budaya, dan kepribadian. Disamping itu, merek juga menyatakan nilai, artinya
Elzatta menunjukkan bahwa nilai mereknya adalah efisien. Konsumen yang
membutuhkan komunikasi yang cepat, mungkin berpikir bahwa efisiensi
merupakan hal yang penting dari suatu produk, merek mencerminkan budaya
tertentu. Misalnya Elzatta mencerminkan muslim fashion dengan corak khas
nusantara. Konsumen cenderung akan memilih produk yang sesuai dengan budaya
atau kebiasaannya. Merek juga bisa memproyeksikan kepribadian tertentu, artinya
Elzatta mencerminkan sesuatu yang narutal dan menyenangkan, sehingga
konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk Elzatta mencerminkan
kepribadian tersebut.
Brand preference didefinisikan sebagai segala sesuatu dimana konsumen
lebih memilih brand dari suatu produk berdasarkan pengalaman pertamanya di
dalam menggunakan brand tersebut dibandingkan dengan brand lain yang sejenis.
Sutisna berpendapat bahwa brand preference juga diartikan sebagai keyakinan atau
informasi yang diterima oleh konsumen yang akan mempengaruhi perilakunya
untuk memilih suatu merek tertentu untuk dibeli (Ngurah Bagus dan I Putu
Miartana, 2018: 105). Berdasarkan beberapa definisi, maka brand preference
diartikan sebagai kecenderungan konsumen untuk memilih suatu merek dibanding
merek lainnya.

Pengaruh Brand Equity, Brand Awareness dan Brand PersonalityTerhadap Brand Loyalty


Dalam proses pengambilan keputusan setelah mendapat informasi tentang
merek-merek produk yang dapat memenuhi kebutuhan, langkah selanjutnya yang
diambil konsumen adalah mengevaluasi dan menyeleksi dari suatu kelompok
merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan
diputuskan untuk dibeli. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek
tersebut tidak akan dipertimbangkan di benak konsumen, sehingga brand equity,
brand awareness dan brand personality akan berdampak positif dan signifikan
pada brand loyalty

Dimensi Value-Image Congruence


Untuk mengukur seberapa jauh value-image congruence telah
terbentuk atau tidak, maka harus diukur berdasarkan pada kedua dimensi
dari value proposition dengan dimensi dari image congruence tersebut, guna
menciptakan dimensi baru. Dimensi yang dijadikan parameter untuk value
proposition dikemukakan oleh Osterwalder & Pigneur (2010):

  1. Newness
    Merupakan komponen dari value proposition dimana perusahaan
    menawarkan sesuatu yang baru bagi pelanggan dimana penawaran
    tersebut dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Misal dalam
    smartphone setiap produk terbaru yang dikeluarkan selalu
    menawarkan fitur-fitur baru yang sebelumnya tidak pernah
    ditawarkan oleh merek smartphone lainnya.
  2. Performance
    Merupakan penciptaan nilai dengan cara meningkatkan kinerja
    suatu produk atau layanan, guna menciptakan produk atau layanan
    yang lebih baik. Sebagai contoh produsen smartphone
    meningkatkan kemampuan prosesor smartphone untuk
    memaksimalkan penggunaan smartphone.
  3. Customization
    Merupakan penciptaan nilai dengan menyesuaikan produk dan
    layanan dengan spesifik kebutuhan pelanggan individu atau
    pelanggan pada sebuah segmen tertentu. Sebagai contoh pada saat
    ini kustomisasi yang sedang gencar dilakukan oleh para produsen
    smartphone adalah peningkatan kemampuan prosesor dan kamera
    yang ada pada smartphone, hal ini dikarenakan kedua aspek
    tersebut memiliki segmen pasar yang cukup besar dalam kalangan
    para pengguna smartphone.
  4. Getting the job done
    Merupakan penciptaan nilai dengan hanya membantu pelanggan
    melakukan pekerjaan tertentu. Sebagai contoh adalah Samsung
    yang bekerjama dengan pihak Instagram guna membuat mode
    khusus Instagram didalam smartphone terbaru dari Samsung, hal
    ini untuk membantu para pegguna Instagram khususnya yang
    menggunakan media Instagram untuk melakukan pekerjaannya
    seperti salah satunya para endorsement produk.
  5. Design
    Merupakan komponen penting dari penciptaan nilai dari sebuah
    produk ataupun layanan, akan tetapi sulit untuk mengukur hal
    tersebut. Suatu produk maupun jasa dapat unggul di pasar bisa jadi
    karena hanya design yang dimiliki. Contoh paling mudah ialah
    produk smartphone dari Apple memiliki design logo yang
    dianggap memiliki keistimewaan tersendiri bagi para
    penggunanya.
  6. Brand/status
    Merupakan penciptaan nilai bagi pelanggan dengan memberikan
    status kepada pelanggan. Seperti halnya status ekonomi yang
    dapat dinilai dengan melihat smartphone yang digunakannya.
  7. Price
    Merupakan penciptaan nilai dengan menawarkan harga yang lebih
    rendah untuk sebuah produk atau layanan untuk memenuhi
    kebutuhan pelanggan dengan segmen yang sensitif terhadap harga.
    Misalnya Xiomi mengeluarkan produk dengan spesifikasi
    mumpuni namun dengan harga yang rendah, dan hal ini dinilai
    sukses dalam merebut pangsa pasar dengan segmen pelanggan
    yang memiliki pertimbangan khusus pada harga dari sebuah
    smartphone.
  8. Cost reduction
    Merupakan penciptaan nilai dengan membantu pelanggan dalam
    mengurangi biaya dari aktivitas yang dilakukan. Contohnya
    smartphone kini hadir untuk membantu pelanggan dalam
    melakukan berbagai aktivitas, seperti mengambil foto atau video,
    mengolah data, mengirim pesan, dan lain sebagainya.
  9. Risk reduction
    Penciptaan nilai dengan memberi pelanggan dalam pengurangan
    risiko yang mereka tanggung saat membeli produk atau layanan
    dari sebuah merek. Contohnya para produsen memberikan garansi
    dalam bentuk perbaikan atas kerusakan.
  10. Accessibility
    Penciptaan nilai dengan menyediakan produk dan layanan bagi
    pelanggan yang sebelumnya tidak memiliki akses ke mereka.
    Contohnya seperti teknologi yang diciptakan Razer Phone ketika
    pertama kali menciptakan smartphone game pertama didunia yang
    mana para penggunanya dapat merasakan experience bermain
    game yang lebih baik yang sebelumnya tidak pernah dirasakan di
    smartphone lainnya.
  11. Convenience/usability
    Menciptakan nilai dengan menjadikan sesuatu lebih nyaman atau
    lebih mudah digunakan oleh pelanggan. Contohnya Apple yang
    menawarkan iPod dan iTunes kepada pelanggan untuk kemudahan
    dalam mencari, membeli, mengunduh, dan mendengarkan musik
    digital.
    Selain dari komponen dari value proposition tentunya perlu dilihat
    juga komponen dari image congruence guna dapat menemukan kesesuaian
    antara kedua variable tersebut dan dapat membentuk sebuah komponen atau
    dimensi baru. Menurut Sirgy (1982) menunjukkan bahwa image congruence
    memiliki empat komponen utama, yaitu:
  12. Self-Image Congruence
    Merupakan kecenderungan pelanggan memiliki sikap yang baik
    dan niat beli terhadap produk / merek yang dianggap sesuai
    dengan citra diri mereka (Graeff, 1996).
  13. Ideal Image Congruence
    Merupakan prilaku seseorang yang didasarkan pada keinginan
    untuk memperlihatkan diri pada orang lain yang mana prilaku
    tersebut dilakukan secara konsisten.
  14. Social Image Congruence
    Merupakan kecenderungan dalam berperilaku seseorang yang sesuai
    dengan apa yang orang lain rasakan karena kebutuhan akan
    konsistensi sosial.
  15. Ideal Social Image Congruence
    Merupakan persetujuan sosial memungkinkan orang untuk
    berperilaku dengan cara yang konsisten dengan bagaimana

Pengertian Pemasaran


Pemasaran berasal dari kata pasar atau dapat diartikan pula dalam konteks
tradisional “tempat orang jual beli”.(Petri et al. n.d.) American Marketing
Association (AMA) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan
pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide-ide, barang-
barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-
tujuan individu dan organisasi.(Anon n.d.)
Sedangkan Philip Kotler yang menyatakan bahwa pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai
satu sama lain.(Petri et al. n.d.) Stanton (2008:34) mengemukakan pengertian
pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk
yang dapat memuaskan keinginan dalam mencapai tujuan perusahaan.(Dinggon,
Lumanauw, and Trang 2015)
Dari definisi-definisi tersebut maka pemasaran merupakan usaha untuk
menggabungkan rencana-rencana dan strategi yang mengarah kepada pertukaran
produk dan nilai-nilai untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan pemasaran
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dimana
kepuasan konsumen merupakan tujuan akhir dari pemasaran.

Indikator Kualitas Produk


Indikator Kualitas Produk Dimensi kualitas produk menurut Lupiyoadi
(2015) dalam Tjiptono, (2016) adalah:

  1. Kinerja (Performance), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
    dari sebuah produk.
  2. Daya tahan (Durability), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
    bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
    besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin
    besar pula daya produk.
  3. Fitur (Features), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
    menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
    terhadap produk.
  4. Reliabilitas (Reliability), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
    dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
    kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
    diandalkan.
  5. Estetika (Aesthetics), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk.
  6. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta
    kompetensi dan keramah tamahan staf layanan

Fungsi Citra Merek (Brand Image)


Fungsi Brand Image terhadap peusahaan adalah untuk mempertahankan
dan memperkembangkan suatu produk agar konsumen semakin yakin dengan
produk tersebut. Selain itu, perusahaan dapat memiliki segmen pasar dan kelas
yang lebih tinggi di mata konsumen, serta memiliki saluran distribusi produk
lebih banyak. Menurur Keller (2000) citra merek adalah persepsi konsumen
terhadap citra merek produk yang akan dikonsumsi atau dipakai. Kerby, 2004
menunjukkan empat elemen penting dalam citra merek (Brand Image)
diantaranya:
a) Ketahanan yaitu hubungan antara mutu dan citra merek suatu produk
b) Kesesuaian yaitu kesesuaian antara pembeda pada merek dan citra merek
yang ingin ditampilkan dati suatu produk.
c) Keseksamaan yaitu sejauh mana brand image secara konstan ingin
ditampilkan
d) Konotasi yaitu pelanggan beranggapan karakteristik merek produk sejenis
yang diterima, konsumen menemukan satu merek yang tisak sama dari
merek produk yang lainnya

Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian


Pada penelitian Mega Yunita (2017:27), dengan judul jurnal “Pengaruh
Kualitas Produk, Citra Merek Dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan
Pembelian Shampoo Sunsilk Pada Indomaret Wilayah Pasar Minggu Jakarta
Selatan” menyatakan kualitas produk memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian shampoo Sunsilk pada Indomaret
wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.. Artinya, semakin bagus kualitas suatu
produk maka semakin cepat konsumen memutuskan pembelian atas produk
tersebut

Proses Keputusan Pembelian


Menurut Kotler dan Keller (2016:195) ada lima tahapan dalam proses
pengambilan keputusan, yakni :
(1) Identification Masalah (Problem Recognition)
Sebelum memutuskan untuk membeli, konsumen terlebih dahulu
dihadapkan pada suatu masalah. Masalah disini adalah kebutuhan
akan suatu barang ataupun jasa
(2) Menggali Informasi (Information Search)
Konsumen akan berusaha menggali informasi lebih banyak dan
lengkap dari berbagai sumber, untuk mendapatkan produk yang tepat
sesuai dengan kebutuhan mereka.
(3) Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternatives)
Pada tahapan ini, yang menjadi pertimbangan adalah: kemampuan /
daya beli konsumen pada suatu barang/jasa, manfaat, kualitas, merek
– merek alternatif, dan lain – lain.
(4) Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Setelah konsumen mempertimbangkan berbagai faktor sebelum
membeli, selanjutnya mereka mengambil tindakan keputusan
pembelian pada suatu produk. Hasil keputusan inilah yang dianggap
yang tepat.  
(5) Sikap Setelah Pembelian (Postpurchase Behavior)
Pasca pembelian suatu barang atau jasa, maka akan muncul kepuasan.
Konsumen dikatakan puas apabila apa yang diterimanya sebanding
dengan yang diharapkannya. Sebaliknya, konsumen akan merasa
tidak puas jika apa yang diharapkan berbanding negatif dengan apa
yang diterima

Indikator Respon Konsumen


Respon Konsumen dalam penelitian Eun-ju Seo dan Jin-Woo Park
(2018:39) menghasilkan indikator sebagai berikut :
a) Commitment
Komitmen adalah keadaan psikologis internal yang dianggap terkait
dengan orang atau objek lain, dan merupakan keinginan terus menerus
untuk mempertahankan hubungan
 Saya bangga menjadi pelanggan produk X.
 Saya sangat suka produk X.
b) Brand Preference
Preferensi merek. Preferensi merek berarti bahwa mengingat beberapa
merek yang bersaing di pasar, konsumen cenderung lebih memilih merek
berdasarkan apa yang mereka ketahui dan rasakan tentangnya. (keller
dalam B.Godey et.al 2016:2-6). Preferensi merek biasanya diukur dengan
meminta konsumen untuk menunjukkan merek favorit mereka dari
kategori atau pilihan merek. Studi sebelumnya tentang merek-merek
mewah menggunakan skala preferensi merek tertentu (dalam penelitian
B.Godey et.al 2016:2-6).
c) Price Premium
Harga premium. Harga premium mungkin merupakan anteseden langsung
yang potensial dari perilaku pembelian, (Netemayer et al. dalam
B.Godey et.al 2016:2-6), di mana pengisian baru dapat dilakukan melalui
harga yang lebih tinggi daripada pelanggan yang ingin mengisi lebih
banyak untuk merek mereka, lebih baik daripada yang lain

Indikator Kesadaran Merek


Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) dalam Anang Firmansyah
(2019;40), ada 4 (empat) indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah brand antara lain:
(1) Mengingat kembali (recall)
Seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa
saja yang diingat.
(2) Mengenali (recognition)
Seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk
dalam kategori tertentu.
(3) Pembelian (purchase)
Seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam
alternatif pilihan ketika akan membeli produk/layanan.
(4) Konsumsi (consumption)
Seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika
sedang menggunakan produk/layanan pesaing

Indikator Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari seberapa besar keinginan
pelanggan terhadap apa yang mereka dapatkan dari jasa atau pelayanan jasa
tersebut sesuai dengan kinerja yang mereka dapatkan. Indikator untuk
mengukur kepuasan pelanggan, menurut Indrasari (2019:92) adalah:
a. Kesesuaian harapan
kepuasan tidak diukur secara langsung tetapi disimpulkan berdasarkan
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan
kinerja perusahaan yang sebenarnya.
b. Minat berkunjung kembali
Menunjukkan kepuasan fasilitas yang diukur dari perasaan puas
pelanggan terhadap fasilitas yang telah diberikan dan disediakan oleh
pihak perusahaan.
c. Kesediaan merekomendasikan
kepuasan pelanggan diukur dengan menanyakan apakah pelanggan
akan merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain
seperti, keluarga, teman, dan lainnya.
Menurut Hawkins dan Lonney dikutip dalam Tjiptono, F (2016:101)
indikator kepuasan pelanggan terdiri dari :
a. Kesesuaian harapan
merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja jasa yang diharapkan oleh
konsumen dengan yang dirasakan oleh konsumen.
b. Minat berkunjung kembali
Merupakan kesediaan konsumen untuk berkunjung kembali atau
melakukan pemakaian ulang terhadap jasa terkait.
c. Kesediaan merekomendasikan
merupakan kesediaan konsumen untuk merekomendasikan jasa yang
telah dirasakan kepada teman atau keluarga.
Menurut Kotler & Keller (2016:140) indikator kepuasan pelanggan
terdiri dari :
a. Kesesuaian harapan
Merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja produk yang diharapkan
oleh pelanggan, meliputi :
1). Produk yang diperoleh sesuai atau melebihi dengan yang
diharapkan.
2). Pelayanan oleh karyawan yang diperoleh sesuai atau melebihi
dengan yang diharapkan.
3). Fasilitas penunjang yang didapat sesuai atau melebihi dengan yang
diharapkan.
b. Minat berkunjung kembali
Merupakan kesedian pelanggan untuk berkunjung kembali atau
melakukan pembelian ulang terhadap produk terkait, meliputi:
1). Berminat untuk berkunjung kembali karena pelayanan yang
diberikan oleh karyawan memuaskan.
2). Berminat untuk berkunjung kembali karena manfaat yang diperoleh
setelah mengkonsumsi produk.
3). Berniat untuk berkunjung kembali karena fasilitas penunjang yang
disediakan memadai.
c. Kesediaan merekomendasikan
Merupakan kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk
yang telah dirasakan kepada teman atau keluarga, meliputi :
1). Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli produk yang
ditawarkan karena pelayanan yang memuaskan.
2). Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli produk atau jasa
yang ditawarkan karena fasilitas penunjang yang disediakan memadai.
3). Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli produk yang
ditawarkan karena nilai atau manfaat yang didapat setelah
mengkonsumsi sebuah produk jasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan


Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Firmansyah (2018) faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sebagai berikut:
a. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas jika
mereka mendapatkan pelayanan yang baik dan sesuai dengan harapan.
b. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas jika produk yang
mereka gunakan berkualitas.
c. Harga, yaitu harga yang relatif murah dan produk yang memiliki
kualitas yang sama akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada
pelanggan.
d. Faktor situasi, yaitu keadaan yang dialami pelanggan.
e. Faktor pribadi dari pelanggan, yaitu karakteristik yang sesuai dengan
kebutuhan pribadi

Pengertian Pemasaran


Pemasaran ialah proses dalam masyarakat baik individu ataupun
kelompok mendapatkan sesuai kebutuhan serta keinginan dengan
menciptakan, menawarkan serta dengan bebas menukar produk serta jasa yang
nilainya satu dengan lainnya.“the iAmerican iMarketing iassociation
ioffersitheifollowingiformalidefinitioni:imarketingiisitheiactivityisetiofiinstitut
ion,iandiprocessesiforicreatingicommunicating,idelivering,iandiexchangingi
offeringithatihaveivalueiforicustomers,iclient,ipartners,andisocietyiatilarge”i
KotleridaniKelleri(2016:124-135)
Lebih lanjut dipaparkan “Marketing is the process by which businesses
create value for their customers and build strong relationships with them in
order to get value back from them.”. Maksudnya yakni suatu proses yang
dilakukan perusahaan dalam memberikan nilai untuk pelanggannya serta
mengkonstruksi korelasi yang kuat terhadap pelanggannya supaya
memperoleh value dari konsumennya yang dinilai sebagai suatu imbalannya.
(Kotler & Armstrong, 2017:124-135)
Menurut Laksana (2019:1), Pemasaran ialah bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan kegiatan transaksi produk barang atau jasa. Sehingga
pengertian pasar bukan lagi merujuk kepada suatu tempat tapi lebih kepada
aktifitas atau kegiatan bertemunya penjual dan pembeli dalam menawarkan
suatu produk kepada konsumen.
Menurut Tjiptono dan Diana (2020:3), Pemasaran ialah proses
menciptakan, mendistribusikan, mempromosikan, dan menetapkan harga
barang, jasa dan gagasan untuk memfasilitasi relasi pertukaran yang
memuaskan dengan para konsumen dan untuk membangun serta
mempertahankan relasi yang positif dengan para pemangku kepentingan dalam
lingkungan yang dinamis

Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Keputusan Pembeliaan


Menurut Kotler (2016:454) Inovasi produk merupakan
kombinasi dari berbagai jenis tahapan ataupun proses yang saling
mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut Myres dan
Marquis dalam Kotler (2016) Inovasi produk merupakan gabungan
dari bermacam-macam proses yang saling berpengaruh antara satu
sama lain, yang mana semakin meningkat inovasi suatu produk maka
akan semakin tinggi juga ketertarikan masyarakat pada produk
tersebut. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahawa inovasi
produk merupakan kombinasi dari beragam tahapan ataupun proses
mulai dari muncul nya konsep atau sebuah ide baru hingga terciptanya
sebuah produk yang berbeda dari produk yang sudah ada tujuannya
agar konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian serta
perusahaan dapat memiliki keunggulan kompetitif dalam pesaingnya
yang nantinya akan mempengaruhi keputusan pembelian

Manfaat Informasi Kebangkrutan


Menurut Hanafi & Halim (2016:261) informasi kebangkrutan memberikan
manfaat bagi beberapa pihak. Pihak yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Pemberi Pinjaman, informasi kebangkrutan dapat dimanfaatkan untuk
    mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman serta untuk
    kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
  2. Investor, informasi kebangkrutan digunakan sebagai antisipasi yang
    dilakukan oleh investor untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal
    mungkin melalui model prediksi kebangkrutan.
  3. Pemerintah, sebagai pihak yang bertanggung jawab mengawasi badan usaha
    serta jalannya usaha tersebut maka penting bagi pemerintah untuk
    mengetahui tanda-tanda kebangkrutan.
  4. Akuntan, informasi kebangkrutan dimanfaatkan untuk menilai kemampuan
    going concern suatu perusahaan.
  5. Manajemen, apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal,
    maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan
    dengan munculnya biaya kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau
    restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan


Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah
sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
    memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
    kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
  2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
    untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
    dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
    panjang.
  3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
    menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
    periode tertentu.
  4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
    untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
    mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
    bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok
    hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden
    secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan
    atau krisis keuangan.

Asas-Asas Pelayanan Publik


Adanya penyelenggaraan pelayanan publik tidak lain untuk
memberikan kepuasan bagi pengguna jasa atau masyarakat. Oleh karena
itu, dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan
publik harus memperhatikan dan menerapkan asas-asas pelayanan publik.
Asas-asas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik adalah sebagai berikut :
a. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipasi
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan,
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan
harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.

Konsep Modal Sosial


Modal sosial menyoroti tentang hubungan individu dengan sesama yang
mana hubungan tersebut dibangun oleh individu maupun kelompok agar dapat
berperan dalam sebuah lingkungan. Implementasi dari modal sosial dapat terlihat
dari kualitas individu yang secara sosial lebih peka terhadap lingkungan
masyarakat. Proses yang dibangun dalam modal sosial, tentu harus memliki sebuah
komitmen yang mana dapat mempersatukan individu dengan individu lainnya.
Menurut Field (2011: 1) menyatakan bahwa:
Orang membangun hubungan melalui serangkaian jaringan dan mereka
cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lain dalam jaringan
tersebut sejauh jaringan tersebut menjadi sumber daya, dia dapat dipandang
sebagai modal.
Pernyataan di atas tentu dapat menjelaskan bagaimana modal sosial
terbentuk. Penyelenggaraan modal sosial sangat dipengaruhi oleh jaringan sosial
yang dibangun. Jaringan sosial dapat dikatakan sebagai sebuah modal dalam
menjali hubungan baik individu dengan indivu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok.
Definisi lain dari modal sosial berasal dari Putnam yang dikutip dalam Field
(2011: 51) mengatakan bahwa: “modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial
jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama
secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama”. Artinya, begitu
pentingnya modal sosial sebagai pendorong untuk pengembangan kapasitas dari
sumber daya manusia (SDM) terlihat dari proses pencapaian tujuan bersama secara
lebih efektif yang didorong oleh modal sosial yang terbagi menjadi jaringan kerja,
norma sosial, dan kepercayaan.

Faktor-faktor yang memengaruhi Gaya Kepemimpinan


Dalam melaksanakan aktivitas pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Menurut H. Joseph Reitz yang dikutip Nanang Fattah dalam (Ode Zusnita
Muizu & Irfan, 2017), faktor yang memengaruhi gaya kepemimpinan adalah
sebagai berikut:

  1. Kepribadian (personality).
    Pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal mencakup nilai-nilai,
    latar belakang dan pengalamannya akan memengaruhi pilihan akan gaya
    kepemimpinan.
  2. Harapan dan perilaku atasan.
  3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan memengaruhi terhadap apa
    gaya kepemimpinan yang digunakan.
  4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan memengaruhi gaya
    pemimpin.
  5. Iklim dan kebijakan organisasi memengaruhi harapan dan perilaku
    bawahan.
  6. Harapan dan perilaku rekan

Aspek-aspek Perencanaan Karir


Perencanaan Karir yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Walgito, 2005) yang berpendapat bahwa dalam membuat sebuah
perencanaan karir yang terpenting adalah lima langkah, yaitu:
a. Pemahaman diri, yaitu bertujuan untuk membantu siswa mengetahui dan
memahami potensi, kemampuan , minat, bakat dan cita-citanya
b. Pemahaman tentang nilai-nilai, yaitu bertujuan untuk membantu siswa
mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan juga
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
c. Pemahaman lingkungan, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
mengetahui keadaan lingkungan. Dengan mengetahui dan memahami
lingkungan maka siswa akan lebih tepat di dalam mengambil keputusan
dan langkah dalam pemilihan karir.
d. Pemahaman tentang hambatan dan mengatasi hambatan. Langkah ini
diharapkan akan dapat mengetahui dan memahami hambatan-hambatan
apa yang ada dalam rangka pencapaian tujuan, yaitu pemilihan karir
yang cocok.
e. Perencanaan masa depan. Langkah ini dilakukan dengan harapan siswa
dapat mengelola semua informasi yang didapatkannya dari tahapan
sebelumnya, dan menjadikan satu dasar untuk menyusun rencana masa
depannya.

Pengertian Efikasi Diri


Pengertian efikasi diri berdasarkan beberapa pendapat, yaitu
sebagai berikut.

  1. Efikasi diri diperkenalkan oleh Albert Bandura. Albert Bandura
    mendefinisikan efikasi diri sebagai berikut (Bandura, 2009).
    “Perceived self- efficacy is defined as people’s beliefs
    about their capabilities to produce designated levels of
    performance that exercise influences over events that
    affect their lives. Self- efficacy beliefs determine how
    peoples feel, think, motivate themselves and behave Such
    belief produce these diverse effects through four major
    processes. They include cognitive, motivational, affective
    and selection processes”
    Pendapat di atas dapat diartikan bahwa efikasi diri adalah
    kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan untuk
    meningkatkan kinerja yang berpengaruh bagi kelangsungan hidup
    mereka. Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasakan,
    berpikir, memotivasi diri mereka sendiri, dan berperilaku melalui
    empat proses utama, yaitu kognitif, motivasi, afektif, dan proses
    seleksi.
  2. Alwisol (2009) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian
    diri mengenai baik atau buruknya suatu tindakan, benar atau salah
    suatu perbuatan, dan bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuatu hal
    sesuai dengan yang disyaratkan. Individu yang memiliki efikasi diri
    yang tinggi akan percaya bahwa dirinya mampu mengerjakan suatu
    hal sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan, situasi, dan harapan
    sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. Orang tersebut akan
    selalu bekerja keras dan tetap mengerjakan tugas hingga selesai
    (Alwisol, 2009).
  3. Efikasi diri adalah penilaian diri seseorang terhadap kemampuannya
    dalam mengorganisasikan serta melaksanakan Langkah-langkah
    yang terarah untuk mencapai tujuan tertentu (Pajares, 2002).
  4. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang untuk menunjukkan
    perilaku yang sesuai dan efektif agar dapat menyelesaikan tugas
    dengan baik (Coetzee & Cilliers, 1999).

Pengertian Publik


Publik merupakan sejumlah manusia yang mempunyai pandangan berfikir
yang sama dan harapan yang sama, maksudnya setiap orang mempunyai
pandangan yang sama terhadap suatu hal yang bersifat umum. Sementara istilah
publik berasal dari bahasa inggris publik yang berarti umum, masyarakat, negara.
Menurut Litjan Poltak Sinambella, dkk (2011:5) “kata publik sebenarnya sudah
diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang
banyak, ramai”.
Menurut Inu Kencana Syafiie, dkk (1999: 18) arti dari kata publik itu
sendiri adalah “sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan,
harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma
yang mereka miliki”.i

Reformasi Pelayanan Publik


Salah satu faktor dan aktor utama yang turut berperan
dalam perwujudan pemerintahan yang bersih (clean
government) dan kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah birokrasi. Dalam posisi dan perannya
yang demikian penting dalam pengelolaan kebijakan dan
pelayanan publik, birokrasi sangat menentukan efesiensi
dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Salah satunya dengan cara reformasi
birokrasi.
Reformasi birokrasi menurut Michael Dugget
(LAN:2005) adalah proses yang dilakukan secara kontinyu
untuk mendesain ulang birokrasi, yang berada di lingkungan pemerintahan dan partai politik sehingga dapat
berdayaguna dan berhasil guna baik ditinjau dari segi
hukum maupun politik. Dengan kata lain reformasi
birokrasi merupakan upaya untuk mengubah atau
memperbaiki kondisi/keadaan suatu tatanan pemerintahan
sehingga pelaksanaan urusan pemerintahan menjadi lebih
baik.
Reformasi pelayanan publik adalah perbaikan integral
pelayanan publik yang antara lain meliputi perbaikan
kebijakan, sumber daya manusia (SDM), struktur, dan
prosesnya. Reformasi pelayanan publik di Indonesia
secara masif sejatinya telah dilaksanakan sejak tahun
1998, yaitu sejalan dengan tuntutan reformasi
penyelenggaraan pemerintahan negara secara menyeluruh
di segala bidang kehidupan masyarakat dalam berbangsa
dan bernegara. Dalam konteks ini, reformasi terhadap
kebijakan pelayanan publik secara mendasar sudah
dimulai, yaitu sejak Kantor Menpan memperbaharui
pedoman penyelenggaraan pelayanan publik yang semula
diatur dalam Keputusan Menpan No. 81/1993 selanjutnya
diatur dalam Keputusan Menpan No.
63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang antara lain
23
mengatur: (1) hakekat pelayanan publik; (2) asas dan
prinsip pelayanan publik; (3) kelompok pelayanan publik;
dan (4) penyelenggaraan pelayanan publik.
Menurut Alisjahbana (2008) pada dasarnya reformasi
kelembagaan pelayanan publik sangat terkait dengan
permasalahan kelembagaan birokrasi. Masalahnya sampai
saat ini belum ada kesepakatan tentang pelembagaan
fungsi pemerintah serta kriterianya. Akibatnya terjadi
kekaburan tugas dan tanggung jawab instansi pemerintah.
Inefisiensi, kelambatan, ketidakmerataan pelayanan dan
fasilitas sosial, overhead cost yang tinggi, serta
ketidakpastian biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
menjadi fenomena umum. Dalam kondisi demikian,
perampingan kelembagaan pemerintah menjadi
keniscayaan, meskipun reformasi kelembagaan itu bukan
pekerjaan mudah. Sebagai langkah awal, pemerintah perlu
melakukan evaluasi kelembagaan berdasarkan tugas-tugas
yang diemban oleh instansi-instansi terkait.

Indikator-Indikator Kepercayaan


Ada beberapa dimensi untuk dapat mengetahui kepercayaan
konsumen salah satunya menurut Kotler dan Keller (2016:225) ada
empat dimensi kepercayaan konsumen, yaitu sebagai berikut:

  1. Benevolence (kesungguhan/ketulusan), yaitu seberapa besar
    seseorang percaya kepada penjual agar berperilaku baik kepada
    konsumen.
  2. Ability (Kemampuan), adalah sebuah penilaian terkini atas apa
    yang dapat dilakukan seseorang. Dalam hal ini bagaimana
    penjual mampu meyakinkan pembeli serta memberikan
    jaminan kepuasan dan keamanan ketika bertransaksi.
  3. Integrity (Integritas), adalah seberapa besar keyakinan
    seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga serta
    memenuhi kesepakatan yang telah dibuat ke konsumen.
  4. Willingness to depend (Kesedian untuk bergantung), adalah
    kesedian konsumen bergantung kepada penjual berupa
    penerimaan resiko atau konsekuensi negatif.
    Sedangkan menurut Dharma (2019:251) terdapat tiga
    indikator sebagai berikut :
  5. Peluang (Probability) fokus kepada kepercayaan dan
    ketulusan, integritas, dan reputasi sehingga muncul
    peluang kepercayaan terhadap suatu produk perusahaan.
  6. Ekuitas (Equity), berkaitan dengan berfikir adil (fairmindedness), benevolence (kesungguhan/ketulusan)
    bahwa karakteristik seseorang untuk memperlihatkan
    dan peduli terhadap nasib dan kondisi seseorang.
  7. Keandalan (Reliability), berkaitan dengan keandalan dan
    kecepatan serta konsistensi dari produk yang diharapkan
    dalam beberapa hal berkaitan dengan jaminan yang
    dikeluarkan oleh perusahaan.

Pemerintahan Desa


Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarakan Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 pengaturannya berdasarkan pemikiran keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu penyelenggraan pemerintahan desa merupakan subsistem
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa mempunyai kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkanasal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Suprihatini,2007: 9).
Dalam menyelenggarakan pemerintahan desa terdapat dualembaga:
Pemerintah Desa dan BPD. Pemerintah berfungsi menyelenggarakan kebijakan
pemerintah atasnya dan kebijakan desa.sedangkan BPD berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat (Nurcholis, 2011:77).
Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan perangkat desa. Perangkat
desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkatdesa lainnya. Sekretaris desa diisi
dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.Wewenang pemerintahan
desa yaitu mengatur, mengurus kepentingan masyarakatnya, dan mendamaikan
perkara daripara warganya. Pemerintahan desa berfungsi sebagai lembaga
legislasi danpengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran
pendapatan dan belanjadesa dan keputusan Kepala Desa.
Kepala Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga
Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara
pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada peraturan
pemerintah. Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan
pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perdes danberdasarkan PP
(Nurcholis, 2011:79)

Budaya Organisasi


Dalam kehidupan organisasi sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
yang diciptakan. Budaya berawal dari kebiasaan, tradisi, dan tata cara umum
dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini
terutama merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya,
Robbins (2006:266). Budaya yang terbentuk dalam organisasi dapat dirasakan
manfaatnya dalam memberikan kontribusi bagi organisasi karena budaya
tersebut telah terintenalisasi pada SDM yang ada di dalamnya. Budaya
organisasi berupa sistem dan nilai yang tidak tampak yang dapat menggerakkan
dan mengarahkan SDM untuk bertindak sesuai ketentuan yang sudah ada.
Nimran (2009:154) mengemukakan bahwa budaya organisasi yang
berlaku harus ditaati dan dianut oleh seluruh anggota sehingga akan meresap,
menyatu dan membentuk nilai-nilai individu, sikap, asumsi, dan harapan.
Kemudian Robbins (2008:256) menambahkan bahwa budaya organisasi
merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Sedangkan Schein
(1992:8) dalam Kusdi (2011:51) menambahkan bahwa budaya organisasi
adanya sesuatu yang dimiliki atau dijadikan pegangan bersama oleh anggotaanggotanya (shared or held in common). Jadi berdasarkan beberapa pengertian
di atas menurut para ahli, peneliti memberikan kesimpulan bahwa budaya
organisasi merupakan suatu sistem nilai yang dianut oleh semua anggota
organisasi kemudian diinternalisasikan dan dipatuhi sehingga terbentuk keteraturan kerja serta tercapainya tujuan organisasi. Budaya organisasi yang
kuat di dalam perusahaan memiliki nilai kebersamaan yang dipahami secara
mendalam, dan dipatuhi oleh anggota organisasi.
Budaya organisasi dapat berupa hal yang dapat dirasakan dari yang
tampak dan tidak tampak tetapi dari keduanya dapat memberikan pengaruh
besar pada perusahaan. Menurut Schein dalam Tika (2012:22) membagi level
budaya organisasi menjadi tiga bagian, antara lain sebagai berikut.
a) Artifak atau Kreasi. Hal ini mencakup semua fenomena yang bisa
dilihat, didengar, dan dirasakan seperti ruang fisik, produk, teknologi
kelompok, perilaku nyata anggota organisasi.
b) Nilai-nilai. Nilai merupakan solusi yang muncul dari pimpinan dengan
maksud memecahkan masalah-masalah dalam organisasi.
c) Asumsi-Dasar. Asumsi ini terdapat petunjuk yang harus dipatuhi
anggota organisasi karena menyangkut perilaku, menjelaskan
anggota kelompok bagaimana merasakan, memikirkan segala
sesuatu.

Hubungan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan


Motivasi merupakan variabel penting, yang dimana motivasi perlu mendapat
perhatian yang besar bagi organisasi dalam peningkatan kinerja karyawannya.
Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat yang timbul dalam diri seseorang atau
karyawan untuk melakukan sesuatu atau bekerja, karena adanya rangsangan dari luar
baik itu dari atasan dan lingkungan kerja, serta adanya dasar untuk memenuhi
kebutuhan dan rasa puas, serta memenuhi tanggung jawab atas tugas-tugas yang
diberikan dan dilakukan dalam organisasi.

Pengertian Kepemimpinan


Dalam suatu kelompok kerja, baik yang tergolong kecil, sedang dan besar,
sangat dibutuhkan seorang pemimpin. Selain kelompok kerja, kelompok
masyarakat yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan, juga memerlukan
pemimpin.dengan hadirnya pemimpin suatu kelompok kerja dapat dikendalikan
secara positif yang tujuan dan misi utamanya adalah merealisir tujuan yang telah
digariskan.
Bagi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya,
harus diprioritaskan dalam menerapkan segala potensi, kekuatan, bakat, ilmu dan
pengetahuannya untuk dikerjakan secara tepat, benar, efektif, dan efisien.
Keadaan ini akan lebih baik jika didukung oleh faktor-faktor pelaksanaan tugas –
tugas kepemimpinan yang lebih baik, seperti adanya sifat-sifat, gaya- gaya,
fungsi- fungsi dan tipe-tipe kepemimpinan.
Menurut G.R. Terry dalam buku Iwan Purwanto (2007: 63) mendefenisikan
kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Menurut Robbins dalam buku Harbani Pasolong (2008: 4) menyatakan
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju
pencapaian sasaran.

Definisi Budaya Organisasi


Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, organisasi harus
dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia dan memperkuat
budaya, sehingga mampu menyesuaikan dengan perubahan budaya dalam
menjalankan fungsinya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
nantinya akan memandu dan membentuk sikap serta perilaku pegawai.
Robbins (dalam Lumbanraja,2009) menjelaskan bahwa budaya atau kultur
organisasi mempengaruhi cara manusia bertindak di dalam organisasi,
bagaimana mereka bekerja, memandang pekerjaan mereka, bekerja bersama
rekan kerja, dan memandang masa depan yang sebagian besar ditentukan oleh
norma kultural, nilai-nilai dan kepercayaan mereka.
Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilainilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi atau norma yang
telah berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi
sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya.
Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi
dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang didalam organisasi.
Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan
jiwa para anggota organisasi (Haqq,2015).
Schein (dalam Lumbanraja,2009), budaya organisasi menjadi sangat
berarti bagi kelangsungan hidup organisasi terutama bila dikaitkan dengan
upaya organisasi untuk mengatasi berbagai masalah dalam adaptasi atas
berbagai perkembangan dan perubahan eksternal dan integrasi terhadap
kekuatan internal. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa budaya organisasi merupakan sekumpulan nilai-nilai dan keyakinan
yang dipegang bersama oleh seluruh anggota organisasi yang menjadi
pedoman dalam berpikir dan bertindak. Pedoman tersebut kemudian harus
ditaati dan dilakukan semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi dan sebagai solusi menghadapi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal.

Budaya Organisasi


Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana pegawai
mempersepsikan karakteristik dari budaya suatu organisasi,
bukannya dengan apa mereka menyukai budaya itu atau tidak.
Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Budaya
organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh
semua anggota organisasi. Luthans dalam Asri Laksmi (2017 : 6)
menyatakan:”Budaya organisasi merupakan norma-norma dannilainilai yang mengarahkan perilaku anggota organiassi. Setiapanggota
akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima
oleh lingkungannya.” Selanjutnya Feter F. Druicker dalam Pabundu
Tika (4) menyatakan: Budaya organisasi adalah pokok penyelesaian
masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya
dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat
untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalahmasalah terkait serperti di atas. Menurut Sutrisno (2010 : 72) :
Budaya organisasi adalah sebagai perangkat system nilai-nilai
(values), atau norma-norma (beliefs), asumsi-asumsi
(asssumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku,
disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai
pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya.
Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat strategis untuk
mendorong dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi,
khususnya kinerja pegawai walaupun dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Peran budaya organisasi yaitu sebagai alat untuk
menentukan arah organisasi, mengatur apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, bagaimana mengelola sumber daya organisasional
dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari
lingkungan organisasi. Menurut Kreitner dan Kinicki (:83) budaya
organisasi mempunyai empat (4) fungsi yaitu:

  1. Memberikan identitas kepada pegawainya
  2. Memudahkan komitmen kolektif
  3. Mempromosikan stabilitas sistem social
  4. Membentuk perilaku dengan membantu manajer
    merasakan keberadaannya. Tiap karakteristik ini
    berlangsung pada suatu kontinum dari rendah ke tinggi.
    Maka dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh
    karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari
    budaya organisasi suatu organisasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja


(Arianty, n.d.) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

  1. Faktor kemampuan
    Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari
    kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (knowledge, skill).
    Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
    sesuai dengan keahliannya.
  2. Faktor motivasi
    Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam
    menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
    menggerakkan diri karyawan terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
    Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan
    untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental
    seorang karyawan harus sikap mental yang siap psikofisik (siap secara
    mental, fisik, dan situasi). Artinya seorang karyawan harus siap mental,
    maupun secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan
    dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.

Manfaat Total Quality Management


Manfaat Total Quality Management (TQM) adalah memperbaiki kinerja
karyawan dalam mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan
perusahaan. Nasution (2015: 202) menyebutkan beberapa manfaat yang diperoleh
dari penerapan Total Quality Management diantaranya adalah:

  1. Perbaikan kepuasan pelanggan
  2. Penghapusan kesalahan-kesalahan dan pemborosan
  3. Peningkatan dorongan semangat kerja dan tanggung jawab pegawai.
  4. Peningkatan profitabilitas dan daya saing
    Keuntungan pengendalian mutu menurut Ishikawa (1992) dalam Tjiptono
    (2015: 111) yaitu memungkinkan perusahaan untuk menemukan kesalahan atau
    kegagalan dalam proses produksi. Selain itu, desain produk dapat mengikuti
    keinginan pelanggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat sesuai
    pilihan pelanggan. Menurut Nasution (2015: 203) keuntungan yang didapat
    perusahaan karena menyediakan barang atau jasa yang berkualitas baik berasal
    dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah,
    gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
    Menurut Hardjosoedarmo (2014: 64) penerapan TQM akan membuat
    karyawan menjadi lebih loyal kepada organisasinya dan menganggap bahwa
    keberhasilan organisasi identik dengan keberhasilan pribadi. Karyawan akan
    melakukan pekerjaan secara sukarela untuk melakukan perbaikan mutu tanpa
    campur tangan, tekanan, ataupun dorongan manajemen. Karyawan baru dengan
    mudah akan menyesuaikan diri pada budaya mutu yang telah terbentuk dalam
    organisasi. Oleh karena itu pergantian, absensi, dan unjukrasa dapat dikurangi,
    bahkan ditiadakan.
    Menurut Tjiptono (2015: 112) perusahaan yang menerapkan teknik TQM
    akan memperoleh beberapa manfaat utama yang pada akhirnya akan
    meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan, antara lain:
    rute pertama yaitu pasar dan rute kedua yaitu rute biaya. Rute pertama
    menjelaskan perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga
    pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini
    mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh semakin
    besar. Rute kedua menjelaskan perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas
    dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya
    operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan
    meningkat.

Tujuan Rekrutmen


Suatu program rekrutmen baik terkadang perlu melayani banyak tujuan yang
banyak pertentangannya.
Menurut Kasmir (2017:95) dalam praktiknya pelaksanaan
rekrutmen memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :

  1. Memperoleh sumber tenaga kerja yang potensial
    Pelamar yang melamar ke perusahaan benar-benar pelamar yang
    memiliki potensi yang diharapkan perusahaan. Pelamar yang potensial
    maksudnya adalah pelamar yang sesuai dengan jumlah dan kualitas
    yang diharapkan.
  2. Memperoleh sejumlah pelamar yang memenuhi kualifikasi
    Pelamar yang melamar ke perusahaan benar-benar pelamar yang
    memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan, pelamar yang diinginkan
    adalah pelamar yang memenuhi kualifikasi sesuai sehingga lebih bebas
    untuk memilih tenaga kerja yang diinginkan.
  3. Menentukan kriteria minimal untuk calon pelamar
    Pelamar harus benar-benar memenuhi persyaratan yang
    diiinginkan perusahaan. Adanya persyaratan minimal yang harus
    dipenuhi pelamar adalah mutlak, misalnya IPK, usia, pengalaman kerja,
    domisili, akreditasi lembaga atau prodi atau persyaratan lainnya.
  4. Untuk kebutuhan seleksi
    Bagi perusahaan dengan memperoleh pelamar yang memiliki
    kualifikasi yang melimpah, maka proses seleksi akan lebih mudah,
    karena memiliki banyak pilihan.Dengan kualifikasi yang melamar tinggi
    tentu memberikan keuntungan dalam menentukan calon pelamar yang
    diinginkan. jumlah yang diterima.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)


Manajemenialah proses mendayagunakan bahan baku serta
sumber daya manusia guna mencapai sutau tujuan tertentu. Proses
tersebut tentunya melibatkan organisasi, arahan, koordinasi, serta evaluasi
sumber daya manusia.Inti dari pada manajemen ialahkegiatan bekerja
dengan melibatkan orang lain untuk meraih beberapa hasil. Dengan
begitu tentunya membutuhkan proses pengintegrasian berbagai sumber
daya serta tugas guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan
(Simamora, 2004).
Manajemen sumber daya manusia (human resources
management) merupakan prosesmendayagunakan, mengembangkan,
menilai, memberi balas jasa serta mengelola anggota organisasi.
Manajemen sumber daya manusia juga berkaitan dengankonsep dan
aplikasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan
karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan,
serta hubungan ketenagakerjaan yang baik (Simamora, 2004).
Manajemen sumber daya manusia ialah konsep yang luas
mengenai filosofi, kebijakan, prosedur, serta praktik yang digunakan
untuk mengelola individu melalui organisasi. Penggunaan konsep serta
sistem sumber daya manusia merupakan kontrol sistematis dari proses
jaringan fundamental organisasi yang mempengaruhi dan melibatkan
semua individu dalam organisasi.Baik proses perencanaan sumber daya
manusia, desain pekerjaan, susunan kepegawaian, pelatihan&
pengembangan, representasi&perlindungan tenaga kerja, maupun
pengembangan organisasi. Upaya mengendalikan serta mengatur proses
tersebut, tentunya hasrus merencanakan, mengembangkan serta
mengimplementasikan suatu sistem yang dilakukan oleh manajemen
puncak (Rachmawati, 2008).
Inti dari manamejen sumber daya manusia
ialahmendayagunakansecara penuh sumber daya manusia perusahaan
sehingga harapannya para karyawan dapat bekerja secara efektif guna
mencapai suatu tujuan perusahaan. Simamora (2004) berpendapat bahwa
terdapat empat hal yang menjadi penting mengenai manajemen sumber
daya manusia, yaitu :
a. Mengintegrasikan kebijakan sumber daya manusia dengan
perencanaan bisnis malelui penekanan yang lebih dari biasanya
b. Meletakan tanggung jawab pengelolan sumber daya manusia bukan
hanya pada manajer khusus tapi jugaterletak pada manajer lini senior.
c. Merubah fokus yang semula dari hubungan serikat pekerja dengan
manajemen, sekarang menjadi hubungan manajemen dengan
karyawan.
d. Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif dimana
manajer berperan sebagai penggerak dan fasilitator.
Rachmawati (2008) menyatakan,peningkatan dalam peran
manajemen sumber daya manusia disebabkan oleh keyakinan organisasi
terhadap peran sumber daya manusia yang strategis untuk mencapai
kesuksesan organisasi yang kompetitif. Peran manajemen sumber daya
manusia semakin meluas sertasemakin strategis melebihi peran
administrasi dan operasional.

Aspek-aspek Kepuasan Kerja


Menurut Robbins dalam Badriyah (2015:229), ada lima aspek
kepuasan kerja adalah :
1) Kerja yang secara mental menantang
Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan
kepada mereka untuk menggunakan keterampilan, kemampuan, serta
menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai usaha keras
mereka mengerjakan tugas tersebut.
2) Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi
yang adil serta sesuai dengan harapan mereka. Dikatakan adil apabila
pemberian upah ini didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar upah karyawan.
3) Kondisi kerja yang mendukung
Berbagi studi menunjukkan bahwa karyawan lebih menyukai
lingkungan kerja yang tidak berbahaya. Oleh karena itu, temperatur,
cahaya, kebisingan dan faktor lingkungan lain harus diperhitungkan
dalam pencapaian kepuasan kerja.
4) Rekan kerja yang mendukung
Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau
prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan,
kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu,
sebaiknya karyawan mempunyai rekan bekerja yang ramah dan
mendukung.
5) Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya, orang yang tipe kepribadiannya sesuai dengan
pekerjaan yang mereka pilih lebih menunjukkan bakat dan
kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaanya

Pengertian Komitmen Organisasi


Komitmen karyawan sebagai salahh satu aspek yang mempengaruhi
perilaku manusia dalam organisasi. Visi, misi dan tujuan organisasi
akan tercapai jika adanya komitmen dari anggota organisasinya.
Kemudian Menurut Allen dan Mayer (2016:55) komitmen organisasi
merupakan sebuah keadaaan psikologi yang mengkarakteristikan
hubungan pegawai dengan organisasi atau implikasinya yang
mempengaruhi apakah pegawai akan tetap bertahan dalam organisasi
atau tidak. Selanjutnya Menurut Duha (2016:298) komitmen organisasi
adalah kesadaran dari pada anggota organisasi berperan aktif dan
melibatkan diri dalam usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi.untuk
Sedangkan menuurut Robbins dan Judge (2015:90) mengemukakan
bahwa komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja


Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah variabel
individu, variable psikologis, maupun variabel organisasi. Variabel
individu meliputi kemampuan dan keterampilan baik fisik maupun
mental. Latar belakang, seperti keluarga, tingkat sosial dan pengalaman,
demografi menyangkut umur, asal usul dan jenis kelamin. Variabel
psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Variabel organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur dan desain pekerjaan.Priansa (2018 : 270)
Menurut Samsuddin (2018. Hal. 79) yakni kinerja pegawai
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1) Kualitas Pekerjaan (Quality of Work) Merupakan tingkat baik atau
buruknya sesuatu pekerjaan yang diterima bagi seorang pegawai yang
dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan kerja, keterampilan dan
kecakapan.
2) Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work) Merupakan seberapa besarnya
beban kerja atau sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
seorang pegawai. Diukur dari kemampuan secara kuantitatif didalam
mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.
3) Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge) Merupakan proses
penempatan seorang pegawai yang sesuai dengan background
pendidikan atau keahlian dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau dari
kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan
tugas yang mereka lakukan.
4) Kerjasama Tim (Teamwork) Melihat bagaimana seorang pegawai
bekerja dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kerjasama tidak hanya sebatas secara Vertical ataupun kerjasama antar
pegawai, tetapi kerjasama secara Horizontal merupakan factor penting
dalam suatu kehidupan organisasi yaitu dimana antar pimpinan
organisasi dengan para pegawainya terjalin suatu hubungan yang
kondusif dan timbal balik yang saling menguntungkan.
5) Kreatifitas (Creativity) Merupakan kemampuan seorang pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaannya dengan cara atau inisiatif sendiri yang
dianggap mampu secara efektif dan efisien serta mampu menciptakan
perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.
6) Inovasi (Inovation) Kemampuan menciptakan perubahan-perubahan
baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi. Hal ini ditinjau dari ideide cemerlang dalam mengatasi permasalahan organisasi.
7) Inisiatif (Initiative) Melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan
untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi kesulitan,
kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa bantuan,
kemampuan untuk mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.

Tujuan Literasi Digital


Menurut Bawden (2001, hlm. 228) Literasi diharapkan bisa mendukung
pencapaian dalam proses pembelajaran secara optimal. Berikut tujuan dari Literasi
digital :
1) Membentuk peserta didik menjadi pembaca, penulis dan komunikator.
2) Dapat meningkatkan kemampuan dan kebiasaan berpikir pada peserta
didik.
3) Meningkatkan dan memperdalam memotivasi dan minat belajar peserta
didik
4) Mengembangkan kemandirian belajar peserta didik agar kreatif, produktif,
inovatif dan berkarakter.
Menurut Aufderheide (dalam Feri Sulianta 2020, hlm. 5) Terdapat 2
pandangan yang sama kuatnya di pandangan pakar atau praktisi pendidikan media
dan para pegiat literasi digital bersangkutan dengan tujuan literasi digital,
diantaranya:
1) Kelompok proteksionis mengatakan bahwa Pendidikan media atau literasi
digital diperuntukan untuk melindungi mesyarakat sebagai konsumen
media dari dampak negatif yang ada
2) Kelompok Preparasionis mengatakan bahwa literasi digital merupakan
upaya untuk memperisapkan masyarakat hidup di dunia yang lebih luas
dan mampu mengkonsumsinya dengan kritis.
Dari kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi digital
adalah dimana masyarakat dapat memproses berbagai informasi dengan kritis,
dapat memahami pesan yang disampaikan, dan dapat berkomunikasi dengan
efektif sebagai pengkonsumsi media.

Indikator Pemberian Kompensasi


Menurut Mangkunegara (2011), beberapa indikator kompensasi, yaitu :

  1. Tingkat bayaran
    Tingkat bayaran bisa diberikan tinggi, rata-rata, atau rendah bergantung pada
    kondisi perusahaan. Artinya, tingkat pembayaran bergantung pada kemampuan
    perusahaan membayar jasa pegawainya
  2. Struktur bayaran
    Struktur pembayaran berhubungan dengan rata-rata bayaran, tingkat
    pembayaran, dan klasifikasi jabatan di perusahaan.
  3. Penentuan bayaran individu
    Penentuan bayaran individu perlu didasarkan pada rata-rata tingkat bayaran,
    tingkat pendidikan, masa kerja, dan prestasi kerja pegawai.
  4. Metode pembayaran
    Ada dua metode pembayaran, yaitu metode pembayaran yang didasarkan pada
    waktu (per jam, per hari, per minggu, per bulan). Kedua metode ini didasarkan
    pada pembagian hasil.
  5. Kontrol pembayaran
    Kontrol pembayaran merupakan pengendalian secara langsung dan tidak
    langsung dari biaya kerja. Pengendalian biaya merupakan faktor utama dalam
    administrasi upah dan gaji. Tugas mengontrol pembayaran adalah
    mengembangkan standar kompensasi dan meningkatkan fungsinya, mengukur
    hasil yang bertentangan dengan standar tetap, serta meluruskan perubahan
    standar pembayaran upah.

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap kinerja


Menurut Robbins dan Judge (2017) menyatakan bahwa budaya perusahaan
merupakan sistem berbagi arti yang dilakukan oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Ada tujuh
karakteristik utama mengenai budaya perusahaan yaitu inovasi dan
pengambilan risiko (inovation and risk taking), memperhatikan detail
(attention to detail), orientasi pada hasil (outcome orientation), orientasi
pada orang (people orientation), orientasi pada tim (team orientation),
keagresifan (aggressiveness), dan stabilitas (stability)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Karyawan


Kinerja dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia
dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja, banyak sekali yang
mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya. Terdapatb
faktor yang berasal dari dalam diri sumber daya manusia sendiri maupun dari luar
dirinya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Prawirosenton
(2008) adalah:

  1. Efektivitas dan tangung jawab
  2. Otoritas dan tangung jawab
  3. Disiplin
  4. Inisiatif
  5. Pengawasan
  6. motivasi

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen Sumber Daya Manusia sekarang ini menjadi pusat perhatian
yang sangat tinggi terhadap keberhasilan suatu organisasi atau instansi. Hal ini
tentunya pembicaraan mengenai sumber daya manusia sendiri menjadi topik yang
menarik dan menjadi tidak ada habisnya. Hal ini terutama karena sumber daya
manusia merupakan asset utama yang paling penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Pengertian manajemen sumber daya manusia (MSDM) menurut
Gomes (2013) adalah MSDM adalah Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan
dan Pengawasan atas pengadaan, Pengembangan serta pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga kerja dengan
maksud untuk membantu pencapaian tujuan organisasi, individu dan masyarakat.
Astrid & Dewi Urip (2019), menjelaskan manajemen sebagai proses dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha yang
dijalankan para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya demi mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Anwar Prabu
(2017) adalah tindakan pihak manajemen dalam melakukan perencanaan atau
planning seperti apa yang akan dijalankan di masa depan, pengorganisasian
(penempatan pekerja dalam suatu tugas atau fungsi), pengkoordinasian (siklus
kerja sama atau koordinasi antar unit kerja), pelaksanaan (eksekusi dari rencana),
dan pengawasan terhadap pengadaan (logistic dan berbagai keperluan kantor),
pengembangan sdm, pemberian balas jasa (gaji dan bonus), pengintegrasian,
pemeliharaan, serta pemisahan tenaga kerja yang diupayakan guna mencapai
sasaran organisasi

Definisi Pengawasan


Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang sangat berkaitan erat dengan
pencapaian tujuan organisasi, sehingga pengawasan dalam organisasi apapun
menjadi mutlak dilakukan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh G.R. Terry,
yang mengatakan bahwa: “Dalam rangka pencapaian tujuan suatu organisasi,
termasuk negara sebagai organisasi kekuasaan terbesar seyogyanya menjalankan
fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), memberi dorongan (actuating), dan pengawasan
(controlling).” (G.R Terry, 1991:15)
Menurutnya, pengawasan sebagai upaya kontrol birokrasi ataupun organisasi
harus dilaksanakan dengan baik, karena: “Apabila tidak dilaksanakan, cepat atau
lambat akan mengakibatkan mati/hancurnya suatu organisasi atau birokrasi itu
sendiri.” (Terry, 1991:137)
Hal tersebut juga didukung oleh Victor Situmorang dalam bukunya Aspek Hukum
Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, yang mengatakan
bahwa: “Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan suatu
organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana dan program
tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang intensif dan
berkesinambungan jelas akan mengakibatkan lambatnya, atau bahkan tidak
tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.” (Situmorang, 1994:8)
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mc. Farland seperti yang dikutip
Handayaningrat sebagai berikut: “Control is the process by which an executive
gets the performance of his subordinate to correspond as closely as posible to
chosen plans, orders, objectives, or policies. (Pengawasan ialah suatu proses
dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau
kebijaksanaan yang telah ditentukan).” (Handayaningrat, 1985:143)
Jadi pengawasan penting untuk dilaksanakan, mengingat pengawasan tersebut
dapat mempengaruhi hidup/matinya suatu organisasi atau birokrasi, dan untuk
melihat apakah pelaksanaan pekerjaan telah sesuai dengan rencana, perintah,
tujuan, dan kebijaksanaan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan itu sendiri didefinisikan oleh Sujamto dalam bukunya Aspek-aspek
Pengawasan di Indonesia sebagai: “Segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui
dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan,
apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.” (Sujamto, 1987:53)
Senada dengan pendapat diatas, M. Manulang dalam karyanya Dasar-dasar
Manajemen, mendefinisikan pengawasan sebagai: “Suatu proses untuk
menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan
mengoreksinya bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula.” (H. Bohari, 1992:4)

Karakteristik dari perilaku Kepemimpinan transformasional


Dalam metode kepemimpinan menurut Karim (2010). Ada
karasteristik prilaku yang perlu diketahui dalam kepemimpinan
transformasional yaitu:
1) Mempunyai tujuan atau visi yang besar dalam mencapai suatu
tujuan didalam institusi atau organisasi
2) Mampu menempatak diri sebagai pemimpin yang membawah
kedalam perubahan yang lebih baik
3) Berani mengambil kekurangan atau resiko yang akan datang
dalam mempertimbangkan suatu ide atau peraturan
4) Mampu menyadarkan bawahanya akan pentingnya hasil
kinerja yang baik untuk membawa pekerjaan yang lebih baik
5) Memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk
mengeluarkan kemampuanya dan percaya kepada bawahnya
akan kemampuan yang dimiliki bawahnya
6) Dapat menerima pengalaman yang baru dan lebih fleksibel
dan terbuka dalam menerima pengalaman baru
7) Mementingkan motivasi yang lebih tinggi dan berkualitas
dari pada motivasi materi
8) Mampu mendorong bawahanya untuk mengutamakan
kepentingan kelompok atau organisasinya dari pada
mempentingkan urusan pribadi

Piutang


Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang
dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk semua hak
atau klaim atas uang, barang, dan jasa. bila kegiatan oprasional perusahan pada
umumnya bergerak di bidang penjualan barang atau jasa secara kredit maka
piutang– piutang yang timbul merupakan unsur paling penting dari aktiva lancar.
Piutang ini timbul karena adanya penjualan kredit. Piutang ada yang
berbentuk wasel. Wasel ini merupakan kesanggupaan membayar dari pembeli
kepada penjual sejumlah uang tertentu di masa mendatang . penjual biasanya lebih
suka melakukan penjualan secara tunai karena uang hasil penjualaan dapat segara
diterima. Tetapi adanya persaingan memaksa perusahaan untuk melakukan
penjualan secara kredit. Dengan demikian , kebijakan penjualan kredit oleh
perusahaan akan meunculkan dua pos perkiraan dalam neraca . bagi penjual,
penjualan kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persedian barang.
Sedangkan bagi pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang
dan menambah persedian.

Pengertian Profesionalisme


Profesionalisme merupakan tanggung jawab untuk
berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang
dibebankan dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang serta
peraturan masyarakat (Arens, et, al. 2009). Sedangkan menurut
Kusuma (2012) seorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga
kriteria yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan serta
menjalankan tugas profesionalnya dengan mematuhi etika profesi
yang telah ditetapkan.
Profesi sebagai pekerjaan atau jabatan sangat erat kaitannya
dengan profesionalisme. Setiap orang yang menjalankan suatu
profesi harus bekerja secara profesional dalam melaksanakan
tugasnya (Bakri dan Mustofa. 2010:33). Menurut Harapah
(2004:23) ciri-ciri professional adalah sebagai berikut :
a. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu pedoman dalam
menjalankan profesinya.
b. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah
laku anggotanya dalam menjalankan profesinya.
c. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh
masyarakat atau pemerintah.
d. Keahlian dibutuhkan masyarakat.
e. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi berdasarkan
kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat.

Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal


Tujuan audit internal adalah membantu semua tingkatan manajemen agar
tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Untuk maksud tersebut
audit internal menyajikan analisis-analisis, penilaian, saran-saran, bimbinganbimbingan dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah
ditelaah, dipelajari dan dinilainya.
Menurut Hiro Tugiman (2006:16) tujuan audit internal adalah untuk
membantu para anggota organisasi agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya
secara efektif, untuk tujuan tersebut pengawasan internal menyediakan bagi
mereka berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, nasehat dan informasisehungan
dengan aktivitas yang diperiksa.
Orientasi pelaksanaan audit sebagian besar tugasnya adalah melakukan
audit kepatuhan (Compliance Audit) dan audit operasional (Management atau
Operational Audit) secara rutin.
Tugas auditor internal adalah appraisal independent (internal auditing) :

  1. Menelaah keandalan dan integritas informasi operasional sehari-hari
  2. Menelaah sistem-sistem yang dipakai perusahaan
  3. Menentukan tingkat kepatuhan entitas
  4. Menelaah sarana untuk melindungi asetperusahaan
  5. Mengukur ekonomi dan efisiensi
    Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor internal
    harus berada diluar fungsi lini suatu organisasi, kedudukannya independen dari
    audite (Suhayati 2006:14)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir


Ada tujuh faktor menurut Siagian (2006) yang dapat mempengaruhi
perkembangan karir seorang karyawan, antara lain :

  1. Prestasi kerja yang memuaskan
    Dasar tolak pengembangan karir seseorang adalah prestasi kerjanya dalam
    melakukan tugas yang diserahkan kepadanya. Tanpa prestasi kerja yang
    memuaskan, sulit bagi seorang pekerja untuk diusulkan oleh atasan agar
    dipertimbangkan untuk dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih
    tinggi dimasa mendatang.
  2. Pengenalan oleh pihak lain
    Yang dimaksud disini adalah berbagai pihak yang mempunyai hak
    memutuskan layak atau tidaknya seseorang dipromosikan seperti atasan
    langsung dan pimpinan departemen kepegawaian yang mengetahui
    kemampuan dan prestasi kerjanya.
  3. Kesetiaan pada organisasi
    Merupakan dedikasi seorang karyawan yang ingin terus bekerja dalam
    organisasi tempatnya bekerja untuk jangka waktu yang tidak sebentar.
  4. Pembimbing dan sponsor
    Pembimbing adalah orang yang memberikan nasehat atau saran masukan
    kepada karyawan dalam upaya mengembangkan karirnya. Sedangkan sponsor
    adalah seseorang di dalam perusahaan yang bisa menciptakan peluang bagi
    karyawan untuk mengembangkan karirnya.
  5. Dukungan para bawahan
    Merupakan dukungan yang diberikan para bawahannya dalam bentuk
    mensukseskan tugas manajer yang berkaitan.
  6. Kesempatan untuk bertumbuh
    Merupakan kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk meningkatkan
    kemampuannya, baik melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga
    melanjutkan jenjang pendidikan.
  7. Berhenti atas kemauan sendiri
    Merupakan keputusan seorang karyawan untuk berhenti bekerja dan berpindah
    ke perusahaan lain yang memberikan kesempatan lebih besar untuk
    mengembangkan karir.

Pasar Modal.


Menurut Suad Husnan ( 1999 ) pasar modal didefinisikan sebagai suatu
pasar untuk berbagai instrumen keuangan ( sekuritas ) jangka panjang yang dapat
diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, publik ( autoritas ) maupun perusahaan swasta. Pasar
modal mempunyai konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan ( financial
market ). Dalam pasar keuangan diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal
sendiri, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiabel
maupun tidak.
Menurut Subagyo ( 1997) pasar modal sama seperti pasar pada umumnya,
yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Pasar modal
memperjualbelikan modal yang berupa hak pemilikan perusahaan dan surat
pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi /
lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal. Sedangkan penjual
modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk
keperluan usahanya.

Faktor-faktor Persepsi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi
seseorang, yaitu (Zainal dan Hadad, 2014 : 327):

  1. Psikologi
    Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu yang terjadi di alam dunia ini
    sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh: terbenamnya matahari
    diwaktu senja yang indah bagi seseorang akan dirasakan sebagai bayangbayang kelabu bagi orang yang buta warna.
  2. Famili
    Pengaruh yang besar terhadap anak-anak adalah familinya, orang tua yang
    telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan
    melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka
    yang diturunkan kepada anak-anaknya. Sebagai contoh: kalau orang
    tuanya Muhammadiyah maka anaknya Muhammadiyah juga.
  3. Kebudayaan
    Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah
    satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap nilai dan cara
    seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini

Pengertian Pinjaman


UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pinjaman atau kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Pinjaman atau kredit sangat beragam jenisnya. Firdaus dan Ariyanti
(2009;10) membagi jenis kredit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain:

  1. Kredit Menurut tujuan kegunaannya
    a. Kredit investasi, merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan
    untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau
    untuk keperluan rehabilitasi.
    b. Kredit modal kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
    meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
    c. Kredit konsumtif, adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak
    ketiga/perorangan (termasuk karyawan sendiri) untuk keperluan konsumsi
    berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara
    lain.
  2. Kredit Menurut Jangka Waktunya.
    a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
    kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun, dan biasanya digunakan untuk
    keperluan modal kerja.
    b. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
    kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, dan biasanya kredit
    ini digunakan untuk melakukan investasi.
    c. Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya
    paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3
    tahun atau 5 tahun.
  3. Kredit Dari Segi Jaminan
    a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu
    jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik, perhiasan dan
    barang fisik lainnya.
    b. Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan
    barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat
    prospek usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur
    selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
  4. Kredit Dari Segi Sektor Usaha
    a. Kredit pertanian.
    b. Kredit pertambangan.
    c. Kredit industri.
    d. Sektor-sektor lainnya

Investasi


Investasi adalah mengorbankan peluang konsumsi saat ini, untuk mendapat
manfaat di masa mendatang (Noor, 2014 : 2). Secara konsep, investasi adalah
kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumber daya (resources) saat ini,
dengan harapan mendapatkan manfaat di kemudian hari (masa datang).

Pengaruh Laba Terhadap Harga Saham Laba

Pengaruh Laba Terhadap Harga Saham Laba menurut Subramanyam(2012:109), menyatakan bahwa “laba merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Serta informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang”. Secara teoritislaba yang tinggi akan memncerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya serta dapat menjanjikan pembagian dividen yang cukup besar, sehingga menarik investor untuk menanamkan modalnya yang akan berpengaruh pada harga saham karena ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan tersebut yang akan menigkatkan harga saham.

Indikator Lingkungan Kerja


Adapun indikator lingkungan kerja menurut (Sedarmayanti: 2001:46)
adalah sebagai berikut:

  1. Penerangan/cahaya ditempat kerja
  2. Temperatur/suhu udara ditempat kerja
  3. Kelembapan udara ditempat kerja
  4. Sirkulasi udara ditempat kerja
  5. Getaran mekanis ditempat kerja
  6. Bau tidak sedap ditempat kerja
  7. Tata warna ditempat kerja
  8. Dekorasi ditempat kerja
  9. Musik ditempat kerja
  10. Keamanan ditempat kerja
  11. Hubungan Karyawan

Pengertian Kepatuhan

didefinisikan sebagai perubahan sikap dan
tingkah laku untuk mengikuti permintaan maupun perintah orang
lain (Kusumadewi, 2012). Menurut Arikunto (2010), kepatuhan
petugas professional adalah perilaku seseorang yang professional
terhadap suatu anjuran, prosedur, atau peraturan yang harus
dilakukan atau ditaati.
Perilaku kepatuhan bersifat sementara kerena perilaku
tersebut akan bertahan apabila ada pengawasan. Jika pengawasan
hilang maupun mengendur maka akan timbul perilaku
ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal apabila
perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif yang
akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan. (Susanti,
2015)

Indikator kepatuhan


Menurut Umami (2010), kepatuhan kepada otoritas atau peraturan terjadi
jika perintah dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai kelompok. Adapun
indikator kepatuhan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati yaitu:

  1. Konformitas (conformity). Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial
    dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan
    norma sosial yang ada.
  2. Penerimaan (compliance). Penerimaan adalah kecenderungan orang mau
    dipengaruhi oleh komunikasi persuasif dari orang yang berpengetahuan luas atau
    orang yang disukai. Dan juga merupakan tindakan yang dilakukan dengan
    senang hati karena percaya terhadap tekanan atau norma sosial dalam kelompok
    atau masyarakat.
  3. Ketaatan (obedience). Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku menyerahkan
    diri sepenuhnya pada pihak yang memiliki wewenang, bukan terletak pada
    kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi lebih pada bentuk hubungan
    mereka dengan pihak yang berwenang

Indikator Motivasi


Indikasi yang menunjukkan bahwa motivasi itu dapat memacu kinerja para
karyawan dapat ditunjukkan dari pendapat para ahli. Afandi (2018:29)
menyebutkan beberapa indikator dari motivasi yaitu sebagai berikut :

  1. Balas jasa
    Segala sesuatu yang berbentuk barang, jasa, dan uang yang
    merupakan kompensasi yang diterima karyawan karena jasanya yang
    dilibatkan padaperusahaan.
  2. Kondisi kerja
    Kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang
    menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja disalam
    lingkungan tersebut.Kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan
    mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnyadenganbaik.
  3. Fasilitas kerja
    Segala sesuatu yang terdapat dalam perusahaan yang ditempati dan
    dinikmati oleh karyawan, baik dalam hubungan langsung dengan
    pekerjaan maupun untuk kelancaranpekerjaan.
  4. Prestasi kerja
    Hasil yang dicapai atau yang diinginkan oleh semua orang dalam
    bekerja. Untuk tiap-tiap orang tidaklah sama ukuranya karena manusia itu
    satu sama lainberbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan karir


Pendapat dari Winkel dan Hastuti (Masturina,2018), faktor-faktor
yang mempengaruhi perencanaan karir meliputi:
a) Faktor internal
Berikut merupakan faktor internal yang dapat berpengaruh pada
perencanaan karir, yaitu:

  1. Minat bakat
    Kemampuan yang dikuasai pada suatu bidang tertentu.
    Kemampuan yang dikuasai dapat menunjang dalam meraih
    bermacam-macam bidang dalam dunia kerja dan dapat memasuki
    tingkat perguruan tinggi di bidang tertentu.
    Jika individu yakin pada kemampuan yang telah dikuasai dan
    menonjol, maka ia akan sangat percaya diri untuk lebih
    mengaktualisasikan diri. Memiliki kecenderungan yang dapat
    menetap terhadap ketertarikan untuk suatu bidang tertentu dan
    memiliki perasaan senang dalam berbaur disegala kegiatan yang
    berhubungan dengan bidang tertentu.
  2. Prestasi
    Prestasi merupakan hasil dari belajar yang telah didapatkan
    dengan usaha- usaha dan kemampuan dalam proses kegiatan
    belajar.
  3. Keyakinan/nilai dalam hidup
    Keyakinan-keyakinan yang menjadi target pencapaian,
    menjadi arahan dalam hidup dan berpengaruh pada gaya hidup.
    Pada proses menuju nilai kehidupan, harapannya seseorang lebih
    mengetahui dan memahami diri sendiri secara mendalam. Hal ini
    juga yang mempengaruhi gaya dalam hidup untuk dikembangkan
    sekaligus dalam meraih karir impian.
  4. Keadaan jasmani pada diri
    Kondisi fisik dari tubuh seseorang, dimana hal ini juga dapat
    menjadi salah satu persyaratan pada sebagian pekerjaan yang
    membutuhkan.
    b) Faktor eksternal
    Berikut merupakan faktor eksternal yang dapat berpengaru pada
    perencanaan karir, yaitu:
  5. Kehidupan masyarakat
    Lingkungan luar menjadi salah satu pengaruh dalam banyak
    hal terutama mengenai pandangan terhadap pekerjaan, macam-
    macam jenis pekerjaan, kontribusi gender pada lingkungan
    masyarakat, dan sesuai atau tidaknya sebuah pekerjaan bagi lakilaki serta perempuan.
  6. Keadaan ekonomi
    Menyakut finansial yang dimiliki oleh individu, hal ini juga
    berpengaruh karena menjadi salah satu pendukung dalam hal
    pembiayaan selama proses meraih karir impian.
  7. Pengaruh dari keluarga, teman dan pendidikan
    Keluarga sebagai tempat pertama dalam mempersiapkan diri
    sebelum terjun ke lingkungan luar dan mendukung kehidupan yang
    dijalani serta pencapaian karir. Pada masa mengenyam pendidikan,
    lembaga pendidikan memiliki peran mendidik dan mempersiapkan
    generasi berkualitas bagi bangsa, kemudian lembaga pendidikan
    juga berperan dalam persiapan karir. Teman sebaya juga
    berpengaruh dalam kehidupan sosial, selain itu berpengaruh juga
    dalam pencapaian karir. Pada sepanjang kehidupan, selain keluarga
    di rumah pada lingkungan luar bahkan di lingkungan kerja
    seseorang tentu selalu bertemu dengan orang- orang yang akan
    menjadi teman.

Tahap-Tahap Pengembangan Karir


Secara garis besar menurut Samsudin dalam Pio (2017) ada tiga tahap
perkembangan karir seseorang ketika berada dalam organisasi kerja formal, yaitu:

  1. Karir awal, organisasi dapat membantu karyawan baru agar terlibat dalam
    eksplorasi karir dan menyusun karir mereka selama tahap awal dengan
    melakukan orientasi dan praktik mentoring yang memberikan tantangan kerja
    dan tanggung jawab secara efektif dan menawarkan umpan balik kinerja yang
    konstruktif. Selain itu, perusahaan sebaiknya mendorong para karyawan agar
    berpartisipasi dalam pelatihan penilaian mandiri dan membantu mereka
    dalam menentukan jalur karir yang realistik dan fleksibel serta
    memformulasikan rencana karir.
  2. Karir pertengahan, pada tahap ini banyak individu yang mengalami transisi
    atau perubahan pertengahan karir, dan yang akhirnya menjadi krisis
    pertengahan karir pada sebagai orang. Dalam tahap ini, individu mengkaji
    ulang pencapaiannya sampai pada saat ada kemungkinan untuk mencapai
    karir pribadi dan tujuan hidup di masa yang akan datang.
  3. Karir akhir, pada akhirnya individu mulai melepaskan diri dari belitan
    tugasnya dan bersiap-siap untuk pensiun. Pemberian pelatihan kepada
    penerus, pengurangan beban kerja, atau pendelegasian tugas-tugas utama
    periode karir akhir (late carreer) adalah agar tetap produktif dan menyiapkan
    diri untuk pensiun. Selama karir akhir, sebagian besar karyawan harus
    mengatasi keusangan setelah pertengahan karir atau masa stabil serta bias
    usia negatif di pekerjaan.Untuk menyesuaikan diri dengan karir akhir yang
    berhasil, individu sebaiknya menjaga sikap positif, berpikir ke depan, dan
    menerima dukungan sosial dari kerabat kerja, dari suami atau istrinya.
    Karyawan yang berada di penghujung karir sebaiknya terlibat dalam
    perencanaan finansial jangka panjang, mencari waktu bersenang-senang
    dengan pasangan hidupnya, dan merencanakan pensiunnya dengan baik.
    Dessler (2000) mengemukakan adanya tahap-tahap pengembangan karir
    yang dilalui individu dalam kehidupan kerjanya, yaitu:
  4. Tahap penjelajahan, tahap ini terjadi pada periode usia 15 – 24 tahun. Individu
    secara serius menjelajahi berbagai alternatif kedudukan, berusaha untuk
    mencocokkan alternatifalternatif ini dengan minat dan kemampuannya, serta
    mencoba memulai suatu pekerjaan.
  5. Tahap penetapan, tahap ini terbagi menjadi:
    a. Subtahap percobaan Tahap ini berlangsung pada usia 25 – 30 tahun.
    Individu menetapkan bidang pilihan yang cocok, dan jika tidak cocok
    berusaha mengubahnya.
    b. Subtahap pemantapan Tahap ini berlangsung pada usia 30 – 40. Selama
    periode ini, tujuan kedudukan perusahaan ditetapkan dan perencanaan
    karir yang lebih eksklusif dijalankan untuk menetapkan urutan bagi
    pemenuhan tujuantujuan tersebut.
    c. Subtahap krisis pertengahan karir Tahap ini berlangsung pada usia 40-an.
    Selama periode ini orang sering membuat penilaian baru yang besar atas
    kemajuan mereka sehubungan dengan ambisi dan tujuan awal karir
    mereka.
  6. Tahap pemeliharaan, tahap ini terjadi pada periode usia 40-65 tahun. Pada
    periode ini, individu memelihara tujuannya dalam dunia kerja.
  7. Tahap kemerosotan, tahap ini disebut juga usia pensiun dimana individu
    menghadapi prospek harus menerima berkurangnya level kekuasaan dan
    tanggung jawab.

Tujuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat penting karena
merupakan faktor yang sangat menentukan keberlangsungan perusahaan. Untuk
itu, berbagai hal-hal yang tidak diinginkan dan sering terjadi pada suatu pekerjaan
perlu adanya antisipasi, supaya dalam melaksanakan suatu pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar dan tidak terjadi sesuatu yang dapat merugikan semua
pihak yang berhubungan dengan pekerjaan . Adapun tujuan manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja, menurut Dr. Luis Marnisah, M.M. (2019: 41) adalah
sebagai berikut :
A. Terciptanya pekerjaan dengan lancar.
B. Terciptanya tempat kerja nyaman.
C. Terciptanya pekerjaan efisien dan produktif.
D. Terciptanya kondisi dan lokasi yang terintegrasi dalam mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
E. Dapat meningkatkan kondisi kesehatan kerja.
F. Dapat mengurangi serta mencegah kerugian ekonomi.
Mangkunegara (2017: 162) menyatakan bahwa tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
A. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
B. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
seefektif mungkin.
C. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
D. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
E. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
F. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
G. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Produktivitas Kerja


Dalam suatu organisasi sumber daya manusia memegang peran yang sangat
penting dalam hal pencapaian tujuan suatu organisasi atau perusahaan. Seperti yang
dikutip dari tulisan Larasati (2018: 10) yang menyatakan bahwa tujuan umun dari
manajemen sumber daya manusia adalah mengoptimalkan produktivitas semua
pekerja dalam sebuah organsisasi. Produktivitas disini sebagai hasil produksi
(output) sebuah perusahaan (barang dan jasa) terhadap masuknya (manusia, modal,
bahan-bahan dan energi).
Produktivitas kerja menurut Sedarmayanti (2018: 241) produktivitas kerja
adalah perbandingan antara banyaknya hasil (output) yang diperoleh oleh seorang
atau sekelompok karyawan dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu
produktivitas kerja merupakan sikap mental karyawan yang selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas kerja dengan segala usaha demi meningkatkan efektivitas
dan efisiensi dalam menghasilkan output yang berkualitas.
Hal serupa juga di jelaskan oleh sutrisno (2020: 102) bahwa produktivitas
kerja ialah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk dari seorang tenaga kerja. Seperti yang dikemukakan oleh Putu & Suana
(2018). Suatu perusahaan dikatakan produktif jika sumber daya manusia dalam
suatu organisasi atau perusahaan memiliki produktivitas yang tinggi, mampu
mencapai tujuan atau target yang telah ditentukan, dan dapat bertanggung jawab
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Indikator Kompetensi


Menurut Hart (Dalam Dr. Muhammad Busro,2018:29) mengemukakan
bahwa kompetensi kerja para pegawai merupakan kemampuan kerja pegawai
yang dapat dilihat dari :

  1. Orientasi pencapaian prestasi;
  2. Pemikiran analitis;
  3. Kemampuan dalam berhadapan dengan kondisi serba tidak pasti;
  4. Pengambilan keputusan;
  5. Kepemimpinan;
  6. Kerja jejaring;
  7. Komunikasi lisan
  8. Dorongan pribadi dan inisuatif;
  9. Kemampuan untuk membujuk;
  10. Perencanaan dan pengorganisasian;
  11. Kepedulian terhadap hal-hal yang bersifat politik;
  12. Kesadaran terhadap diri sendiri dan pengembangan diri;
  13. Kerja kelompok;
  14. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki; dan
  15. Komunikasi tertulis.

Kinerja


Menurut Ricardianto (2014) kinerja atau performance merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan visi dan misi yang dituangkan dalam
perencanaan strategi suatu perusahaan. Menurut Edison (2017) kinerja merupakan
hasil yang diberikan dari suatu proses yang diukur dalam periode jangka waktu
tertentu berdasarkan dengan ketentuan dan kesepakatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut Oxford Dictionary, kinerja (performance) merupakan suatu
tindakan proses atau cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi. Sedangkan
menurut Moeheriono (2010) kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan ataupun kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan juga misi organisasi yang dituangkan
melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
Menurut beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa kinerja
merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan yang sesuai
dengan gambaran atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi, dan misi yang
telah ditetapkan sebelumnya.
a. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Priansa (2018) kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah:

  1. faktor Kemampuan (ability)
    faktor kemampuan ini terdiri dari kemampuan potensi atau yang disebut
    dengan IQ (Intelligent Quotient) dan kemampuan reality (Knowledge + Skill).
    Yang artinya bahwa seorang karyawan dengan IQ tinggi dan pendidikan yang
    memadai untuk jabatannya dan juga terampil dalam melakukan pekerjaan seharihari, maka ia akan lebih mudah dalam mencapai kinerja yang seusai dan
    diharapkan.
  2. faktor Motivasi (motivation)
    Motivasi ini dapat terbentuk dari attitude seorang pegawai dalam menghadapi
    situasi (situation) kerja. Sikap mental itu sendiri merupakan kondisi mental yang
    dapat mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi dengan
    maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus memiliki sikap mental yang siap
    secara psikosifisik yang artinya siap mental, fisik, tujuan dan juga situasi.
    b. Jenis Kinerja
    Menurut Moeheriono (2010) terdapat tiga jenis kinerja dalam suatu organisasi,
    yang meliputi sebagai berikut:
  3. Kinerja operasional (operation performance)
    Berkaitan dengan efektivitas penggunaan sumber daya di dalam perusahaan
    seperti modal, bahan baku, teknologi dan juga lain-lain.
  4. Kinerja administrasi (administrative performance)
    Hal ini adalah yang berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi. Termsuk
    struktur administrative yang mengatur hubungan otoritas wewenang dan juga
    tanggung jawab dari orang yang menduduki jabatan.
  5. Kinerja stratejik (strategic performance)
    Berkaitan dengan kinerja perusahaan dievaluasi ketepatan perusahaan dalam
    memilih lingkungannya dan kemampuan adaptasi perusahaan khususnya secara
    strategi perusahaan dalam menjalankan visi dan misi persahaannya.
    c. Dimensi yang Menunjang Kinerja
    Menurut Edison dkk (2017) taat asas kerja merupakan bagian yang penting
    dari kinerja, maka dimensi kinerja dapat dideskripsikan seperti berikut:
  6. Target: target merupakan indikator pemenuhan jumlah barang, pekerjaan,
    atau jumlah uang yang didapat.
  7. Kualitas: kualitas hasil yang dicapai, kualitas menjadi elemen penting
    karena kualitas merupakan kekuatan yang harus dimiliki oleh perusahaan
    untuk terus mempertahankan kepuasan terhadap pelanggannya.
  8. Waktu penyelesaian: penyelesaian pekerjaan yang tepat waktu
    merupakan modal untuk dapat dipercaya oleh pelanggan. Pengertian
    pelanggan disini bisa berlaku untuk layanan pada bagian lain dilingkup
    internal perusahaan/ organisasi.
  9. Taat asas: selain harus memenuhi target, kualitas dan tepat waktu tetapi
    juga perlu dilakukan dengan cara yang benar, terang-terangan dan dapat
    dipertanggungjawabkan.
    d. Dampak Kinerja
    Kinreja karyawan akan memberikan dampak terhadap keberhasilan suatu
    organisasi maupun perusahaan, semakin baik kinerja yang diberikan oleh setiap
    karyawan maka hal tersebut tentu akan sangat membantu perkembangan suatu
    organisasi atau perusahaan.
    Menurut Hamali (2016) kinerja adalah hasil dari pekerjaan yang mempunyai
    hubungan kuat dengan teujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan juga
    memberikan kontribusi pada ekonomi. Sumber daya manusia ini sangatlah
    penting terhadap peningkatan kinerja perusahaan, dan setiap keputusan-keputusan
    dari sumber daya manusia harus bisa meningkatkan efisiensi bahkan mampu
    memberikan hasil yang meningkat terhadap organisasi serta berdampak pada
    peningkatan kepuasan.
    Agar kinerja memberikan dampak yang baik bagi suatu organisasi ataupun
    perusahaan, maka organisasi atau perusahaan harus melakukan beberapa hal
    seperti adanya pemberian motivasi dari seorang pemimpin perusahan terhadap
    karyawannya secara rutin, dapat menciptakan komunikasi yang baik antara atasan
    dengan bawahan, meningkatkan kualitas kehidupan kerja, pemberian bonus
    disesuaikan dengan pekerjaan yang telah diberikan, dll.

Kepemimpinan


Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kekuatan dinamis paling memotivasi
dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Tanpa inspirasi
pemimpin, organisasi atau sebuah perusahaan maupun departemen mungkin tidak akan
fokus pada tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan keamanan kerja, Dubrin
(2005:4). Menurut Davis dalam Thoba (2010:33) terdapat sifat umum yang
mempengaruhi kepemimpinan, yaitu: kecerdasan, kedewasaan, hubungan sosial, dan
motivasi diri.
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) mendefinisikan bahwa
kepemimpinan sebagai suatu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang
lain dalam mncapai tujuan tertentu yang diinginkan dalam kelompok atau organisasi.
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998:17), mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu hubungan yang ada didalam diri seseorang atau pemimpin dan
mempengaruhi orang lain agar mau berkerja sama dengan sadar dalam hubungan tugas
agar tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan berkaitan dengan inovasi dalam bagaimana mewujudkan ide,
prosedur baru, dan dalam inovasi sendiri berkaitan erat dengan proses penciptaan
pengetahuan. Proses inilah yang dijadikan bekal oleh seorang pemimpin dalam arah
untuk melakukan sebuah inovasi . Seorang pemimpin harus mempunyai sebuah
terobosan-terobosan (inovasi), sedangkan inovasi berkaitan dengan kreativitas,
pemunculan ide atau gagasan yang digunakan atau diwujudkan pada inovasi dalam
kepemimpinan

Dimensi Perilaku Kerja Inovatif


Menurut (J. De Jong & Den Hartog, 2010), terdapat empat dimensi perilaku
kerja inovatif antara lain:

  1. Idea exploration: karyawan perusahaan mampu untuk menemukan
    kesempatan atau suatu permasalahan.
  2. Idea generation: karyawan perusahaan mampu untuk mengembangkan
    ide-ide inovasi dengan cara menciptakan serta menyarankan ide-ide untuk
    proses yang baru.
  3. Idea championing: karyawan perusahaan diharapkan dapat terdorong
    untuk lebih giat mencari dukungan di dalam mewujudkan ide-ide inovasi
    baru yang telah dihasilkan.
  4. Idea implementation: karyawan perusahaan mempunyai keberanian untuk
    dapat menerapkan ide-ide yang baru tersebut ke dalam proses kerja yang
    telah biasa dilakukan

Definisi Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia merupakan tata cara pengelolaan
manusia dalam organisasi agar dapat berperan secara efektif dan efisien.
Manajemen terdiri dari enam (6M) unsur yaitu: Men, Money, Method, Material,
Machine, dan Market. Unsur manusia (Men) berkembang menjadi suatu bidang
ilmu manajemen yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia.
Berikut adalah pendapat para ahli tentang pengertian pengembangan
sumber daya manusia: Hasibuan (2014) menyebutkan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Serta pandangan Rivai dan Sagala (2013) menyatakan bahwa
manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu dari bidang manajemen
umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian, sumber daya manusai dalam sebuah organisasi.
Menurut Bintoro dan Daryanto (2017) menyatakan bahwa manajemen
sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana
mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh
individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga
tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
Menurut Herman Sofyandi (2013) menyatakan bahwa manajemen SDM
didefinisikan sebagai suatu strategi dalam menerapkan fungsi – fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, leading dan controlling, didalam setiap aktivitas/fungsi
operasional SDM mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan dan
pengembangan, penempatan yang meliputi promosi, demosi dan transfer, penilaian
kinerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan
kerja, yang ditunjukkan bagi peningkatan kontribusi produktif dari
SDM organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif dan
efisien.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah suatu ilmu dalam mengatur dan merencanakan serta
memproses hubungan dan peranan seorang individu atau karyawan dalam
melaksanakan tanggung jawab terhadap perusahaan dengan efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.

Indikator Kinerja Operasional


Indikator kinerja operasional dalam penelitian ini disesuaikan dari MA
Mukti (2013), yang dapat diukur melalui:

  1. Tingkat produktivitas
    Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai
    perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input).
    Produktivitas dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu
    industri dalam menghasilkan barang atau jasa.
  2. Tingkat kesalahan produk
    Kesalahan produk atau produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi
    standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya
    pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara
    ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.
  3. Biaya kualitas
    Biaya kualitas adalah biaya yang timbul dalam penanganan masalah
    kualitas (mutu), baik dalam rangka meningkatkan Kualitas maupun biaya
    yang timbul akibat kualitas yang buruk.
  4. Ketepatan waktu produk sampai kepada konsumen
    Merupakan kemampuan perusahaan dalam pengiriman suatu barang
    sampai ke tangan konsumen.