Barang Industri


Barang ini diklasifikasikan atas dasar bagaimana mereka memasuki
proses produksi dan dari segi biaya relatif yaitu:
1) Bahan baku dan suku cadang yang seluruhnya masuk dalam barang
jadi,
2) Barang modal yaitu barang yang memberi kemudahan dalam
mengelola dan mengembangkan produk jadi,
3) Perlengkapan dan jasa yaitu barang yang tidak tahan lama dan jasa
memberikan kemudahan dalam mengembangkan dan mengelola
keseluruhan produk jadi.
Barang yang disediakan oleh pasar bunder termasuk convenience
goods dimana barang yang disediakan yaitu sayuran, buah, makanan,
minuman, buah, dan keperluan rumah tangga lainnya

Kinerja Karyawan


Kinerja adalah perilaku yang nyata, yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya
dalam organisasi (Donni Juni Priansa (2018:29).
Menurut Windy dalam Mangkunegara (2017:66) Kinerja merupakan
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Pradipto (2015:18)
Kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi
kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan.
Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Qodarini (2015:14)
Kinerja karyawan yaitu tingkat pencapaian dan kemampuan karyawan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan perusahaan

Faktor-Faktor Motivasi


Menurut Siswanto (2011:149) motivasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1) Tantangan
Adanya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus kuat bagi manusia untuk
mengatasinya. Tidak mampu memberikan motivasi, bahkan cenderung
menjadi kegiatan rutin.
2) Tanggung Jawab
Rasa ikut serta memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa
bertanggung jawab. Setiap karyawan dalam tahapan aktivitas organisasi
sebagai mata rantai dalam menentukan keberhasilan organisasi mencapai
tujuannya.
3) Keterlibatan dalam mengambil keputusan
Rasa ikut dalam suatu proses pengambilan keputusan atau dengan kata lain
bentuk kotak saran dari karyawan, yang dijadikan masukkan untuk manajemen
perusahaan merupakan stimulasi yang cukup kuat untuk karyawan.
4) Kesempatan dipromosikan
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari tingkat
bawah sampai tingkat manajemen puncak.

Cara Mendapatkan Pengalaman Kerja


Menurut Syukur (dikutip di Ibrahim, 2020: 23) menyatakan bahwa cara
yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh pengalaman kerja adalah sebagai
berikut:
a. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan seseorang, maka orang tersebut dapat
memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak dari sebelumnya.
b. Pelaksanaan Tugas
Melalui pelaksanaan tugas sesuasi dengan kemampuannya, maka
seseorang akan semakin banyak memperoleh pengalaman kerja.
c. Media Informasi
Pemanfaatan berbagai media informasi akan mendukung seseorang
untuk memperoleh pengalaman kerja lebih banyak.
d. Penataran
Melalui kegiatan penataran, maka seseorang akan memperoleh banyak
pengalaman dari orang yang menyampaikan bahan penataran tersebut.
e. Pergaulan
Melalui pergaulan sehari-hari, orang semakin banyak memperoleh
pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai kemampuannya

Pengertian Lingkungan Kerja


Pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman
dan memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Jika karyawan
menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut
akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak
memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan.
Menurut Sedarmayanti (2011, p.2) lingkungan kerja maksudnya adalah
keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitranya
dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
Menurut Danang (2012, p.43), menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah
sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Jika baik tidaknya
suatu lingkungan kerja para pegawai secara definisi dapat dikatakan
memiliki pengaruh terhadap para pegawai yang berada di suatu lingkungan
kerja.
Nitisemito dalam Sugiyarti (2012) yakni lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjelankan tugas-tugas yang diembannya.
Menurut Mangkunegara dalam Dhermawan (2012) lingkungan kerja
meliputi uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja
yang menantang, pola komunikasi, hubungan kerja yang harmonis, iklim
kerja yang dinamis, peluang karir, dan fasilitas kerja yang memadai.

Indikator Penggunaan Teknologi Informasi


Menurut Sabihaini (2016:5) indikator teknologi informasi adalah sebagai berikut:

  1. Faktor sosial (Social Factors), merupakan salah satu faktor yang
    beranggapan bahwa ada orang lain yang mendukung dirinya untuk
    menggunakan teknologi informasi.
  2. Perasaan (Affect), sebuah faktor yang berhubungan dengan perasaan
    yang dirasakan oleh individu atas pekerjaan yang dijalankan, apakah
    dalam menjalankannya merasa senang, tidak puas, suka cita, nyaman
    jika didukung dengan teknologi informasi.
  3. Kesesuaian tugas (Job Fit), faktor yang menunjukkan sebuah hubungan
    antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kebutuhan tugas yang
    diemban. Faktor ini berguna untuk mengukur apakah individu percaya
    bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja
    individu apabila peralatan teknologi informasi sesuai dengan yang
    dibutuhkan dengan tugasnya
  4. Konsekuensi jangka panjang, hasil yang diperoleh untuk manfaat di
    masa mendatang. Dapat diukur melalui output yang dihasilkan apakah
    mempunyai manfaat jangka panjang
  5. Kondisi yang memfasilitasi, faktor objektifitas yang ada di lingkungan
    kerja yang memudahkan dan membantu pemakai dalam melakukan
    pekerjaan

Indikator Motivasi Kerja


Menurut teori Herzberg dalam Hasibuan (2019:158), terdapat faktor yang
berperan sebagai satisfiers atau motivators yang dapat dijadikan sebagai
indikator motivasi kerja yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Prestasi(Achievement)
    Kebutuhan akan prestasi akan mendorong seseorang untuk
    mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta
    energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.
  2. Pengakuan(Recognition)
    Pengakuan artinya karyawan memperoleh pengakuan dari pihak
    perusahaan bahwa ia adalah orang yang berprestasi dan diberi
    penghargaan. Pengakuan dapat diperoleh melalui kemampuan dan
    prestasi sehingga terjadi peningkatan status individu.
  3. Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
    Untuk mencapai hasil karya yang baik, diperlukan orang-orang yang
    memiliki kemampuan yang tepat. Ini berarti bahwa diperlukan suatu
    program seleksi yang sehat dalam merekrut karyawan sesuai pada
    kemampuannya.
  4. Tanggung jawab (Responsibility)
    Tanggung jawab adalah keterlibatan individu dalam usaha-usaha di
    setiap pekerjaan, seperti kesanggupan dan penguasaan diri sendiri
    dalam menyelesaikan pekerjaannya.
  5. Kemajuan(Advancement)
    Untuk meningkatkan hasil kinerja karyawan maka pemimpin perlu
    memberikan pelatihan kepada karyawan agar karyawan terus
    berinisiatif untuk mengembangkan wawasannya dalam bekerja dan
    bertanggung jawab atas pekerjaannya.
  6. Pengembangan potensi individu (The possibility of growth)
    Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
    teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan
    kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Indikator-Indikator Disiplin Kerja


Menurut Hartatik (2018) Indikator-indikator disiplin kerja adalah sebagai
berikut :

  1. Sasaran dan kompetensi yang ingin dicapai harus jelas, terdefinisi
    secara ideal dan memerlukan kapasitas pegawai yang memadai. Artinya
    tujuan (pekerjaan) yang diberikan kepada seorang pegawai harus sesuai
    dengan kemampuan pegawai tersebut agar karyawan dapat bekerja
    dengan sungguh-sungguh dan disiplin.
  2. Keteladanan pemimpin dijadikan teladan dan teladan oleh bawahan.
    Pemimpin harus memberikan contoh yang baik, disiplin, jujur, adil dan
    mencocokkan perkataan dengan tindakan. Dengan keteladanan
    pemimpin yang baik maka kedisiplinan bawahan juga akan baik. Jika
    pemimpin tidak memberikan contoh yang baik (kurang disiplin), maka
    bawahan juga akan kurang disiplin.
  3. Membayar gaji akan mendatangkan kepuasan dan kecintaan karyawan
    terhadap perusahaan/pekerjaannya. Semakin tinggi gaji maka semakin
    baik kedisiplinan pegawai tersebut. Sulit bagi karyawan untuk memiliki
    disiplin yang baik sampai kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan baik.
  4. Keadilan sebagai dasar kebijakan remunerasi (pengakuan) atau
    hukuman akan merangsang terciptanya disiplin yang baik di kalangan
    pegawai. Manajer yang kompeten. Saat memimpin, usahakan selalu
    memperlakukan semua bawahan dengan adil. Keadilan yang baik juga
    akan menciptakan disiplin yang baik. Oleh karena itu keadilan perlu
    dilakukan dengan baik di setiap perusahaan agar kedisiplinan karyawan
    di perusahaan juga baik.
  5. Hukuman Berat/ringannya hukuman yang diterapkan juga
    mempengaruhi benar/salahnya mendisiplinkan pegawai. Sanksi harus
    ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang masuk akal, wajar dan
    dikomunikasikan secara jelas kepada seluruh karyawan. Sanksi harus
    cukup masuk akal untuk setiap tingkat ketidakdisiplinan, bersifat
    mendidik dan menjadi alat motivasi untuk menjaga kedisiplinan dalam
    perusahaan

Aspek lingkungan kerja


Menurut Simanjutak (2003:39) lingkungan kerja dapat dibagi menjadi
beberapa bagian atau bisa disebut juga aspek pembentuk lingkungan
kerja, bagian-bagian itu bisa diuraikan sebagai berikut :

  1. Pelayanan kerja
    Pelayanan karyawan merupakan aspek terpenting yang harus
    dilakukan oleh setiap perusahaan terhadap karyawan. pelayanan yang
    baik dari perusahaan akan membuat karyawan lebih bergairah dalam
    bekerja, mempunyai rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan
    pekerjaannya, serta dapat terus menjaga nama baik perusahaan melalui
    produktivitas kerjanya dan tingkah lakunya. Pada umumnya pelayanan
    karyawan meliputi beberapa hal :
    a. Pelayanan makan dan minum
    b. Pelayanan kesehatan
    c. Pelayanan kamar kecil atau kamar mandi ditempat kerja
  2. Kondisi kerja
    Kondisi kerja karyawan sebaiknya diusahakan oleh manajemen
    perusahaan sebaik mungkin agar timbul rasa aman dalam bekerja
    untuk karyawannya, kondisi kerja ini meliputi penerangan yang
    cukup, suhu udara yang tepat, pengaruh warna dan keamanan kerja
    karyawan
  3. Hubungan karyawan
    Hubungan karyawan akan sangat menentukan dalam menghasilkan
    produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan
    antara motivasi serta semangat dan kegairahan kerja dengan hubungan
    yang kondusif antar sesama karyawan dalam bekerja, ketidak serasian
    hubungan antara karyawan dapat menurunkan motivasi dan
    kegairahan yang akibatnya akan dapat menurunkan produktivitas kerja

Kepuasan Kerja


Secara umum kepuasan kerja adalah hasil kerja yang membawa karyawan
merasa puas terhadapnya. Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah keadaan emosional yang melibatkan aspek psikologis yang
mencerminkan perasaan atau sikap seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya
yang dimana mereka akan merasa puas atau tidak puas dengan adanya kesesuaian
antara kemampuan, keterampilan, dan harapan dengan pekerjaan yang mereka
hadapi (Wasiatul Amin, 2020). Kepuasan karyawan merupakan faktor mutlak bagi
perusahaan untuk mencapai produktivitas dan tujuan perusahaan, karena karyawan
yang memiliki tingkat kepuasan paling tinggi yang dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan dibandingkan dengan karyawan yang memiliki tingkat
kepuasan yang lebih rendah (Duta Sisna, 2018).
Menurut (Sutrisno, 2011), kepuasan kerja karyawan merupakan masalah
penting yang diperhatikan dalam hubungannya dengan produktivitas kerja
karyawan dan ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan dan keluhan
pekerjaan yang tinggi. Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan harus
diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan kedisiplinan
karyawan meningkat (Kusumaningtyas, 2019).
Menurut teori analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan perlu
memperhatikan kadar kepuasan kerja para pegawainya. Melalui hal demikian,
kinerja karyawan dapat terdongkrak, alhasil perusahaan kian produktif dan
sejahtera dari waktu ke waktu

Dampak Beban Kerja


Dampak dari beban kerja akan berdampak tidak baik bagi
karyawan. beban kerja yang tinggi akan membuat karyawan merasakan
kesusahan dan merasa tidak nyaman di temapt kerja itu sendri . jadi
sebaiknya beban kerja harus sesuai dengan kapasitas yang di miliki oleh
karyawan tersebut (Suci R. Mar’ih Koesomowidjojo, 2017) .
Dalam bidang pekerjaan keperawatan beban kerja yang tidak
sesuai dengan kemampuan perawat akan menimbulkan kesalahan dalam
mengerjakan pekerjaan hal itu akan mempengaruhi pelayanan perawat
ke pada pasien . (McPhee, 2017)

Jenis-Jenis Penghargaan


Mulyadi dan Setyawan (2018: 360) menyatakan bahwa penghargaan dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:

  1. Penghargaan intrinsik
    Penghargaan intrinsik berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah
    berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran
    tertentu. Untuk meningkatkan penghargaan intrinsik, manajemen dapat
    menggunakan berbagai teknik seperti penambahan tanggung jawab, partisipasi
    dalam pengambilan keputusan, dan usaha lain yang meningkatkan harga diri
    seseorang dan yang mendorong orang untuk menjadi yang terbaik.
  2. Penghargaan ektrinsik
    Penghargaan ektrinsik terdiri atas kompensasi yang diberikan kepada personel,
    baik yang berupa kompensasi langsung, tidak langsung maupun berupa kompensasi
    non-moneter. Kompensasi langsung adalah pembayaran langsung berupa gaji atau
    upah pokok, honorarium lembur atau hari libur, pembagian laba, pembagian saham
    dan berbagai bonus lain yang didasarkan atas kinerja personel. Penghargaan tidak
    langsung adalah semua pembayaran untuk kesejahteraan personel seperti asuransi
    kecelakaan, asuransi hari tua, honorarium liburan, tunjangan masa sakit.
    Penghargaan non-moneter dapat berupa sesuatu yang diberikan secara ekstra oleh
    perusahaan kepada personelnya, seperti ruang kerja yang memiliki lokasi dan
    fasilitas istimewa, tempat parkir khusus, gelar istimewa, dan sekretaris pribadi

Pengertian Iklim Organisasi


Made Pidarta (2004) menyatakan bahwa “Iklim
mencakup praktek, tradisi, dan kebiasaan bekerja dalam
organisasi. Bila kebiasaan para personalia bekerja secara
efektif dan efesien akan dapat meningkatkan produktivitas.
Dengan demikian iklim organisasi perlu dibina dalam suatu
lembaga pendidikan”. Lebih lanjut Made Pidarta (2004),
mengemukakan bahwa: “iklim organisasi ialah karakteristik
organisasi tertentu yang membedakannya dengan
organisasi yang lain yang dapat mempengaruhi perilaku
para anggotanya”.
Hoy dan Miskel (2001) mendefenisikan iklim
organisasi sebagai berikut:
Organizational climate is
relatively enduring quality of the school environment that
is experienced by teachers, effects their behaviour, and is
based on their collective perceptions of behaviour in
schools. A climate emerges through the interaction of
members and exchange of sentiments among them. The
climate of as school it is “personality”. Three different
conceptualizations of climate were and analyzed. (Iklim
organisasi adalah kualitas lingkungan sekolah yang
langsung dialami oleh guru. Pengaruh sikap-sikap
didasarkan kepada saling pengertian bersama tentang
“sikap” di sekolah. Masalah iklim organisasi dikaitkan
dengan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang telah dibebankan kepada kondisi lingkungan
organisasi dimana ia melaksanakan tugasnya. Sekolah
sebagai suatu organisasi formal merupakan wadah untuk
bekerja sarana dalam upaya melakukan pekerjaan
berkaitan dengan aktivitas pendidikan).
Senada dengan Keith Davis (2001), iklim organisasi
merupakan sebagai lingkungan manusia dimana karyawan
atau anggota organisasi melakukan pekerjaannya.
Pengertian ini dapat mengacu pada lingkungan suatu
departemen, unit perusahaan yang penting seperti anak
perusahaan, atau suatu organisasi secara keseluruhan.
Iklim organisasi adalah keadaan tak terpisahkan dari
sebuah organisasi atau buruk, dan sebagainya). Orang
akan merasa nyaman bila berada diluar dengan suasana
atau kondisi gelap, atau karena arus udara yang
terhambat. Demikian juga dengan iklim organisasi yang
bersifat abstrak namun dapat dirasakan nyaman atau tidak
nyaman di dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya
(As’ad, 1991).
Menurut Tagiuri dan Litwin (dalam Wirawan 2007)
iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal
organisasi yang secara relative terus berlangsung, dialami
oleh anggota organisasi, mempengarihi perilaku mereka
dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set
karakteristik atau sifat organisasi.

Pengertian Etika Kerja Karyawan


Memahami tentang etika, harus dipahami dari makna arti kata etika
itu sendiri. Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno “ethos” yang
dalam bentuk tunggal mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat, akhlak,
watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak “ta etha”
mempunyai arti adat kebiasaan. Arti dalam bentuk jamak ini pada
akhirnya menjadi latar belakang istilah etika. Secara etimologis, etika
berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Etika dipahami sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Sobur,
secara lebih rinci, Bertens memberikan penjelasan mengenai etika
dengan rincian sebagai berikut1:
1) Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan dalam kehidupan seseorang atau suatu kelompok yang
digunakan untuk mengatur tingkah lakunya
2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral.
Kumpulan asas atau nilai moral yang dimiliki oleh suatu masyarakat
biasanya diaplikasikan dalam bentuk kode etik. Tujuannya untuk
mempermudah masyarakat tersebut mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari
3) Etika memiliki arti ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-
asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu
saja diterima dalam suatu masyarakat

Kinerja Keuangan (Financial Performance)


Kinerja merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu perusahaan. Menurut
Rudianto (2013) kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah dicapai
oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset
perusahaan secara efektif selama periode tertentu.
Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012) kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar
dalam membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar atau ketentuan
dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (Generally Accepted
Accounting Principal) dan lainnya. Menurut Hanif dan Halim (2009) beberapa rasio
keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah :

  1. Rasio Likuiditas
    Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
    untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
  2. Rasio Aktivitas
    Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan
    perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam penjualan, pembelian atau
    kegiatan lainnya.
  3. Rasio Profitabilitas
    Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
    perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada
    seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya.
  4. Rasio Solvabilitas
    Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
    dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban apabila perusahaan di
    likuidasi.
  5. Rasio Pasar
    Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan
    dalam basis per saham.
    Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian, yaitu kinerja
    operasi perusahaan dan kinerja pasar (Rahayu, 2010). Kinerja operasi perusahaan
    diukur dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan
    keuangannya. Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio
    profitabilitas.
    Rasio profitablitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuangan
    di tingkat penjualan, aset, modal saham tertentu. Semakin baik rasio profitabilitas
    maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan
    perusahaan.
    Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah OPM (Operating Profit
    Margin). Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
    menghasilkan laba operasi (laba usaha) dari penjualan bersih/ pendapatan bersih
    selama periode waktu tertentu.
    Perlu diketahui bahwa, perusahaan yang bagus atau sehat adalah perusahaan
    yang dapat meminimalkan dan menekan biaya-biaya. Dengan kata lain, nilai OPM
    yang semakin tinggi berarti perusahaan memiliki manajemen yang baik dalam
    meminimalkan biaya secara efektif, sehingga perusahaan bisa menghasilkan laba
    yang lebih tinggi

Dimensi Ketidakamanan Kerja

Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1984), ketidakamanan kerjaini terdiri dari lima

dimensi :

1. Arti penting aspek kerja (the important of work factory), berupa ancaman yang diterima

pada berbagai aspek kerja seperti promosi, kenaikan upah atau mempertahankan upah

yang diterima saat ini, mengatur jadwal kerja. Karyawan yang terancam kehilangan aspek

pekerjaan tersebut akan memiliki ketidakamanan kerjayang tinggi dibanding yang tidak

merasa terancam.

2. Arti penting keseluruhan kerja (the important of job event), seperti kejadian promosi,

kejadian untuk diberhentikan sementara waktu, kejadian dipecat, individu yang

mendapatkan ancaman terhadap kejadian kerja penting lebih memungkinkan memicu

ketidakamanan kerjadibandingkan ancaman pada kejadian kerja yang tidak penting.

3. Mengukur kemungkinan perubahan negatif pada aspek kerja (likehood of negative change

in work factor), semakin besar timbulnya ancaman negatif pada aspek kerja akan

memperbesar kemungkinan timbulnya ketidakamanan kerjapada karyawan dan

sebaliknya.

4. Mengukur kemungkinan perubahan negatif pada keseluruhan aspek kerja (likehood of

negative change in job event), semakin besar kemungkinan negatif menimpa kejadian

kerja, maka semakin besar potensi untuk kehilangan pekerjaan yang berakibat

memperbesar timbulnya ketidakamanan kerjapada karyawan dan sebaliknya.

5. Ketidakberdayaan (powerlesness), yang dirasakan individu membawa outcome atau hasil

pada cara individu menghadapi keempat komponen diatas. Artinya jika individu

menerima ancaman pada aspek kerja atau kejadian kerja, maka mereka akan

menghadapinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Semakin tinggi atau rendah

powerlessness akan berakibat pada semakin tinggi atau rendahnya ketidakamanan

kerjayang dirasakan individu.

Bauran Pemasaran (Marketing Mix)


Menurut Kotler dan Amstrong (2012:75), bauran pemasaran
adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang memadukan perusahaan
untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam target pasar. Bauran
pemasaran (marketing mix) terdiri dari tujuh komponen dalam strategi
pemasaran, yaitu:
a. Product (produk)
Menurut Kotler dan Amstrong (1994:74), produk adalah
kombinasi jasa dan barang yang ditawarkan perusahaan kepada para
pemasar. Produk itu sendiri dari produk, kualitas, desain, atau
bentuk, naa merek, fitur, ukuran, dan kemasan. Menurut Danang
(2012:79), produk selalu mengalami daur hidup, yang terdiri dari:
1) Pengenalan Produk (Introduction)
Produsen memperkenalkan produknya dengan cara
promosi. Untuk melakuka promosi, perusahaan harus
mengeluarkan biaya-biaya untuk mempersiapkan media
promosi, sedangklan penjualan produk masih relatif kecil. Hal
ini mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan negatif atau
rugi.
2) Pertumbuhan Produk (Growth)
Setelah melalui promosi, produk mulai dikenal oleh
masyarakat. Masyarakat mulai tertarik dengan produk yang
ditawarkan, sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan
penjualan produk. Naiknya penjualan produk merupakan
proses di mana produk mengalami pertumbuhan penjualan.
Adanya pertumbuhan penjualan mengakibatkan perusahaan
mengurangi frekuensi promosi dan meningkatkan penjualan
produk guna memperoleh keuntungan maksimum.
3) Kematangan/Kejenuhan Produk (Maturity)
Suatu produk akan mengalami penurunan dan
memasuki waktu di mana konsumen merasa jenuh terhadap
produk. Tahap ini berlangsung lama dan produsen akan
mendapatkan tantangan besar dalam pemasaran karena
persaingan penjualan produk menjadi ketat dan intensif.
4) Penurunan Produk (Decline)
Tingkat penjualan produk akan mencapai titik terendah.
Untuk memperoleh keuntungan penjualan kembali, produsen
harus memilki ide baru untuk produk yang ditawarkan seduai
dengan keinginan dan kebutuhan konsuumen.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:272), keputusan yang
berhubungan dengan pengembangan dan pemasaran produk
individual meliputi:
1) Atribut produk
Atribut produk memberi manfaat untuk
mengkomunikasikan produk kepada konsumen, seperti:
a) Kualitas produk, berhubungan dengan kepuasan
pelanggan. Produk yang diberikan memiliki karakteristik
yang baik dan sesuai dengan keinginan serta kebutuhan
pelanggan.
b) Fitur produk, perusahaan memiliki karakteristik tersendiri
yang mampu bersaing dengan produk lainnya.
c) Gaya dan desain produk, perusahaan harus memiliki
produk dengan gaya dan desain yang menarik.
2) Penetapan merek
Merek merupakan tanda atau ciri khas suatu produk.
Manfaat adanya merek bagi perusahaan yaitu sebagai alat
untuk mengiklankan produk, melindungi hak cipta, dan
membantu membina citra perusahaan dengan membawa nama
perusahaan. Selain itu, manfaat merek bagi konsumen yaitu
untuk membedakan produk tanpa harus memeriksa secara teliti,
dan konsumen mendapatkan informasi tentang produk.
3) Kemasan (packaging)
Kemasan merupakan wadah atau alat untuk menjaga
produk agar tetap dalam keadaan baik hingga sampai ke
konsumen. Kemasan terdiri dari:
a) Kemasan dasar (primary package)
b) Kemasan tambahan (secondary package)
c) Kemasan pengiriman (shipping package)
4) Pelabelan
Label merupakan bagian dari barang yang berisi
keterangan tentang produk tersebut. Label memiliki fungsi:
a) Mengidentifikasi produk atau merek
b) Menggolongkan produk
c) Menjelaskan beberapa hal mengenai produk
d) Alat promosi
b. Price (harga)
Kotler dan Amstrong (1994:74) menyatakan bahwa harga
adalah elemen pemasaran campuran yang paling mudah untuk
mengatur keistimewaan produk. Harga merupakan alat tukar suatu
barang atau nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:346), terdapat dua
faktor umum yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga,
yaitu:
1) Faktor internal perusahaan, yang terdiri dari tujuan pemasaran,
perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya produksi.
2) Faktor eksternal perusahaan, terdiri dari sifat pasar dan
permintaan, adanya persaingan, kebijakan dan peraturan
pemerintah.
c. Place (tempat)
Tempat merupaka proses yang digunakan untuk
menyampaikan produk barang atau jasa dari produsen kepada
konsumen. Selain itu, tempat juga didefinisikan sebagai suatu
kegiatan pemasaran yang digunakan untuk mempermudah dalam
penyampaian produk barang ataupun jasa dari produsen ke
konsumen. Menurut Suryana (2013:209), tempat yang menarik bagi
konsumen adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan
efisien. Untuk mencapai sasarn tempat yang baik dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
1) Memperbanyak saluran distribusi
2) Memperluas segmentasi atau cakupannya
3) Menata penampilan tempat usaha
4) Menggunakan cara penyampaian barang seefisien mungkin
5) Mengubah-ubah persediaan dari gudang yang satu ke gudang
yang lain. Hal ini bertujuan untuk mengandalikan persediaan
dan penawaran.
d. Promotion (promosi)
Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan produk
berupa barang atau jasa dan menganjurkan pelanggan sasaran untuk
membelinya, Kotler dan Armstrong (1994:75). Variabel promosi
terdiri dari sales promotion, advertising, sales force, public relation,
dan direct marketing.
Menurut Suryana (2013:218), usaha yang dapat dilakukan
untuk mempromosikan produk agar barang dan jasa yang
diproduksi dikenal, diketahui, dibutuhkan dan diminta konsumen
terdiri dari:
1) Informasikan barang/jasa yang dihasilkan pada konsumen
2) Bujuk konsumen agar mau membeli barang/jasa yang
dihasilkan
3) Pengaruhi konsumen agar tertarik terhadap barang atau jasa
yang kita hasilkan.
e. People (orang)
Bauran pemasaran people (orang) berhubungan dengan
perencanaan sumber daya, job specification, job description,
rekrutmen, seleksi karyawan, pelatihan karyawan, dan motivasi
kerja.
f. Process (proses)
Sebuah strategi proses atau transformasi merupakan sebuah
pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi
barang dan jasa. Tujuan dari strategi pemasaran yaitu untuk
menemukan suatu cara memproduksi barang atau jasa yang
memenuhi persyaratan pelanggan dan spesifikasi produk yang
berada dalam batasan biaya dan manajerial lain. Proses yang dipilih
akan berdampak jangka panjang pada efisiensi dan produksi, dan
fleksibilitas biaya serta kualitas barang yang diproduksi.
Strategi proses juga berhubungan dengan tata letak ruang
alur produksi dan alur penjualan produk.Tata letak memiliki
berbagai dampak strategis, karena tata letak menentukan daya saing
perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas
lingkungan kerja, kontrak pelanggan, dan citra perusahaan.
Menurut Jay Hezer (2006:450), dalam semua kasus, tata
letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk mencapai:
1) Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi
2) Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik
3) Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja
yang lebih aman
4) Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik
5) Fleksibilitas
g. Physical Evidence (lingkungan fisik)
Physical evidence (lingkungan fisik) merupakan keadaan
atau kondisi yang di dalamnya juga termasuk suasana. Menurut
Zeithami, Bitner, dan Gemler (2006), physical evidence merupakan
lingkungan di mana perusahaan memberikan layanannya dan lokasi
di mana perusahaan mampu berinteraksi dengan konsumen, serta
berbagi komponen yang tampak (tangible) dalam menunjang
kinerja dan kelancaran pelayanan

Tinjauan Tentang Strategi


Strategi merupakan penentu tujuan dan sasaran pokok jangka panjang
perusahaan, serta penerapan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang
dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Strategi adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan. Kadang-kadang langkah yang harus dihadapi
terjal dan berliku-liku, namun ada pula langkah yang relatif mudah. Disamping itu
banyak rintangan atau cobaan yangdihadapi untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, setiap langkah harusdijalankan secara hati-hati dan terarah. (Kasmir, 2016: 186)
Pengertian Strategi lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Swastha
“Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan
bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.”
(Hermawan, 2012: 33)
Berdasarakan pengertian di atas, menurut peneliti strategi adalah suatu
langkah-langkah yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan untuk tercapainya
tujuan perusahaan. Sementara itu, strategi dapat juga diartikan sebagai “objectives”
dan “plan” atau “planning”, dimana strategi itu terdiri dari:

  1. Strategi sistem/teknologi informasi, yakni pilihan-pilihan utama yang
    memusatkan perhatian pada implementasi dan penggunaan sistem
    informasi berbasis teknologi pada suatu perusahaan.
  2. Strategi bisnis yang merupakan pilihan-pilihan utama yang menentukan
    positioning perusahaan dalam area bisnis (Porter, 1980: 81). Pada
    literatur yang lain, penyelarasan strategic didefinisikan sebagai:
    a. Hubungan, dimana tujuan sistem informasi spesifik kebutuhan
    pemakai sesuai dengan tujuan organisasi.
    b. Kemitraan, yang mana digunakan untuk menggambarkan hubungan
    pekerjaan yang merefleksikan komitmen jangka panjang, kerjasama
    saling menguntungkan, pembagian risiko dan manfaat dan konsisten
    pada kualitas dengan konsep dan teori pada pembuatan keputusan
    secara partisipatif.
    c. Derajat sumber daya yang diarahkan untuk masing-masing dari
    tujuh dimensi strategi sistem informasi yang konsisten dengan
    kekuatan pada penekanan organisasi pada masing-masing hubungan
    tujuh dimensi strategi bisnis: agresif, analisis, defensif, masa
    mendatang, inovatif, proaktif, dan berisiko.
    d. Pengembangan pada dukungan strategi sistem informasi/teknologi
    informasi dan didukung oleh strategi bisnis.
    e. Integrasi kesesuaian internal dan fungsional antara strategi bisnis
    dan strategi sistem informasi/teknologi informasi dan bagaimana
    strategi ini penting untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
    Derajat dukungan misi, tujuan, dan rencana teknologi informasi dan
    didukung oleh rencana, tujuan, dan misi bisnis (Rusmana, 2009: 8)

Definisi Keputusan Berkunjung


Keputusan berkunjung adalah suatu tahap dimana konsumen telah
memiliki pilihan dan siap untuk melakukan pembelian atau pertukaran antara
uang dan janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu
barang atau jasa (Kotler, 2012). Sedangkan menurut Tina Rahmadayanti &
Kholid Murtadlo, (2020) keputusan berkunjung adalah suatu keputusan yang
diambil oleh seseorang yang akan melakukan perjalanan ke suatu tempat wisata
tertentu untuk berlibur. Keputusan pengunjung untuk memilih objek wisata yang
dipilih pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pengambilan keputusan.
Kristiutami, (2015) menyatakan bahwa keputusan berkunjung wisatawan sama
dengan keputusan pembelian. Keputusan berkunjung merupakan sebuah proses
dimana seseorang pengunjung melakukan penilaian dan memilih satu alternatif
yang diperlukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Proses pengambilan
keputusan sangatlah penting karena dalam melakukan perjalanan wisata seorang
pengunjung terlebih dahulu menyiapkan mental, jarak tempuh berapa lama, ke
tempat wisata mana dan lain-lain. Keputusan berkunjung merupakan tahapan atau
proses yang dipengaruhi oleh motivasi, preferensi, informasi, dan kondisi
lingkungan dimana seseorang memiliki pilihan dan melakukan penilaian dengan
berbagai pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam melakukan perjalanan
atau kunjungan ke suatu tempat tertentu.


Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja


Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut
Kasmir (2016) adalah sebagai berikut:

  1. Pengetahuan
    Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang pekerjaan secara
    baik akan memberikan hasil pekerjaan yang baik, demikian pula
    sebaliknya. Artinya dengan mengetahui pengetahuan tentang
    pekerjaan akan memudahkan seseorang untuk melakukan
    pekerjaannya.
  2. Rancangan kerja
    Merupakan rancangan pekerjaan yang akan memudahkan
    karyawan dalam mencapai tujuannya. Artinya jika suatu pekerjaan
    memiliki rancangan yang baik, maka akan memudahkan untuk
    menjalankan pekerjaan tersebut secara tepat dan benar.
  3. Kompetensi
    Merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
    melakukan suatu pekerjaan. Semakin baik kompetensi maka akan
    dapat menyelesaikan pekerjaannya secara benar, sesuai dengan yang
    telah ditetapkan.
    13
  4. Kepribadian
    Yaitu kepribadian seseorang atau karakter yang dimiliki
    seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian atau karakter yang
    berbeda satu sama lainnya. Seseorang yang memiliki kepribadian atau
    karakter yang baik, akan dapat melakukan pekerjaan secara sungguh-
    sungguh penuh tanggung jawab sehingga hasil pekerjaannya juga
    baik.
  5. Motivasi kerja
    Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang untuk
    melakukan pekerjaan. Jika karyawan memiliki dorongan yang kuat
    dari dalam dirinya atau dorongan dari luar dirinya (misalnya dari
    pihak perusahaan), maka karyawan akan terangsang atau terdorong
    melakukan sesuatu dengan baik. Pada akhirnya dorongan atau
    rangsangan baik dari dalam maupun dari luar seseorang akan
    menghasilkan kinerja yang baik.
  6. Kepemimpinan
    Kepemimpinan merupakan perilaku seorang pemimpin dalam
    mengatur, mengelola dan memerintah bawahannya untuk
    mengerjakan sesuatu tugas dan tanggung jawab yang diberikannya.
    Sebagai contoh perilaku pemimpin yang menyenangkan, mengayomi,
    mendidik dan membimbing tentu akan membuat karyawan senang
    dengan mengikuti apa yang diperintahkan oleh atasannya dan
    sebaliknya.
    14
  7. Gaya kepemimpinan
    Merupakan gaya atau sikap pemimpin dalam menghadapi atau
    memerintahkan bawahannya. Sebagai contoh gaya atau sikap seorang
    pemimpin yang demokratis tentu berbeda dengan gaya pemimpin
    yang otoriter.
  8. Budaya organisasi
    Merupakan kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang berlaku
    dan dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Kebiasaan-
    kebiasaan atau norma-norma ini mengatur hal-hal yang berlaku dan
    diterima secara umum serta dipatuhi oleh segenap anggota suatu
    perusahaan atau organisasi.
  9. Kepuasan kerja
    Merupakan perasaan senang atau gembira, atau perasaan suka
    seseorang sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan. Jika
    karyawan merasa senang untuk bekerja, maka hasil pekerjaannya pun
    akan berhasil baik dan sebaliknya.
  10. Lingkungan kerja
    Merupakan suasana disekitar lokasi tempat bekerja. Lingkungan
    kerja dapat berupa ruangan, layout, sarana dan prasarana, serta
    hubungan kerja dengan sesama rekan kerja. Jika lingkungan kerja
    dapat membuat suasana nyaman dan memberikan ketenangan maka
    akan membuat suasana kerja menjadi kondusif, sehingga dapat
    15
    meningkatkan hasil kerja seseorang menjadi lebih baik, karena bekerja
    tanpa gangguan dan sebaliknya..
  11. Loyalitas
    Merupakan kesetiaan karyawan untuk tetap bekerja dan membela
    perusahaan dimana tempatnya bekerja. Kesetiaan ini ditunjukkan
    dengan terus bekerja sungguh-sungguh sekalipun perusahaannya
    dalam kondisi yang kurang baik. Karyawan yang setia juga dapat
    dikatakan karyawan tidak membocorkan apa yang menjadi rahasia
    perusahaannya kepada pihak lain.
  12. Komitmen
    Merupakan kepatuhan karyawan untuk menjalankan kebijakan
    atau peraturan perusahaan dalam bekerja. Komitmen juga diartikan
    kepatuhan karyawan kepada janji-janji yang telah dibuatnya. Atau
    dengan kata lain komitmen merupakan kepatuhan untuk menjalankan
    kesepakatan yang telah dibuat. Dengan mematuhi janji atau
    kesepakatan tersebut membuatnya berusaha untuk bekerja dengan
    baik dan merasa bersalah jika tidak dapat menepati janji atau
    kesepakatan yang telah dibuatnya.
  13. Disiplin kerja
    Merupakan usaha karyawan untuk menjalankan aktivitas kerjanya
    secara sungguh-sungguh. Disiplin kerja dalam hal ini dapat berupa
    waktu, misalnya masuk kerja selalu tepat waktu. Kemudian disiplin
    16
    dalam mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya sesuai dengan
    perintah yang harus dikerjakan

Indikator Kompensasi Finansial


Fitri, (2018) menyatakan bahwa indikator yang dapat mengukur kompensasi
finansial adalah sebagai berikut :

  1. Gaji, yaitu pendapatan dasar yang diterima seorang karyawan dari perusahaan
  2. Bonus, yaitu pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada seseorang
    karena prestasinya atau prestasi perusahaan secara keseluruhan.
  3. Tunjungan, yaitu merupakan tambahan penghasilan yang diberikan organisasi
    kepada karyawan

Konsep Produk


Konsep produk menurut Kotler dan Keller (2016:158)
bertujuan untuk mengusulkanagar konsumen menyukai produk yang
menawarkan kualitas, performa atau inovasi yang paling baik. Menurut
Kotler dan Keller (2016:159) ada 5 tingkatan produk :

  1. Manfaat inti
    Layanan atau keuntungan pelanggan benar-benar membeli.
  2. Produk dasar
    Pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar.
  3. Produk yang diharapkan.
    Satu set atribut dan kondisi pembeli biasanya mengharapkan ketika
    mereka membeli.
  4. Produk augmented
    Pemasar menyiapkan produk tambahan yang melebihi pelanggan
    harapan.
  5. Produk potensial
    Yang mencakup semua kemungkinan penambahan dan
    transformasi produk atau penawaran mungkin akan terjadi di masa
    depan

Aspek-Aspek Loyalitas Konsumen


Menurut Hasan (2015) mengatakan bahwa aspek loyalitas konsumen
yaitu :
a. Pembelian ulang
Pembelian ulang diartikan sebagai perilaku konsumen yang hanya
membeli sebuah produk/jasa secara berulang-ulang dan konsisten dimasa
yang akan datang.
b. Komitmen konsumen terhadap produk/jasa.
Pelanggan yang loyal tidak hanya membeli ulang suatu produk/jasa
tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap
produk/jasa.
c. Rekomendasi dari mulut ke mulut
Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap produk/jasa akan
bersedia bercerita hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada
orang lain, teman dan keluarga yang jauh lebih persuasif dibanding iklan.
Sedangkan menurut Tjiptono (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013)
mengemukakan enam aspek yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas
konsumen, yaitu :
a. Pembelian ulang
b. Kebiasaan mengkonsumsi produk
c. Rasa suka yang besar pada produk atau suatu jasa.
d. Ketetapan pada produk atau jasa.
e. Keyakinan bahwa produk tertentu produk yang terbaik.
f. Perekomendasian produk atau jasa kepada orang lain.

Dimensi Kinerja

  1. Task Performance
    Kinerja tugas melibatkan pola perilaku yang secara langsung terlibat
    dalam produksi barang/jasa, atau kegiatan yang memberikan dukungan
    langsung bagi proses inti teknis organisasi (Kahya: 2009).
  2. Interpersonal Citizenship
    Terjadi ketika rekan kerja satu sama lain membantu diluar persyaratan
    kerja baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
    meningkatkan kinerja individu dan pada akhirnya memberikan kontribusi
    bagi kelompok dan fungsi organisasi (Settoon&Mossholder, 2002 dalam
    Bowler&Brass: 2006).
  3. Organizational Citizenship
    Disefinisikan sebagai “kinerja yang mendukung lingkungan social dan
    psikologis dimana Task Performance terjadi (Organ, 1997 dalam Yones
    et.al: 2010).
  4. Job Dedication
    Usaha ekstra yang melebihi role requitment menunjukkan dedikasi
    terhadap pekerjaan itu (Kahya: 2009).

Definisi Green Product


Green product adalah produk yang tidak berbahaya
bagi manusia dan lingkungan, tidak menyia-nyiakan sumber
daya, tidak menghasilkan limbah yang berlebihan, dan tidak
menimbulkan kekejaman terhadap ekosistem hewan
(Fuiyeng & Yazdanifard, 2016).
Green product adalah produk ramah lingkungan yang
dihasilkan oleh pemasar yang sehat dan ramah lingkungan.
Desain produk dan metode pengolahan bertujuan untuk
mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang mungkin
terjadi selama produksi, distribusi dan konsumsi (Alamendah,
2016).
Intinya, green product tidak hanya memenuhi
persyaratan perlindungan lingkungan, tetapi juga
memaksimalkan produk yang dihasilkan sekaligus berupaya
meminimalkan pemborosan dalam proses produksi. Green
product sendiri harus memiliki kualitas produk yang awet
karena tidak mudah rusak, tidak mengandung racun, terbuat
dari bahan yang dapat didaur ulang dan memiliki kemasan
yang sederhana

Penetapan Konteks (Establishing the Context)


Penetapan konteks dilakukan untuk mengidentifikasi target organisasi
dengan menggambarkan lingkungan dari target yang akan dicapai, bagi pihak yang
berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, hal ini dapat membantu
mengungkapkan dan menilai sifat dari risiko (Qintharah, 2019). Terdapat dua
penetapan konteks yang ditentukan, yaitu konteks internal dan konteks eksternal.
Dalam penetapan konteks dikenal istilah kriteria risiko (risk criteria) adalah
kerangka acuan yang menunjukkan signifikansi risiko untuk dievaluasi (ISO:
2009). Kriteria risiko didasarkan pada tujuan organisasi, konteks eksternal dan
internal. Kriteria risiko diturunkan dari standar, hukum, kebijakan, serta persyaratan
lainnya (Berliana dan Tanamaah, 2021).

Keterlambatan Proyek


Menurut Niazai (dalam Aziz dkk, 2016) keterlambatan proyek merupakan
waktu pengerjaan proyek yang tidak sesuai dengan schedule yang direncanakan
dan faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek yaitu manajemen situs
yang kurang baik.
Keterlambatan proyek kontruksi merupakan bertambahnya waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan yang sudah direncanakan. Pekerjaan yang tidak dapat
selesai dalam waktu yang direncanakan akan mengalami tambahan biaya
overhead selama proyek masih berlangsung. Sehingga keterlambatan proyek akan
membawa dampak kerugian karena penundaan pengoperasian fasilitas (Hassan
dkk., 2016)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi
terdiri dari 9 kategori adalah:

  1. Bahan (Materials)
    a. Pengiriman barang
    b. Ketersediaan bahan
    c. Kerusakan bahan
    d. Kualitas bahan
    e. Waktu pemesanan yang tidak tepat
  2. Tenaga Kerja (Labors)
    a. Keahlian tenaga kerja
    b. Ketersediaan tenaga kerja
    c. Kedisiplinan tenaga kerja
    d. Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing
  3. Peralatan (Equipment)
    a. Kualitas peralatan
    b. Kekurangan peralatan
    c. Manajaman peralatan yang salah
    d. Ketersediaan peralatan
    e. Operator yang kurang berpengalaman
  4. Keuangan (financial)
    a. Fluktuasi nilai rupiah
    b. Pembayaran oleh pemilik
    c. Ketersediaan keuangan selama proyek beroperasi
    d. Harga material
  5. Lingkungan (Environment)
    a. Cuaca
    b. Lokasi proyek
    c. Akses ke lokasi proyek
    d. Kebutuhan ruang kerja
    e. Keamanan lingkungan
  6. Perubahan (Change)
    a. Perubahan Desain
    b. Keadaan geologi
  7. Hubungan dengan pemerintah (Geoverment Reletion)
    a. Perijinan
    b. Birokrasi
  8. Kontrak (Contractual)
    a. Kurangnya komunikasi
    b. Jadwal penyelesaian proyek yang berbeda
    c. Kurangnya kerja sama antara Owner dan kontraktor
  9. Waktu dan kontrol (Schedulling and controlling)
    a. Tenaga kerja yang kurang terlatih
    b. Melanggar perencanaan awal proyek
    c. Revisi jadwal kerja yang mendadak

Sumber Risiko


Menentukan sumber risiko merupakan hal yang sangat penting karena
mempengaruhi cara penanganannya. Menurut Smith (1999) risiko juga dapat
diidentifikasi dari sumber dan dampak kerugiannya, berdasarkan sumbernya risiko
dapat diidentifikasi dan digolongkan ke dalam kategori :
1) Risiko finansial, berhubungan dengan masalah perekonomian dan keuangan
baik dari keuangan perusahaan maupun dari perekonomian negara,
contohnya eskalasi, inflasi, jadwal pembayaran termin dan lain-lain.
2) Risiko hukum, menyangkut hukum dan perundang-undangan yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek, contohnya proses perijinan.
3) Risiko politik, mengenai suasana politik di suatu negara yang mendukung /
menjamin keberlangsungan suatu proyek contohnya investasi para investor.
4) Risiko sosial, menyangkut persepsi respon masyarakat terhadap pelaksanaan
suatu proyek konstruksi yang sedang dijalankan.
5) Risiko lingkungan, mempengaruhi kondisi / keadaan disekitar lokasi proyek.
6) Risiko komunikasi, mengenai faktor yang mempengaruhi komunikasi antar
pihak / personal yang terlibat dalam sistem pelaksanaan proyek.
7) Risiko geografis / alam, menyangkut gangguan yang timbul dilokasi proyek
akibat adanya pengaruh kondisi geografis / alam.
8) Risiko konstruksi, berbagai faktor yang berhubungan dengan produktivitas
penyelenggaraan proses konstruksi menyangkut SDM, material, peralatan.
9) Risiko teknis / masalah teknis seperti ketersediaan data dan komponen lain.
10) Risiko logistik menyangkut ketersediaan SDM, material dan peralatan.

Risiko Operasional


Definisi Risiko Operasional Lam (2014:241) mengungkapkan bahwa
operational is defined as the risik of loss resulting from inadequate of failed
internal process, people, and systems or form external event. Artinya, risiko
operasional dapat di definisikan sebagai risiko atas kerugian yang ditimbulkan
dari ketidak cukupan atau kegagalan proses internal, sumber daya manusia, dan
system atau dari peristiwa-peristiwa eksternal.
Menurut Kurniawan (2012:70) risiko operasional adalalah kemungkinan
terjadinya kegagalan atau kesalahan di dalam pelaksanaan kegiatan – kegiatan
operasional di dalam organisasi yang diakibatkan oleh berbagai macam faktor
seperti faktor alam dalam bentuk bencana alam maupun kesalahan manusia seperti
kelalaian pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya

Kualitas Pelayanan


Menurut Sunyoto (2018:240) kualitas pelayanan dalam industri pelayanan
jasa. “Suatu penyajian produk jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku ditempat
produk tersebut diadakan dan penyampaiannya setidaknya sama dengan yang
diinginkan dan diharapkan oleh konsumen”.
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan kosumen serta ketepatan
penyampainnya untuk mengimbangi harapan konsumen, yaitu adanya kesesuaian
harapan dengan persepsi konsumen, adanya kesesuaian antara persepsi atas
kepercayaan konsumen dengan standar kerja karyawan, adanya kesesuaian dengan
standar kerja karyawan dengan pelayanan yang diberikan, adanya kesesuaian
dengan pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan dan adanya
kesesuaian antara pelayanan yang diterima sesuai dengan harapan konsumen.


Manajemen Distribusi


Manajemen distribusi merupakan suatu cara pengelolaan pemenuhan
kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk. Sering kali perusahaan manufaktur
membutuhkan jalur distribusi untuk menjangkau konsumen akhir.
Manajemen distribusi memfokuskan pada arus keluar dari produk. Mendesain
jaringan distribusi untuk memenuhi harapan pelanggan menawarkan tiga kriteria
yaitu respon cepat, pilihan produk, layanan. Sama seperti perusahaan yang
membutuhkan program manajemen pemasok yang efektif, program manajemen
distribusi yang efektif akan membuat perbedaan anatara rantai pasokan yang
sukses dan gagal.

Manajemen Operasi


Manajemen operasi dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas/praktik
yang mengubah input menjadi output. Input dapat berupa material bahan mentah,
perlatan/ mesin, teknologi, sumber daya manusia, maupun faktor produksi lainnya.
Bagi perusahaan manufaktur, output dapat berupa barang. Bagi perusahaan
nonmanufaktur, output dapat berupa jasa. Apapun bentuknya, manajemen operasi
berkaitan dengan proses produksi yang dilakukan untuk memaksimalkan laba usaha
dengan mewujudkan efisiensi ekonomi, mencapai kualitas yang tinggi, dilakukan
secara cepat dan fleksibel (Heizer dan Render, 2011). Sebuah tim manajemen operasi
akan berusaha menyeimbangkan biaya usaha dengan pendapatan sehingga dapat
mencapai laba usaha yang lebih tinggi dan menjamin keberlangsungan usaha. Secara
sederhana, manajemen operasi adalah semua kegiatan pengelolaan yang berkaitan
dengan produksi barang/jasa.
Manajemen operasi adalah proses yang berkesinambungan dan efektif
sehingga fungsi manajemen digunakan untuk mengintegrasikan berbagai sumber
daya agar mencapai proses dan hasil yang efisien. Unsur-unsur pokok dalam
manajemen operasi adalah keberlanjutan, efektif, fungsi manajemen, efisien, dan
memiliki tujuan.
Proses manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaturan
kerja, pengarahan, dan pengendalian (Heizer dan Render, 2011). Menurut Heizer dan
Render (2011), proses manajemen tersebut dilakukan untuk menghasilkan keputusan
strategis manajemen operasional yang terdiri dari: desain produk, manajemen
kualitas, desain proses dan kapasitas, lokasi, tata letak, rancangan kerja sumber daya
manusia, manajemen rantai pasokan, persediaan, penjadwalan, dan pemeliharaan
(Heizer dan Render, 2011).
Manajemen operasi dapat memberi kesempatan untuk mencapai keunggulan
kompetitif. Hal itu diperoleh dengan adanya diferensial yang membedakan produk
atau jasa dari perusahaan lain, biaya produksi yang rendah guna menghasilkan
barang atau jasa yang lebih murah dari perusahaan pesaing, serta respons yang
berkaitan dengan pengembangan produk dan kecepatan pengiriman.

9
produk sepanjang value stream untuk menghilangkan (waste). Pendekaran Lean
berfokus pada peningkatan terus menerus costmer value melalui identifikasi dan
eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang merupakan pemborosan
(waste).
2.2.1 Dua pondasi lean manufacturing dan TPS
Taiichi Ohno mendeskripsikan bahwa TPS konsisten dengan banyak teknik yang di
desain untuk mengurangi pemborosan dalam sistem produksi. Teknik-teknik
tersebut terbagi menjadi dua pondasi yang terdiri dari:

  1. Just In Time (JIT)
    JIT merupakan teknik tentang bagaimana memasok dengan jumlah yang tepat,
    waktu yang tepat, dan lokasi yang tepat [1]. Pondasi ini membantu perusahaan
    untuk melaksanakan kegiatan produksi dan distribusinya secara efisien. Prinsip
    JIT lebih dari sistem kontrol persediaan sederhana, mengejutkan bagi banyak
    praktisi kontrol persediaan karena JIT juga mengontrol variasi [1]. Sperti yang
    ditunjukan oleh Bartlomiej, JIT dapat mendukung perbaikan restoran, yaitu
    memperpendek waktu tunggu penyajian, batch memasak dan akibatnya
    menurunkan stok bahan [5].
  2. Jidoka
    Jidoka merupakan gabungan antara budaya dan teknik mengenai penggunaan
    mesin dan pekerja secara bersamaan dengan membiarkan mesin
    mengendalikan kualitas secara otomatis [1]. Pondasi ini membantu untuk
    mengurangi tingkat kesalahan produksi. Teknik yang digunakan untuk
    menerapkan jidoka salah satunya adalah poka-yoke, yaitu metode untuk
    mengurangi atau menginformasikan kesalahan. Pekerja menginformasikan
    kesalahan dengan menggunakan andons, yaitu tampilan visual dengan lampu
    yang mengindikasikan terjadinya kesalahan atau abnormal dan 100 persen
    pemeriksaan dilakukan dengan mesin [1]. Prinsip jidoka tujuannya adalah
    menjaga pesanan pelanggan, dan pondasi ini juga menjadi kunci utama untuk
    membuat penerapan kanban bekerja.

Business Performance

Pada penelitian ini kinerja bisnis dalam suatu perusahaan memfokuskan pada
empat dimensi, dimana empat dimensi tersebut adalah penerimaan, penyimpanan,
pengemasan, dan pengiriman. Dalam kerangka yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini praktik pengurangan pemborosan dalam gudang akan mempengaruhi
kinerja keuangan dan pemasaran keseluruhan dari suatu organisasi. Pengurangan
pemborosan pada gudang diharapkan dapat meningkatkan posisi kompetitif secara
keseluruhan.Dengan dilakukannya pengurangan pemborosan di dalam gudang dapat
menghasilkan daya internal yang berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan secara
keseluruhan (Rexhausen, 2012). Menurut Eng (2016); Yang (2016) dijelaskan kinerja
bisnis merupakan suatu peningkatan distribusi yang menghasilkan peningkatan kinerja
untuk organisasi dengan memungkinkan pengiriman secara ontime dan berakhir dengan
perkembangan kinerja bisnis.

Karakteristik Komunikasi Massa


Elvinaro mengemukakan karakterisik komunikasi massa dalam buku yang
berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yakni :

  1. Komunikator Terlembagakan
  2. Pesan Bersifat Umum
  3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
  4. Media massa menimbulkan keserampakan
  5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang Hubungan
  6. Massa Bersifat Satu Arah
  7. Stimulasi Alat Indra
  8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung
    (indirect)
    Penjelasannya:
  9. Komunikator Terlembagakan
    Ciri komunikasi massa yang pertama adalah
    komunikatornya bergerak dalam sebuah organisasi
    (lembaga) yang kompleks, nyaris tak memiliki
    kebebasan idividual. Lebih dari itu, pesan-pesan yang
    disebarkan melalui media massa merupakan hasil kerja
    sama (collective), komunikatornya disebut sebagai
    collective communicator.
  10. Pesan Bersifat Umum
    Komunikasi massa bersifat terbuka artinya komunikasi
    massa ditujukan untuk semua orang dan tidak
    ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan
    komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa dan
    opini. Pesan komunikasi yang dikemas dalam bentuk
    apapun harus memenuhi criteria penting atau menarik,
    atau penting sekaligus menarik bagi sebagian besar
    komunikan.
  11. Komunikannya Anonim dan Heterogen
    Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim
    dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator
    tidak mengenal komunikan (anonim), karena
    komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
    muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi
    massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai
    lapisan masyarakat yang berbeda, yang terdiri dari
    berbagai lapisan masyarak berdasarkan factor : usia,
    jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang
    budaya, agama, dan tingkat keamanan.
  12. Media massa menimbulkan keserampakan
    Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi
    lainnya, adalah jumlah sasaran khayalak atau
    komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak
    terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang
    banyak tersebut secara serempak pada waktu yang
    bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
  13. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang Hubungan
    Setiap komunikasi melibatkan dimensi isi dan dimensi
    hubungan (Mulyana, 2000:99). Pada komunikasi massa
    yang penting adalah isi. Dalam komunikasi massa,
    pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
    distem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik
    media massa yang akan digunakan.
  14. Massa Bersifat Satu Arah
    Komunikasi massa adalah komunikasi dengan
    menggunakan media massa, karena melalui media
    massa maka komunikator dan komunikannya tidak
    dapat melakukan kontak langsung. Komunikator yang
    aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif
    menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat
    melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa
    itu bersifat satu arah.
  15. Stimulasi Alat Indra
    Ciri komunikasi lainnya yang dapat dianggap salah satu
    kelemahan adalah stimulasi alat indra yang terbatas.
    Dalam komunikasi massa stimulasi alat indra
    bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar
    dan majalah, pembaca hanya melihat.
  16. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung
    (indirect)
    Komponen umpan balik (feedback) merupakan factor
    penting dalam bentuk komunikasi. Efektivitas
    komunikasi dapat dilihat dari feedback akan diperoleh
    setelah komunikasi berlangsung. (2005:7-15)

Realitas Media


Walter Lippmann menggambarkan realitas media sebagai “dunia di luar dan
gambaran dalam pikiran kita”. Baginya, fungsi utama media adalah membentuk
makna. Penafsiran media terhadap berbagai peristiwa dapat secara signifikan
mempengaruhi pemahaman masyarakat tentang realitas dan pola tindakannya.
Realitas media adalah realitas simbolik, karena tidak dapat dihubungkan langsung
dengan realitas fisik. Media massa memiliki kemampuan untuk menentukan realitas
yang dipahami oleh masyarakat, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan opini publik, seperti dalam propaganda politik, publisitas, dan
hubungan masyarakat.
Tugas utama media adalah melaporkan peristiwa, yang berarti konten media
hanyalah hasil dari realitas yang dikonstruksi. Produksi informasi oleh media
melibatkan pengorganisasian realitas untuk membentuk narasi atau wacana yang
memiliki makna. Oleh karena itu, jurnalis dianggap sebagai pembentuk realitas.
Proses konstruksi realitas terjadi melalui upaya menceritakan peristiwa, keadaan,
atau objek yang terkait dengan suatu isu, seperti politik.
Dalam era media modern saat ini, mayoritas masyarakat sangat tergantung
pada media. Peran jurnalis menjadi sangat penting dalam menciptakan gambaran
tentang realitas saat ini. McQuail mengilustrasikan enam kemungkinan peran media
dalam mengusulkan realitas atau dalam fungsi mediasi media massa (McQuail,
1996) :

  1. Sebagai jendela yang memberikan pandangan langsung tentang dunia tanpa
    gangguan.
  2. Sebagai cermin yang mencerminkan kejadian di sekitar kita.
  3. Sebagai penyaring atau penjaga gawang yang memilih apa yang diperhatikan
    masyarakat.
  4. Sebagai pembimbing yang memberikan interpretasi tentang apa yang terjadi.
  5. Sebagai forum yang melayani diskusi dan perbedaan pendapat.
  6. Sebagai sekat atau pembatas yang memisahkan realitas media dengan realitas
    sebenarnya.
    Pendapat bahwa media massa memiliki pengaruh besar terhadap
    pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat. Media massa berperan
    sebagai agen sosialisasi yang menyebarkan nilai-nilai dan mempengaruhi sikap,
    pemikiran, dan interaksi masyarakat (Mulyana, 2001).
    Isi media merupakan hasil konstruksi realitas menggunakan bahasa sebagai
    alat utamanya. Bahasa tidak hanya menyajikan realitas, tetapi juga membentuk cara
    pandang terhadap realitas tersebut. Oleh karena itu, media massa memiliki kekuatan
    besar dalam membentuk makna dan gambaran tentang realitas yang mereka
    konstruksi.
    Meskipun ada sedikit media yang menyoroti realitas apa adanya, banyak
    faktor yang mempengaruhi konten media, seperti suku, agama, keyakinan, dan
    gender. Media juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga konten
    yang dihasilkan tidak terlepas dari situasi sosial yang dinamis di sekitarnya
    (Shoemaker, 1996)

Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel-variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi yang erat satu sama lain (Pratisto, 2004). Menurut Pratisto (2004), regresi yang bebas multikolinearitas ditandai dengan nilai VIF dan tolerance yang berkisar pada angka 1. Sedangkan menurut Sunyoto (2007) dikatakan terjadi multikolinearitas , jika koefisien korelasi antara variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60) atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan cara lain yaitu :

  1. Apabila α hitung > α dan VIF hitung < VIF maka tidak terjadi multikolinearitas
    1. Apabia α hitung < α dan VIF hitung > maka terjadi multikolinearitas

Ada berbagai cara mengatasi multikolinearitas yaitu dengan menghilangkan salah satu atau lebih variabel yang mempunyai koefisien korelasi tinggi atau menyebabkan multikolinearitas , jika tidak dihilangkan maka hanya digunakan untuk memprediksi dan tidak untuk diinterpretasikan.

Strategi Meningkatkan Motivasi


Salah satu cara meningkatkan motivasi dengan menata kembali sebuah
penguasaan yang ada di dalam organisasi dengan memodifikasi setiap tugas
keperawatan agar dapat meningkatkan sebuah tanggung jawab, onomi dan
mengembangan sikap profesional, diantarannya sebagai berikut

  1. Job Rotation
  2. Job Enlergement
  3. Job Enrichment

Bentuk – Bentuk Komunikasi


Menurut Effendy (2000 : 17) Bentuk – bentuk komunikasi adalah
sebagai berikut :

  1. Komunikasi vertikal
    Komunikasi vertikal adalah suatu komunikasi dari atas ke bawah serta
    juga dari bawah ke arah atas atau juga komunikasi dari pimpinan ke
    bawahan atau juga dari bawahan ke pimpinan dengan secara timbal
    balik. komunikasi vertikal yang terjadi secara formal
  2. Komunikasi horisontal
    Komunikasi horisontal adalah suatu komunikasi dengan secara
    mendatar, sebagai contoh komunikasi antara karyawan dengan
    karyawan yang lainnya serta juga komunikasi ini sering sekali
    berlangsung tidak formal.
  3. Komunikasi diagonal
    Komunikasi diagonal sering juga disebut dengan komunikasi silang
    adalah seseorang dengan orang yang lain yang satu dengan yang
    lainnya juga yang berbeda dalam kedudukan serta juga bagian

Pengertian Motivasi Kerja


Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada
para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya
mendorong bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan
semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu
karyawan mau bekerja sama, bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi (Hasibuan & Melayu, 2016: 143).
Motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan
ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan (Robbins dan Judge
dalam Andriani dan Widiawati, 2017). Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran
dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan
eksternal perusahaan (Afandi, 2016: 12).
Armstrong dalam Jeffrey dan Dantes (2017), mendefinisikan motivasi
sebagai kekuatan yang memberi energi, mengarahkan, dan mempertahankan
perilaku. Ini berkaitan dengan kekuatan dan arah perilaku, dan faktor-faktor
memengaruhi orang untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Pengertian Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja menurut Afandi (2018:74) adalah sikap atau
penilaian positif yang diberikan oleh seorang karyawan terhadap
pekerjaannya yang dipengaruhi oleh rasa saling menghargai antar sesama
rekan kerja dan pencapaian karyawan tersebut dalam perusahaan. Hal ini
sama dengan pengertian kepuasan kerja menurut Sutrisno (2019:74) yang
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap seorang karyawan
terhadap situasi dan kondisi pekerjaan yangt meliputi kerja sama antar
rekan kerja, insentif yang diperoleh, serta hal-hal lain yang menyangkut
aspek fisik dan psikologis. Pengertian kepuasan kerja lainnya
dikemukakan oleh Rivai (2015:620), yaitu evaluasi yang dilakukan oleh
seorang karyawan terhadap pekerjaannya berupa perasaan senang, tidak
senang, puas, atau tidak puas.
Berdasarkan definisi mengenai kepuasan kerja di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan emosional
yang dirasakan oleh seorang karyawan terhadap pekerjaanya, yang
muncul pada saat harapan karyawan tersebut sebanding dengan
kompensasi yang diberikan oleh perusahaan, sehingga karyawan tersebut
dapat memenuhi semua kebutuhannya

Urgensi Kepemimpinan dalam Islam


Kepemimpinan ialah suatu aspek yang dianggap urgent (penting)
di dalam Islam. Lantaran aspek kepemimpinan memiliki dampak yang
sangat besar bagi seluruh kehidupan umat atau rakyat pada suatu negeri.
Pentingnya kepemimpinan di dalam Islam lantaran cakupannya bukan
hanya mencakup dimensi duniawi saja, akan tetapi lebih daripada itu
termasuk dimensi ukhrowi (akidah) (Prasetyo, 2014 : 27).
Hukum pentingnya memilih pemimpin di dalam Islam termasuk
kedalam fardhu kifayah, kepemimpinan diartikan dengan makna khalifah
yang berarti “wakil”. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang (khalifah) di
muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
engkau dan mensucikan engkau?” Allah berfirman: “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah:30).
Perkataan mengenai khalifah merupakan penghubung atau
pemimpin yang diserahi atau diamanati untuk memimpin atau
menyampaikan sesuatu; khalifah disini yang dimaksud pada ayat diatas
adalah Nabi Adam AS. Rasyid Ridla al-Manar, mengatakan khalifah
merupakan sosok manusia yang dibekali kelebihan akal pikiran serta
pengetahuan untuk mengatur. Mustafa al-Maraghi, mengatakan bahwa
khalifah merupakan wakil Tuhan di muka bumi (khalifah fil ardli). Dalam
istilah lain, kepemimpinan juga memiliki makna “Imam”, yang artinya
pemuka agama serta pemimpin spiritual yang diteladani dan dilaksanakan
fatwanya. Istilah atau perkataan khalifah ini mulai dikenal setelah
Rasulullah SAW wafat (Prasetyo, 2014 : 9).
Dalam kaidah hukum Islam seorang yang layak dijadikan sebagai
seorang pemimpin ialah yang memiliki kemampuan intelektual dan
spiritual yang unggul; akhlak atau moralitas yang tinggi; kemampuan
menjadi pelayan umat yang adil; amanah, jujur dan sidik (Mufti, 2015:50).
Kepemimpinan Islam merupakan perwujudan dari keimanan dan
amal saleh. Seorang pemimpin yang mementingkan diri dan hanya
bertujuan untuk kebendaan, penumupukan harta, bukanlah kepemimpinan
Islam yang sebenarnya meskipun pemimpin tersebut beragam Islam.
Karena tidak semua orang layak, mampu atau berhak menjadi seorang
pemimpin (Mufti, 2015:50).
Jika, seorang pemimpin lebih mendahulukan kepentingan umatnya
dibandingkan kepentingan pribadinya, itulah pemimpin umat Islam yang
sesungguhnya, setelah umat atau rakyat menjadi prioritas utama seorang
pemimpin tentunya diharapkan mampu memotivasi serta mengarahkan
umat dimana setiap pergerakannya selaras dengan kaidah atau pedoman di
dalam Al-Quran serta hadist lantaran demi tercapainya tujuan (Mufti,
2015:50).

Fungsi Kepemimpinan

Sutikno (2014) menjelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif harus
dipelajari dan diraih. Upaya untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif,
maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai fungsinya. Secara
operasional kepemimpinan dapat dbedakan menjadi lima fungsi pokok yaitu:
a. Fungsi instruktif
Fungsi instruktif ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan
kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan apabila
pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orangorang yang dipimpinnya.
c. Fungsi partisipasi
Pemimpin dalam hal ini berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang atau
menetapkan keputusan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan 
dari pimpinan. Fungsi delegasi diwujudkan pemimpin untuk kemajuan dan
perkembangan organisasinya tidak mungkin dijalankan pemimpin sendiri.
e. Fungsi pengendalian
Kepemimpinan yang sukses harus mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan
terc apainya tujuan bersama secara maksimal

Teori Kepemimpinan

Path Goal Teori ini dikembangkan oleh Robert House dalam Robbins (2015), yang menyatakan bahwa tugas dari pemimpin untuk membantu para pengikut dalam memperoleh tujuan mereka dan untuk menyediakan pengarahan atau dukungan untuk memastikan bahwa tujuan mereka sesuai dengan keseluruhan tujuan dari kelompok atau organisasi. Robert House dalam Robbins (2015) menggabungkan empat tipe atau gaya kepemimpinan yang utama, yaitu : 1. Kepemimpinan direktif. Gaya ini serupa dengan gaya pemimpin otoriter lippit dan white. Bawahan mengetahui dengan pasti apa 8 yang diharapkan dari mereka dan pemimpin memberikan pengarahan yang spesifik. Tidak ada partisipasi dari bawahan. 2. Kepemimpina suportif. Gaya kepemimpinan ini memiliki sikap ramah, mudah didekati dan menunjukkan perhatian tulus untuk bawahan. 3. Kepemimpinan partisipatif. Pemimpin meminta dan menggunakan saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. 4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi. Pemimpin mengatur tujuan yang menantang bawahan untuk menunjukkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan mencapai tujuan dan memiliki kinerja yang lebih baik

Kepemimpinan Otentik


Kepemimpinan Otentik mengacu pada Teori Perilaku(Behavioral
Theories) yang dikembangkan oleh Robbins dan Judge (2008), teori
perilaku kepemimpinan tumbuh sebagai hasil dari ketidakpuasan
terhadap teori sifat karena dinilai tidak dapat menjelaskan efektivitas
kepemimpinan dan gerak hubungan antar manusia. Teori ini percaya
bahwa perilaku pemimpin secara langsung memengaruhi efektivitas
kelompok. Pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya
untuk memengaruhi orang lain dengan efektif. Dalam teori
kepemimpinan ini yang menjadi fokus adalah tindakan dari seseorang
pemimpin, bukan melihat kualitas mental atau internal. Pemimpin
Otentik adalah seorang pemimpin yang memiliki kepercayaan diri,
optimisme, harapan, efisiensi dan ketahanan. Pemimpin yang
mengadaptasi Kepemimpinan Otentik memiliki nilai dan perspektif
moral yang jelas, memiliki pandangan positif ke depan dan
menempatkan karyawan untuk dapat menjadi pemimpin dikepentingan
yang tinggi (Avolio et al., 2004).
Melalui Artikel yang dipakai sebagai acuan, Qiu et al. (2019)
mengusulkan model kepemimpinan otentik tingkat tinggi. Teori
kepemimpinan otentik dikembangkan pertama kali oleh Avolio dan
Luthans pada tahun 2003, di kalangan akademisi teori ini termasuk
salah satu teori kepemimpinan yang terbaru yang pada awalnya
dikonseptualisasikan pada akhir 1970, lalu pada awal tahun 2000
dilakukan penelitian lebih mendalam untuk menelusuri konsep ini
(Avolio & Garner, 2005).commit to user
Avolio, Luthans, dan Walumbwa (2004) mengemukakan bahwa
pemimpin otentik sangat paham dengan apa yang ada di dalam dirinya
(deeply aware) dalam berpikir dan bertindak, orang lain beranggapan
bahwa pemimpin otentik adalah seseorang yang memiliki nilai moral
yang baik, optimisme, memiliki harapan, berwawasan luas, dan sadar
akan kemampuan yang ada pada dirinya dan orang lain. Pemimpin
otentik menggunakan konsep pengetahuan diri (selfknowledge) untuk
mengenali dan mengatasi kekurangan yang ada dalam dirinya dalam
memimpin (Walumbwa et al., 2008) Pemimpin otentik juga memiliki
konsistensi dan kedisiplinan yang baik dalam mencapai tujuan dan
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam dirinya (George, 2003).
Pemimpin otentik memiliki standar dan nilai-nilai moral internal
yang tinggi, pemimpin mewakili model peran untuk memberikan isyarat
perilaku dan bimbingan bagi pengikut untuk ditiru (Bandura, 1997).
Pemimpin otentik memimpin dengan memberi contoh kepada pengikut
ketika menampakkan kepercayaan, harapan, dan optimisme di tempat
kerja. Pemimpin otentik secara obyektif mengevaluasi semua informasi
yang relevan ketika membuat keputusan, dengan begitu pemimpin
otentik mampu menciptakan lingkungan yang adil dan terbuka di tempat
kerja. Pada tempat kerja seperti itu, karyawan akan memiliki kesadaran
untuk saling membantu orang lain dan didorong untuk melakukannya
(Walumbwa, Wang, Schaubroeck, & Avolio, 2010).
Walumbwa et al. (2018) mengidentifikasi empat komponen untuk
menjelaskan Kepemimpinan Otentik, antara lain :
a. Pemahaman diri (Self awareness), kemampuan seorang pemimpin
dalam memandang dan menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri
serta dapat menyadari dampak perbuatannya.
b. Transparansi hubungan (Relational transparancy), mengarah pada
bagaimana seorang pemimpin menampilkan sifat diri yangcommit to user
sesungguhnya kepada orang lain. Perilaku ini mengacu pada
keterbukaan informasi dan relasi.
c. Pengelolaan yang seimbang (Balanced processing), mengacu pada
sikap objektif seorang pemimpin dalam menganalisa data yang
relevan ketika mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat
serta bagaimana pemimpin merespon pandangan orang lain yang
bertentangan.
d. Moral yang di Internalisasi (Internalized moral perspective),
menunjukkan konsistensi dan keyakinan dasar yang dimiliki
pemimpin yang dapat dilihat melalui sikap, perilaku dan tindakan
dalam sehari-hari

Pengaruh Kepuasan Kerja


Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam
menjalankan tugas yang dibebankan di perusahaan ( Kartika, 2018), dan akan
berpengaruh terhadap :

  1. Terhadap produktifitas
    Performa kerja yang unggul akan menciptakan keberhasilan dan pencapaian
    perusahaan. Disamping itu kepuasan kerja yang akan dirasakan oleh tenaga kerja
    hanya jika mereka mempresepsikan bahwa apa yang telah dicapai oleh perusahaan
    sesuai dengan produktifitas kerja yang dilakukan dan sesuai dengan apa yang mereka
    terima.
  2. Ketidakhadiran
    Tingkat ketidakhadiran yang tinggi mencerminkan ketidakpuasan kerja
    seseorang yang sifatnya spontan.
  3. Keluarnya pekerja
    Dampak dari keluarnya karyawan atau mengundurkan diri dari perusahaan
    mempunyai akibat ekonomis yang cukup besar bagi perusahaan, hal ini kemungkinan
    diindikasi oleh tingkat kepuasan kerja yang rendah.

Unsur – Unsur Bauran Pemasaran


Menurut Mc.Charty dalam Kotler dan Keller (2016) terdapat
empat unsur-unsur bauran pemasaran produk yaitu sebagai berikut :
a) Product (Produk)
“Product (produk) yaitu sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
dapat diperhatikan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.”
b) Price (Harga)
“Price (harga) yaitu Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen
untuk mendapatkan produk dan atau jasa dimana nilainya
ditetapkan oleh penjual dan pembeli melalui tawar-menawar, atau
ditetapkan oleh penjual dengan satu nilai yang sama terhadap
semua pembeli.”
c) Place (Tempat)
“Place (tempat) yaitu saluran distribusi yang mencakup lokasi,
pergudangan, transportasi, dan sebagainya yang digunakan untuk
mencapai taget perusahaan.”
d) Promotion (Promosi)
Promotion (promosi) yaitu suatu kegiatan yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi mengenai suatu produk dan atau
jasa, serta sebagai sarana membujuk dan mempengaruhi,
konsumen.

Dimensi Orientasi Belanja


Menurut Seock dalam Kusuma dan Septarini (2013) menyatakan bahwa
orientasi belanja memiliki tujuh dimensi, yaitu:

  1. Shopping enjoyment
    Yang merupakan kesenangan individu ketika melakukan belanja.
  2. Brand/fashion consciousness
    Yang merupakan kesadaran individu terhadap harga merek atau mode
    busana.
  3. Price consciousness
    Yang merupakan kesadaran individu terhadap harga produk.
  4. Shopping confidence
    Yang merupakan kepercayaan individu terhadap kemampuan
    berbelanjanya.
  5. Convinience/time consciuosness
    Yang merupakan kesadaran individu terhadap waktu dan kenyamanan
    ketika berbelanja.
  6. In-home shopping tendency
    Yang merupakan kecenderungan individu untuk melakukan pembelian
    dengan tidak keluar rumah.
  7. Brand/store loyalty
    Yang merupakan kesetiaan individu terhadap merek dan toko ketika
    melakukan kegiatan berbelanja

Perilaku Pasca pembelian


Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat
produk dibeli, melainkan berkelanjutan hingga periode pasca
pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tidakan pasca pembelian dan pelakaian produk pasca pembelian.

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan DenganKomitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi


Menurut Kreitner (2014:180), “komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu
konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi
dengan organisasinya, dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk
melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Komitmen organisasi adalah
identifikasi dan ikatan seseorang pada sebuah organisasi. Komitmen organisasi
merupakan sikap kerja yang penting karena orang-orang yang memiliki komitmen
diharapkan menunjukkan kesediaan untuk bekerja lebih keras demi mencapai
tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk tetap bekerja di
suatu perusahaan. Seseorang yang sangat berkomitmen mungkin akan melihat
dirinya sebagai anggota sejati dari sebuah perusahaan, merujuk pada organisasi
dalam hal pribadi, mengabaikan sumber ketidakpuasan kecil, dan melihat dirinya
tetap sebagai anggota organisasi. Hal ini akan meningkatkan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan dan mendukung tercapainya tujuan perusahaan

Atribut produk


Atribut produk menurut Kotler dan Armstrong (2012 : 254), yaitu :
(1) Product Quality (kualitas produk)
Kualitas produk merupakan salah satu alat positioning yang utama bagi
pemasar. Kualitas memiliki dampak langsung pada kinerja produk dan
jasa, sehingga hall ini terkait dengan nilai pelanggan dan kepuasan.
(2) Product Features (fitur produk)
Sebuah produk dapat ditawarkan dalam beragam fitur. Perusahaan dapat
menciptakan tingkat model yang lebih tinggi dengan menambahkan lebih
banyak fitur. Fitur adalah sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan
produk perusahaan dari produk pesaing. Menjadi produsen pertama yang
memperkenalkan fitur baru yang bernilai adalah salah satu cara paling
efektif untuk bersaing.
(3) Product design and style (gaya dan desain produk )
Merupakan cara lain untuk menambah nilai pelanggan melalui gaya dan
dan desain produk. Desain adalah konsep lebih besar daripada gaya. Gaya
hanya menggambarkan penampilan produk. Desain adalah jantung
produk. Desain yang baik dimulai dengan pemahaman mendalam tentang
kebutuhan pelanggan

Faktor-Faktor Komunikasi Pemasaran

  1. Jenia Pasar Produk (Type Of Product Market)
    Pemasar konsumen cenderung menghabiskan lebih
    banyak uang untuk promosi penjualan dan periklanan;
    pemasar bisnis cenderung menghabiskan lebih banyak
    uang untuk penjualan personal. Secara umum, penjualan
    personal lebih banyak digunakan untuk barang-barang
    yang kompleks, mahal, berisiko dan di pasar dengan
    jumlah penjual yang lebih sedikit dan lebih besar.
  2. Tahap Kesiapan Pembeli (Buyer-Readiness Stage)
    Alat komunikasi memiliki efektivitas biaya yang
    berbeda-beda pada berbagai tahap kesiapan pembeli.
    Iklan dan publisitas memainkan peran yang paling
    penting dalam tahap pembangunan kesadaran.
    Pemahaman pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan
    penjualan personal. Keyakinan pelanggan sebagian besar
    dipengaruhi oleh penjualan personal. Penjualan personal
    dan promosi penjualan paling membantu dalam menutup
    penjualan. Pemesanan ulang juga sebagian besar
    dipengaruhi oleh penjualan personal, promosi penjualan
    dan sedikit oleh iklan pengingat. Perhatikan juga bahwa
    aktivitas online dapat mempengaruhi hampir semua
    tahap.
  3. Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life-Cycle Stage)
    Dalam tahap pengenalan siklus hidup produk, iklan,
    acara, pengalaman, dan publisitas memiliki efektivitas
    biaya tertinggi, diikuti oleh penjualan personal untuk
    mendapatkan cakupan distribusi dan promosi penjualan
    serta pemasaran langsung untuk mendorong uji coba.
    Dalam tahap pertumbuhan, permintaan memiliki
    momentumnya sendiri melalui promosi dari mulut ke
    mulut dan pemasaran interaktif. Iklan, acara,
    pengalaman dan penjualan personal menjadi lebih
    penting pada tahap kedewasaan. Pada tahap penurunan,
    penjualan promosi terus kuat, alat komunikasi lainnya
    berkurang, dan tenaga penjualan hanya memberikan
    produk perhatian minimal (Kotler & Keller, 2016:599).

Ruang Lingkup Public Relations


Menurut Dozier & Broom, dalam (Ruslan,2016) buku manajemen Public
Relations & media komunikasi: konsepsi & aplikasi. Ruang lingkup Public
Relations dalam sebuah organisasi atau lembaga antara lain meliputi aktifitas
sebagai berikut:

  1. Membina hubungan ke dalam (Public Internal)
    Yang dimaksud dengan public internal adalah publik yang menjadi
    bagian dari unit, badan perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang
    Public Relations harus mampu mengidentifikasi dan mengenali hal-
    hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat,
    sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.
  2. Membina hubungan keluar (Public External)
    Yang dimaksud public external adalah publik umum (masyarakat).
    Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif
    terhadap lembaga yang diwakilinya.
    Menurut Cutlip dan rekan dalam (Maudi, 2018) ruang lingkup pekerjaan Public
    Relations yang dapat dibagi menjadi enam bidang pekerjaan, yaitu;
  3. Publisitas
    Kegiatan menempatkan berita di media massa.
  4. Pemasaran
    Menarik dan memuaskan klien atau pelanggan dalam jangka panjang
    dalam upaya mencapai tujuan ekonomi perusahaan.
  5. Public Affairs
    Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan
    komunitas untuk mempengaruhi kebijakan publik.
  6. Manajemen Issu
    Upaya organisasi atau perusahaan untuk melihat kecendrungan isu
    atau opini publik yang muncul ditengah masyarakat dalam upaya
    organisasi atau perusahaan untuk memberikan tanggapan atau respon
    yang sebaik-baiknya.
  7. Lobi
    Kegiatan membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah
    untuk mempengaruhi peraturan dan perundang-undangan.
  8. Hubungan Investor
    Kegiatan membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
    menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak lainnya untuk
    memaksimalkan nilai pasar

Indikator Citra Merek


Menurut (Kotler, 2012) menyatakan bahwa citra merek dapat diukur
dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1) Kekuatan(strengthness)
Kekuatan produk merupakan keunggulan yang dimilki suatu merek
produk yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek produk
lain
2) Keunikan(uniqueness)
Keunikan suatu produk yaitu tingkat pembeda produk dari
pesaingnya, kesan ini didapat konsumen atas atribut yang dimiliki
suatu produk yang tidak dimiliki produk lainnya.
3) Keunggulan(favorable)
Keunggulan suatu merek merupakan kemudahan suatu merek
produk yang mudah diucapkan oleh konsumen, mudah diingat dan
produk menjadi favorit konsumen

Price (harga)


Price atau harga adalah faktor positioning kunci dan harus
diputuskan dalam hubungannya dengan pasar sasaran. Kotler dan Keller
(2009 : 151).
Menurut Tjiptono (2008:152) dalam Saputro, dkk (2016),
berdasarkan sudut pandang konsumen, harga sering kali digunakan
sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan sebagai
manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan jasa. Harga akan menjadi
pertimbangan yang cukup penting bagi pelanggan dalam memutuskan
pembeliannya, pelanggan akan membandingkan harga dari produk pilihan
mereka kemudian akan mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai dengan
nilai produk, serta jumlah uang yang harus mereka keluarkan.
Menurut Tjiptono (2007:151), Harga merupakan satuan moneter atau
ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Indikator harga yang digunakan, yaitu;
a. Keterjangkauan harga
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
c. Daya saing harga
d. Kesesuaian harga dengan manfaat produksi
e. Harga mempengaruhi daya beli konsumen.
Tandjung (2004:78) menyatakan bahwa harga adalah jumlah uang
telah disepakati oleh calon pembeli dan penjual untuk ditukar dengan
barang atau jasa dalam transaksi bisnis normal. Penetapan harga adalah
yang paling kruisal dan sulit di antara unsur-unsur dalam bauran
pemasaran ritel.

Pengertian Kepercayaan Merek


Menurut Kotler dan Keller (2016) kepercayaan yaitu kesediaan
perusahaan untuk mengandalkan mitra bisnisnya. Hal ini tergantung
pada banyak faktor interpersonal dan antar organisasi-organisasi
seperti, kompetensi, integritas, kejujuran, dan kebijakan. Interaksi
dapat berupa interaksi dengan karyawan di perusahaan, pendapat dan
kepercayaan terhadap perusahaan secara keseluruhan tumbuh dengan
pengalaman.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong dalam Mahendra dan
Putri (2022) kepercayaan merek merupakan kondisi dimana seorang
konsumen menaruh suatu kepercayaan terhadap merek yang memiliki
tingkat resiko yang tinggi namun ekspektasi yang tinggi turut pula
menghasilkan sesuatu yang positif. Berdasarkan beberapa pengertian
mengenai kepercayaan merek diatas, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa kepercayaan merek adalah suatu pandangan
seseorang terhadap produk dengan melihat kualitas yang ada pada
produk tertentu sehingga menciptakan rasa percaya pada produk
tertentu

Faktor yang Mempengaruhi Brand Awareness


Menurut (Herdana, 2015) yang mempengaruhi brand awareness, yaitu :
1) Kualitas Produk
Produk yang memuaskan pelanggan dinilai dapat memenuhi
keinginan dan harapan pelanggan.
2) Advertising (Periklanan)
Iklan merupakan alat komunikasi perusahaan untuk menyampaikan
informasi sebuah produk ataupun merek kepada pelanggan.
3) Promosi
Promosi merupakan aktivitas menyampikan kelebihan dari produk
tersebut serta membujuk pelanggan untuk membelinya

Theory Brand Of Personality


Kepribadian merek menurut David Aker dalam jurnal academic research Isa
Cardosa (2013: 2) adalah seperangkat karakteristik manusia yang dikaitkan
dengan merek. Kepribadian merek menurut Kotler (2008:171), adalah bauran
khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan merek tertentu.
Pemberian karakteristik personal pada merek, bisa membuat merek bersangkutan
lebih berdaya tarik bagi konsumen yang ingin berafiliasi dengan merek-merek
yang memiliki kepribadian yang diidam-idamkan (Tjiptono, Fandy 2011:59).
Kepribadian dapat dikatakan sebagai keseluruhan pemikiran dan perasaannya
terhadap diri sendiri Sirgi (Ferinadewi, 2008:154).
Kepribadian merek sesungguhnya merupakan respon emosional konsumen
terhadap merek yang membedakannya dengan merek pesaingnya. Oleh karena itu
kepribadian merek penting untuk diciptakan agar mendapat respon emosional
yang berbeda dengan merek lain. Bagi manajer pemasaran, hal yang perlu diingat
dalam merancang strategi mereknya adalah kecendrungan konsumen untuk secara
konsisten mengkonsumsi merek yang sama dalam jangka waktu yang lama agar
dapat menggambarkan kepribadiannya Ferrinadewi (2008:158).

Definisi Preferensi Merek (Brand Preference)


Brand preference didefinisikan sebagai kecenderungan konsumen terhadap
merek yang bervariasi tergantung pada keyakinan penting yang dimiliki pada waktu
tertentu; bias konsumen terhadap merek tertentu; sejauh mana konsumen menyukai
satu merek dibandingkan merek lain (Ebrahim dalam Ngurah Bagus dan I Putu
Miartana, 2018: 103). Terdapat 3 (tiga) pengertian di dalam brand preference yaitu
nilai, budaya, dan kepribadian. Disamping itu, merek juga menyatakan nilai, artinya
Elzatta menunjukkan bahwa nilai mereknya adalah efisien. Konsumen yang
membutuhkan komunikasi yang cepat, mungkin berpikir bahwa efisiensi
merupakan hal yang penting dari suatu produk, merek mencerminkan budaya
tertentu. Misalnya Elzatta mencerminkan muslim fashion dengan corak khas
nusantara. Konsumen cenderung akan memilih produk yang sesuai dengan budaya
atau kebiasaannya. Merek juga bisa memproyeksikan kepribadian tertentu, artinya
Elzatta mencerminkan sesuatu yang narutal dan menyenangkan, sehingga
konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk Elzatta mencerminkan
kepribadian tersebut.
Brand preference didefinisikan sebagai segala sesuatu dimana konsumen
lebih memilih brand dari suatu produk berdasarkan pengalaman pertamanya di
dalam menggunakan brand tersebut dibandingkan dengan brand lain yang sejenis.
Sutisna berpendapat bahwa brand preference juga diartikan sebagai keyakinan atau
informasi yang diterima oleh konsumen yang akan mempengaruhi perilakunya
untuk memilih suatu merek tertentu untuk dibeli (Ngurah Bagus dan I Putu
Miartana, 2018: 105). Berdasarkan beberapa definisi, maka brand preference
diartikan sebagai kecenderungan konsumen untuk memilih suatu merek dibanding
merek lainnya.

Pengaruh Brand Equity, Brand Awareness dan Brand PersonalityTerhadap Brand Loyalty


Dalam proses pengambilan keputusan setelah mendapat informasi tentang
merek-merek produk yang dapat memenuhi kebutuhan, langkah selanjutnya yang
diambil konsumen adalah mengevaluasi dan menyeleksi dari suatu kelompok
merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan
diputuskan untuk dibeli. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek
tersebut tidak akan dipertimbangkan di benak konsumen, sehingga brand equity,
brand awareness dan brand personality akan berdampak positif dan signifikan
pada brand loyalty

Dimensi Value-Image Congruence


Untuk mengukur seberapa jauh value-image congruence telah
terbentuk atau tidak, maka harus diukur berdasarkan pada kedua dimensi
dari value proposition dengan dimensi dari image congruence tersebut, guna
menciptakan dimensi baru. Dimensi yang dijadikan parameter untuk value
proposition dikemukakan oleh Osterwalder & Pigneur (2010):

  1. Newness
    Merupakan komponen dari value proposition dimana perusahaan
    menawarkan sesuatu yang baru bagi pelanggan dimana penawaran
    tersebut dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Misal dalam
    smartphone setiap produk terbaru yang dikeluarkan selalu
    menawarkan fitur-fitur baru yang sebelumnya tidak pernah
    ditawarkan oleh merek smartphone lainnya.
  2. Performance
    Merupakan penciptaan nilai dengan cara meningkatkan kinerja
    suatu produk atau layanan, guna menciptakan produk atau layanan
    yang lebih baik. Sebagai contoh produsen smartphone
    meningkatkan kemampuan prosesor smartphone untuk
    memaksimalkan penggunaan smartphone.
  3. Customization
    Merupakan penciptaan nilai dengan menyesuaikan produk dan
    layanan dengan spesifik kebutuhan pelanggan individu atau
    pelanggan pada sebuah segmen tertentu. Sebagai contoh pada saat
    ini kustomisasi yang sedang gencar dilakukan oleh para produsen
    smartphone adalah peningkatan kemampuan prosesor dan kamera
    yang ada pada smartphone, hal ini dikarenakan kedua aspek
    tersebut memiliki segmen pasar yang cukup besar dalam kalangan
    para pengguna smartphone.
  4. Getting the job done
    Merupakan penciptaan nilai dengan hanya membantu pelanggan
    melakukan pekerjaan tertentu. Sebagai contoh adalah Samsung
    yang bekerjama dengan pihak Instagram guna membuat mode
    khusus Instagram didalam smartphone terbaru dari Samsung, hal
    ini untuk membantu para pegguna Instagram khususnya yang
    menggunakan media Instagram untuk melakukan pekerjaannya
    seperti salah satunya para endorsement produk.
  5. Design
    Merupakan komponen penting dari penciptaan nilai dari sebuah
    produk ataupun layanan, akan tetapi sulit untuk mengukur hal
    tersebut. Suatu produk maupun jasa dapat unggul di pasar bisa jadi
    karena hanya design yang dimiliki. Contoh paling mudah ialah
    produk smartphone dari Apple memiliki design logo yang
    dianggap memiliki keistimewaan tersendiri bagi para
    penggunanya.
  6. Brand/status
    Merupakan penciptaan nilai bagi pelanggan dengan memberikan
    status kepada pelanggan. Seperti halnya status ekonomi yang
    dapat dinilai dengan melihat smartphone yang digunakannya.
  7. Price
    Merupakan penciptaan nilai dengan menawarkan harga yang lebih
    rendah untuk sebuah produk atau layanan untuk memenuhi
    kebutuhan pelanggan dengan segmen yang sensitif terhadap harga.
    Misalnya Xiomi mengeluarkan produk dengan spesifikasi
    mumpuni namun dengan harga yang rendah, dan hal ini dinilai
    sukses dalam merebut pangsa pasar dengan segmen pelanggan
    yang memiliki pertimbangan khusus pada harga dari sebuah
    smartphone.
  8. Cost reduction
    Merupakan penciptaan nilai dengan membantu pelanggan dalam
    mengurangi biaya dari aktivitas yang dilakukan. Contohnya
    smartphone kini hadir untuk membantu pelanggan dalam
    melakukan berbagai aktivitas, seperti mengambil foto atau video,
    mengolah data, mengirim pesan, dan lain sebagainya.
  9. Risk reduction
    Penciptaan nilai dengan memberi pelanggan dalam pengurangan
    risiko yang mereka tanggung saat membeli produk atau layanan
    dari sebuah merek. Contohnya para produsen memberikan garansi
    dalam bentuk perbaikan atas kerusakan.
  10. Accessibility
    Penciptaan nilai dengan menyediakan produk dan layanan bagi
    pelanggan yang sebelumnya tidak memiliki akses ke mereka.
    Contohnya seperti teknologi yang diciptakan Razer Phone ketika
    pertama kali menciptakan smartphone game pertama didunia yang
    mana para penggunanya dapat merasakan experience bermain
    game yang lebih baik yang sebelumnya tidak pernah dirasakan di
    smartphone lainnya.
  11. Convenience/usability
    Menciptakan nilai dengan menjadikan sesuatu lebih nyaman atau
    lebih mudah digunakan oleh pelanggan. Contohnya Apple yang
    menawarkan iPod dan iTunes kepada pelanggan untuk kemudahan
    dalam mencari, membeli, mengunduh, dan mendengarkan musik
    digital.
    Selain dari komponen dari value proposition tentunya perlu dilihat
    juga komponen dari image congruence guna dapat menemukan kesesuaian
    antara kedua variable tersebut dan dapat membentuk sebuah komponen atau
    dimensi baru. Menurut Sirgy (1982) menunjukkan bahwa image congruence
    memiliki empat komponen utama, yaitu:
  12. Self-Image Congruence
    Merupakan kecenderungan pelanggan memiliki sikap yang baik
    dan niat beli terhadap produk / merek yang dianggap sesuai
    dengan citra diri mereka (Graeff, 1996).
  13. Ideal Image Congruence
    Merupakan prilaku seseorang yang didasarkan pada keinginan
    untuk memperlihatkan diri pada orang lain yang mana prilaku
    tersebut dilakukan secara konsisten.
  14. Social Image Congruence
    Merupakan kecenderungan dalam berperilaku seseorang yang sesuai
    dengan apa yang orang lain rasakan karena kebutuhan akan
    konsistensi sosial.
  15. Ideal Social Image Congruence
    Merupakan persetujuan sosial memungkinkan orang untuk
    berperilaku dengan cara yang konsisten dengan bagaimana

Pengertian Pemasaran


Pemasaran berasal dari kata pasar atau dapat diartikan pula dalam konteks
tradisional “tempat orang jual beli”.(Petri et al. n.d.) American Marketing
Association (AMA) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan
pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide-ide, barang-
barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-
tujuan individu dan organisasi.(Anon n.d.)
Sedangkan Philip Kotler yang menyatakan bahwa pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai
satu sama lain.(Petri et al. n.d.) Stanton (2008:34) mengemukakan pengertian
pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk
yang dapat memuaskan keinginan dalam mencapai tujuan perusahaan.(Dinggon,
Lumanauw, and Trang 2015)
Dari definisi-definisi tersebut maka pemasaran merupakan usaha untuk
menggabungkan rencana-rencana dan strategi yang mengarah kepada pertukaran
produk dan nilai-nilai untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan pemasaran
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dimana
kepuasan konsumen merupakan tujuan akhir dari pemasaran.

Indikator Kualitas Produk


Indikator Kualitas Produk Dimensi kualitas produk menurut Lupiyoadi
(2015) dalam Tjiptono, (2016) adalah:

  1. Kinerja (Performance), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
    dari sebuah produk.
  2. Daya tahan (Durability), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
    bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
    besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin
    besar pula daya produk.
  3. Fitur (Features), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
    menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
    terhadap produk.
  4. Reliabilitas (Reliability), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
    dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
    kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
    diandalkan.
  5. Estetika (Aesthetics), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk.
  6. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta
    kompetensi dan keramah tamahan staf layanan

Fungsi Citra Merek (Brand Image)


Fungsi Brand Image terhadap peusahaan adalah untuk mempertahankan
dan memperkembangkan suatu produk agar konsumen semakin yakin dengan
produk tersebut. Selain itu, perusahaan dapat memiliki segmen pasar dan kelas
yang lebih tinggi di mata konsumen, serta memiliki saluran distribusi produk
lebih banyak. Menurur Keller (2000) citra merek adalah persepsi konsumen
terhadap citra merek produk yang akan dikonsumsi atau dipakai. Kerby, 2004
menunjukkan empat elemen penting dalam citra merek (Brand Image)
diantaranya:
a) Ketahanan yaitu hubungan antara mutu dan citra merek suatu produk
b) Kesesuaian yaitu kesesuaian antara pembeda pada merek dan citra merek
yang ingin ditampilkan dati suatu produk.
c) Keseksamaan yaitu sejauh mana brand image secara konstan ingin
ditampilkan
d) Konotasi yaitu pelanggan beranggapan karakteristik merek produk sejenis
yang diterima, konsumen menemukan satu merek yang tisak sama dari
merek produk yang lainnya

Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian


Pada penelitian Mega Yunita (2017:27), dengan judul jurnal “Pengaruh
Kualitas Produk, Citra Merek Dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan
Pembelian Shampoo Sunsilk Pada Indomaret Wilayah Pasar Minggu Jakarta
Selatan” menyatakan kualitas produk memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian shampoo Sunsilk pada Indomaret
wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.. Artinya, semakin bagus kualitas suatu
produk maka semakin cepat konsumen memutuskan pembelian atas produk
tersebut

Proses Keputusan Pembelian


Menurut Kotler dan Keller (2016:195) ada lima tahapan dalam proses
pengambilan keputusan, yakni :
(1) Identification Masalah (Problem Recognition)
Sebelum memutuskan untuk membeli, konsumen terlebih dahulu
dihadapkan pada suatu masalah. Masalah disini adalah kebutuhan
akan suatu barang ataupun jasa
(2) Menggali Informasi (Information Search)
Konsumen akan berusaha menggali informasi lebih banyak dan
lengkap dari berbagai sumber, untuk mendapatkan produk yang tepat
sesuai dengan kebutuhan mereka.
(3) Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternatives)
Pada tahapan ini, yang menjadi pertimbangan adalah: kemampuan /
daya beli konsumen pada suatu barang/jasa, manfaat, kualitas, merek
– merek alternatif, dan lain – lain.
(4) Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Setelah konsumen mempertimbangkan berbagai faktor sebelum
membeli, selanjutnya mereka mengambil tindakan keputusan
pembelian pada suatu produk. Hasil keputusan inilah yang dianggap
yang tepat.  
(5) Sikap Setelah Pembelian (Postpurchase Behavior)
Pasca pembelian suatu barang atau jasa, maka akan muncul kepuasan.
Konsumen dikatakan puas apabila apa yang diterimanya sebanding
dengan yang diharapkannya. Sebaliknya, konsumen akan merasa
tidak puas jika apa yang diharapkan berbanding negatif dengan apa
yang diterima

Indikator Respon Konsumen


Respon Konsumen dalam penelitian Eun-ju Seo dan Jin-Woo Park
(2018:39) menghasilkan indikator sebagai berikut :
a) Commitment
Komitmen adalah keadaan psikologis internal yang dianggap terkait
dengan orang atau objek lain, dan merupakan keinginan terus menerus
untuk mempertahankan hubungan
 Saya bangga menjadi pelanggan produk X.
 Saya sangat suka produk X.
b) Brand Preference
Preferensi merek. Preferensi merek berarti bahwa mengingat beberapa
merek yang bersaing di pasar, konsumen cenderung lebih memilih merek
berdasarkan apa yang mereka ketahui dan rasakan tentangnya. (keller
dalam B.Godey et.al 2016:2-6). Preferensi merek biasanya diukur dengan
meminta konsumen untuk menunjukkan merek favorit mereka dari
kategori atau pilihan merek. Studi sebelumnya tentang merek-merek
mewah menggunakan skala preferensi merek tertentu (dalam penelitian
B.Godey et.al 2016:2-6).
c) Price Premium
Harga premium. Harga premium mungkin merupakan anteseden langsung
yang potensial dari perilaku pembelian, (Netemayer et al. dalam
B.Godey et.al 2016:2-6), di mana pengisian baru dapat dilakukan melalui
harga yang lebih tinggi daripada pelanggan yang ingin mengisi lebih
banyak untuk merek mereka, lebih baik daripada yang lain

Indikator Kesadaran Merek


Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) dalam Anang Firmansyah
(2019;40), ada 4 (empat) indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah brand antara lain:
(1) Mengingat kembali (recall)
Seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa
saja yang diingat.
(2) Mengenali (recognition)
Seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk
dalam kategori tertentu.
(3) Pembelian (purchase)
Seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam
alternatif pilihan ketika akan membeli produk/layanan.
(4) Konsumsi (consumption)
Seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika
sedang menggunakan produk/layanan pesaing

Indikator Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari seberapa besar keinginan
pelanggan terhadap apa yang mereka dapatkan dari jasa atau pelayanan jasa
tersebut sesuai dengan kinerja yang mereka dapatkan. Indikator untuk
mengukur kepuasan pelanggan, menurut Indrasari (2019:92) adalah:
a. Kesesuaian harapan
kepuasan tidak diukur secara langsung tetapi disimpulkan berdasarkan
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan
kinerja perusahaan yang sebenarnya.
b. Minat berkunjung kembali
Menunjukkan kepuasan fasilitas yang diukur dari perasaan puas
pelanggan terhadap fasilitas yang telah diberikan dan disediakan oleh
pihak perusahaan.
c. Kesediaan merekomendasikan
kepuasan pelanggan diukur dengan menanyakan apakah pelanggan
akan merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain
seperti, keluarga, teman, dan lainnya.
Menurut Hawkins dan Lonney dikutip dalam Tjiptono, F (2016:101)
indikator kepuasan pelanggan terdiri dari :
a. Kesesuaian harapan
merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja jasa yang diharapkan oleh
konsumen dengan yang dirasakan oleh konsumen.
b. Minat berkunjung kembali
Merupakan kesediaan konsumen untuk berkunjung kembali atau
melakukan pemakaian ulang terhadap jasa terkait.
c. Kesediaan merekomendasikan
merupakan kesediaan konsumen untuk merekomendasikan jasa yang
telah dirasakan kepada teman atau keluarga.
Menurut Kotler & Keller (2016:140) indikator kepuasan pelanggan
terdiri dari :
a. Kesesuaian harapan
Merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja produk yang diharapkan
oleh pelanggan, meliputi :
1). Produk yang diperoleh sesuai atau melebihi dengan yang
diharapkan.
2). Pelayanan oleh karyawan yang diperoleh sesuai atau melebihi
dengan yang diharapkan.
3). Fasilitas penunjang yang didapat sesuai atau melebihi dengan yang
diharapkan.
b. Minat berkunjung kembali
Merupakan kesedian pelanggan untuk berkunjung kembali atau
melakukan pembelian ulang terhadap produk terkait, meliputi:
1). Berminat untuk berkunjung kembali karena pelayanan yang
diberikan oleh karyawan memuaskan.
2). Berminat untuk berkunjung kembali karena manfaat yang diperoleh
setelah mengkonsumsi produk.
3). Berniat untuk berkunjung kembali karena fasilitas penunjang yang
disediakan memadai.
c. Kesediaan merekomendasikan
Merupakan kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk
yang telah dirasakan kepada teman atau keluarga, meliputi :
1). Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli produk yang
ditawarkan karena pelayanan yang memuaskan.
2). Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli produk atau jasa
yang ditawarkan karena fasilitas penunjang yang disediakan memadai.
3). Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli produk yang
ditawarkan karena nilai atau manfaat yang didapat setelah
mengkonsumsi sebuah produk jasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan


Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Firmansyah (2018) faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sebagai berikut:
a. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas jika
mereka mendapatkan pelayanan yang baik dan sesuai dengan harapan.
b. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas jika produk yang
mereka gunakan berkualitas.
c. Harga, yaitu harga yang relatif murah dan produk yang memiliki
kualitas yang sama akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada
pelanggan.
d. Faktor situasi, yaitu keadaan yang dialami pelanggan.
e. Faktor pribadi dari pelanggan, yaitu karakteristik yang sesuai dengan
kebutuhan pribadi

Pengertian Pemasaran


Pemasaran ialah proses dalam masyarakat baik individu ataupun
kelompok mendapatkan sesuai kebutuhan serta keinginan dengan
menciptakan, menawarkan serta dengan bebas menukar produk serta jasa yang
nilainya satu dengan lainnya.“the iAmerican iMarketing iassociation
ioffersitheifollowingiformalidefinitioni:imarketingiisitheiactivityisetiofiinstitut
ion,iandiprocessesiforicreatingicommunicating,idelivering,iandiexchangingi
offeringithatihaveivalueiforicustomers,iclient,ipartners,andisocietyiatilarge”i
KotleridaniKelleri(2016:124-135)
Lebih lanjut dipaparkan “Marketing is the process by which businesses
create value for their customers and build strong relationships with them in
order to get value back from them.”. Maksudnya yakni suatu proses yang
dilakukan perusahaan dalam memberikan nilai untuk pelanggannya serta
mengkonstruksi korelasi yang kuat terhadap pelanggannya supaya
memperoleh value dari konsumennya yang dinilai sebagai suatu imbalannya.
(Kotler & Armstrong, 2017:124-135)
Menurut Laksana (2019:1), Pemasaran ialah bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan kegiatan transaksi produk barang atau jasa. Sehingga
pengertian pasar bukan lagi merujuk kepada suatu tempat tapi lebih kepada
aktifitas atau kegiatan bertemunya penjual dan pembeli dalam menawarkan
suatu produk kepada konsumen.
Menurut Tjiptono dan Diana (2020:3), Pemasaran ialah proses
menciptakan, mendistribusikan, mempromosikan, dan menetapkan harga
barang, jasa dan gagasan untuk memfasilitasi relasi pertukaran yang
memuaskan dengan para konsumen dan untuk membangun serta
mempertahankan relasi yang positif dengan para pemangku kepentingan dalam
lingkungan yang dinamis

Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Keputusan Pembeliaan


Menurut Kotler (2016:454) Inovasi produk merupakan
kombinasi dari berbagai jenis tahapan ataupun proses yang saling
mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut Myres dan
Marquis dalam Kotler (2016) Inovasi produk merupakan gabungan
dari bermacam-macam proses yang saling berpengaruh antara satu
sama lain, yang mana semakin meningkat inovasi suatu produk maka
akan semakin tinggi juga ketertarikan masyarakat pada produk
tersebut. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahawa inovasi
produk merupakan kombinasi dari beragam tahapan ataupun proses
mulai dari muncul nya konsep atau sebuah ide baru hingga terciptanya
sebuah produk yang berbeda dari produk yang sudah ada tujuannya
agar konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian serta
perusahaan dapat memiliki keunggulan kompetitif dalam pesaingnya
yang nantinya akan mempengaruhi keputusan pembelian

Manfaat Informasi Kebangkrutan


Menurut Hanafi & Halim (2016:261) informasi kebangkrutan memberikan
manfaat bagi beberapa pihak. Pihak yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Pemberi Pinjaman, informasi kebangkrutan dapat dimanfaatkan untuk
    mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman serta untuk
    kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
  2. Investor, informasi kebangkrutan digunakan sebagai antisipasi yang
    dilakukan oleh investor untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal
    mungkin melalui model prediksi kebangkrutan.
  3. Pemerintah, sebagai pihak yang bertanggung jawab mengawasi badan usaha
    serta jalannya usaha tersebut maka penting bagi pemerintah untuk
    mengetahui tanda-tanda kebangkrutan.
  4. Akuntan, informasi kebangkrutan dimanfaatkan untuk menilai kemampuan
    going concern suatu perusahaan.
  5. Manajemen, apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal,
    maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan
    dengan munculnya biaya kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau
    restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan


Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah
sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
    memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
    kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
  2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
    untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
    dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
    panjang.
  3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
    menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
    periode tertentu.
  4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
    untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
    mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
    bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok
    hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden
    secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan
    atau krisis keuangan.

Asas-Asas Pelayanan Publik


Adanya penyelenggaraan pelayanan publik tidak lain untuk
memberikan kepuasan bagi pengguna jasa atau masyarakat. Oleh karena
itu, dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan
publik harus memperhatikan dan menerapkan asas-asas pelayanan publik.
Asas-asas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik adalah sebagai berikut :
a. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipasi
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan,
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan
harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.

Konsep Modal Sosial


Modal sosial menyoroti tentang hubungan individu dengan sesama yang
mana hubungan tersebut dibangun oleh individu maupun kelompok agar dapat
berperan dalam sebuah lingkungan. Implementasi dari modal sosial dapat terlihat
dari kualitas individu yang secara sosial lebih peka terhadap lingkungan
masyarakat. Proses yang dibangun dalam modal sosial, tentu harus memliki sebuah
komitmen yang mana dapat mempersatukan individu dengan individu lainnya.
Menurut Field (2011: 1) menyatakan bahwa:
Orang membangun hubungan melalui serangkaian jaringan dan mereka
cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lain dalam jaringan
tersebut sejauh jaringan tersebut menjadi sumber daya, dia dapat dipandang
sebagai modal.
Pernyataan di atas tentu dapat menjelaskan bagaimana modal sosial
terbentuk. Penyelenggaraan modal sosial sangat dipengaruhi oleh jaringan sosial
yang dibangun. Jaringan sosial dapat dikatakan sebagai sebuah modal dalam
menjali hubungan baik individu dengan indivu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok.
Definisi lain dari modal sosial berasal dari Putnam yang dikutip dalam Field
(2011: 51) mengatakan bahwa: “modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial
jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama
secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama”. Artinya, begitu
pentingnya modal sosial sebagai pendorong untuk pengembangan kapasitas dari
sumber daya manusia (SDM) terlihat dari proses pencapaian tujuan bersama secara
lebih efektif yang didorong oleh modal sosial yang terbagi menjadi jaringan kerja,
norma sosial, dan kepercayaan.

Faktor-faktor yang memengaruhi Gaya Kepemimpinan


Dalam melaksanakan aktivitas pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Menurut H. Joseph Reitz yang dikutip Nanang Fattah dalam (Ode Zusnita
Muizu & Irfan, 2017), faktor yang memengaruhi gaya kepemimpinan adalah
sebagai berikut:

  1. Kepribadian (personality).
    Pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal mencakup nilai-nilai,
    latar belakang dan pengalamannya akan memengaruhi pilihan akan gaya
    kepemimpinan.
  2. Harapan dan perilaku atasan.
  3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan memengaruhi terhadap apa
    gaya kepemimpinan yang digunakan.
  4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan memengaruhi gaya
    pemimpin.
  5. Iklim dan kebijakan organisasi memengaruhi harapan dan perilaku
    bawahan.
  6. Harapan dan perilaku rekan

Aspek-aspek Perencanaan Karir


Perencanaan Karir yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Walgito, 2005) yang berpendapat bahwa dalam membuat sebuah
perencanaan karir yang terpenting adalah lima langkah, yaitu:
a. Pemahaman diri, yaitu bertujuan untuk membantu siswa mengetahui dan
memahami potensi, kemampuan , minat, bakat dan cita-citanya
b. Pemahaman tentang nilai-nilai, yaitu bertujuan untuk membantu siswa
mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan juga
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
c. Pemahaman lingkungan, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
mengetahui keadaan lingkungan. Dengan mengetahui dan memahami
lingkungan maka siswa akan lebih tepat di dalam mengambil keputusan
dan langkah dalam pemilihan karir.
d. Pemahaman tentang hambatan dan mengatasi hambatan. Langkah ini
diharapkan akan dapat mengetahui dan memahami hambatan-hambatan
apa yang ada dalam rangka pencapaian tujuan, yaitu pemilihan karir
yang cocok.
e. Perencanaan masa depan. Langkah ini dilakukan dengan harapan siswa
dapat mengelola semua informasi yang didapatkannya dari tahapan
sebelumnya, dan menjadikan satu dasar untuk menyusun rencana masa
depannya.

Pengertian Efikasi Diri


Pengertian efikasi diri berdasarkan beberapa pendapat, yaitu
sebagai berikut.

  1. Efikasi diri diperkenalkan oleh Albert Bandura. Albert Bandura
    mendefinisikan efikasi diri sebagai berikut (Bandura, 2009).
    “Perceived self- efficacy is defined as people’s beliefs
    about their capabilities to produce designated levels of
    performance that exercise influences over events that
    affect their lives. Self- efficacy beliefs determine how
    peoples feel, think, motivate themselves and behave Such
    belief produce these diverse effects through four major
    processes. They include cognitive, motivational, affective
    and selection processes”
    Pendapat di atas dapat diartikan bahwa efikasi diri adalah
    kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan untuk
    meningkatkan kinerja yang berpengaruh bagi kelangsungan hidup
    mereka. Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasakan,
    berpikir, memotivasi diri mereka sendiri, dan berperilaku melalui
    empat proses utama, yaitu kognitif, motivasi, afektif, dan proses
    seleksi.
  2. Alwisol (2009) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian
    diri mengenai baik atau buruknya suatu tindakan, benar atau salah
    suatu perbuatan, dan bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuatu hal
    sesuai dengan yang disyaratkan. Individu yang memiliki efikasi diri
    yang tinggi akan percaya bahwa dirinya mampu mengerjakan suatu
    hal sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan, situasi, dan harapan
    sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. Orang tersebut akan
    selalu bekerja keras dan tetap mengerjakan tugas hingga selesai
    (Alwisol, 2009).
  3. Efikasi diri adalah penilaian diri seseorang terhadap kemampuannya
    dalam mengorganisasikan serta melaksanakan Langkah-langkah
    yang terarah untuk mencapai tujuan tertentu (Pajares, 2002).
  4. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang untuk menunjukkan
    perilaku yang sesuai dan efektif agar dapat menyelesaikan tugas
    dengan baik (Coetzee & Cilliers, 1999).

Pengertian Publik


Publik merupakan sejumlah manusia yang mempunyai pandangan berfikir
yang sama dan harapan yang sama, maksudnya setiap orang mempunyai
pandangan yang sama terhadap suatu hal yang bersifat umum. Sementara istilah
publik berasal dari bahasa inggris publik yang berarti umum, masyarakat, negara.
Menurut Litjan Poltak Sinambella, dkk (2011:5) “kata publik sebenarnya sudah
diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang
banyak, ramai”.
Menurut Inu Kencana Syafiie, dkk (1999: 18) arti dari kata publik itu
sendiri adalah “sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan,
harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma
yang mereka miliki”.i

Reformasi Pelayanan Publik


Salah satu faktor dan aktor utama yang turut berperan
dalam perwujudan pemerintahan yang bersih (clean
government) dan kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah birokrasi. Dalam posisi dan perannya
yang demikian penting dalam pengelolaan kebijakan dan
pelayanan publik, birokrasi sangat menentukan efesiensi
dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Salah satunya dengan cara reformasi
birokrasi.
Reformasi birokrasi menurut Michael Dugget
(LAN:2005) adalah proses yang dilakukan secara kontinyu
untuk mendesain ulang birokrasi, yang berada di lingkungan pemerintahan dan partai politik sehingga dapat
berdayaguna dan berhasil guna baik ditinjau dari segi
hukum maupun politik. Dengan kata lain reformasi
birokrasi merupakan upaya untuk mengubah atau
memperbaiki kondisi/keadaan suatu tatanan pemerintahan
sehingga pelaksanaan urusan pemerintahan menjadi lebih
baik.
Reformasi pelayanan publik adalah perbaikan integral
pelayanan publik yang antara lain meliputi perbaikan
kebijakan, sumber daya manusia (SDM), struktur, dan
prosesnya. Reformasi pelayanan publik di Indonesia
secara masif sejatinya telah dilaksanakan sejak tahun
1998, yaitu sejalan dengan tuntutan reformasi
penyelenggaraan pemerintahan negara secara menyeluruh
di segala bidang kehidupan masyarakat dalam berbangsa
dan bernegara. Dalam konteks ini, reformasi terhadap
kebijakan pelayanan publik secara mendasar sudah
dimulai, yaitu sejak Kantor Menpan memperbaharui
pedoman penyelenggaraan pelayanan publik yang semula
diatur dalam Keputusan Menpan No. 81/1993 selanjutnya
diatur dalam Keputusan Menpan No.
63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang antara lain
23
mengatur: (1) hakekat pelayanan publik; (2) asas dan
prinsip pelayanan publik; (3) kelompok pelayanan publik;
dan (4) penyelenggaraan pelayanan publik.
Menurut Alisjahbana (2008) pada dasarnya reformasi
kelembagaan pelayanan publik sangat terkait dengan
permasalahan kelembagaan birokrasi. Masalahnya sampai
saat ini belum ada kesepakatan tentang pelembagaan
fungsi pemerintah serta kriterianya. Akibatnya terjadi
kekaburan tugas dan tanggung jawab instansi pemerintah.
Inefisiensi, kelambatan, ketidakmerataan pelayanan dan
fasilitas sosial, overhead cost yang tinggi, serta
ketidakpastian biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
menjadi fenomena umum. Dalam kondisi demikian,
perampingan kelembagaan pemerintah menjadi
keniscayaan, meskipun reformasi kelembagaan itu bukan
pekerjaan mudah. Sebagai langkah awal, pemerintah perlu
melakukan evaluasi kelembagaan berdasarkan tugas-tugas
yang diemban oleh instansi-instansi terkait.

Indikator-Indikator Kepercayaan


Ada beberapa dimensi untuk dapat mengetahui kepercayaan
konsumen salah satunya menurut Kotler dan Keller (2016:225) ada
empat dimensi kepercayaan konsumen, yaitu sebagai berikut:

  1. Benevolence (kesungguhan/ketulusan), yaitu seberapa besar
    seseorang percaya kepada penjual agar berperilaku baik kepada
    konsumen.
  2. Ability (Kemampuan), adalah sebuah penilaian terkini atas apa
    yang dapat dilakukan seseorang. Dalam hal ini bagaimana
    penjual mampu meyakinkan pembeli serta memberikan
    jaminan kepuasan dan keamanan ketika bertransaksi.
  3. Integrity (Integritas), adalah seberapa besar keyakinan
    seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga serta
    memenuhi kesepakatan yang telah dibuat ke konsumen.
  4. Willingness to depend (Kesedian untuk bergantung), adalah
    kesedian konsumen bergantung kepada penjual berupa
    penerimaan resiko atau konsekuensi negatif.
    Sedangkan menurut Dharma (2019:251) terdapat tiga
    indikator sebagai berikut :
  5. Peluang (Probability) fokus kepada kepercayaan dan
    ketulusan, integritas, dan reputasi sehingga muncul
    peluang kepercayaan terhadap suatu produk perusahaan.
  6. Ekuitas (Equity), berkaitan dengan berfikir adil (fairmindedness), benevolence (kesungguhan/ketulusan)
    bahwa karakteristik seseorang untuk memperlihatkan
    dan peduli terhadap nasib dan kondisi seseorang.
  7. Keandalan (Reliability), berkaitan dengan keandalan dan
    kecepatan serta konsistensi dari produk yang diharapkan
    dalam beberapa hal berkaitan dengan jaminan yang
    dikeluarkan oleh perusahaan.

Pemerintahan Desa


Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarakan Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 pengaturannya berdasarkan pemikiran keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu penyelenggraan pemerintahan desa merupakan subsistem
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa mempunyai kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkanasal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Suprihatini,2007: 9).
Dalam menyelenggarakan pemerintahan desa terdapat dualembaga:
Pemerintah Desa dan BPD. Pemerintah berfungsi menyelenggarakan kebijakan
pemerintah atasnya dan kebijakan desa.sedangkan BPD berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat (Nurcholis, 2011:77).
Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan perangkat desa. Perangkat
desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkatdesa lainnya. Sekretaris desa diisi
dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.Wewenang pemerintahan
desa yaitu mengatur, mengurus kepentingan masyarakatnya, dan mendamaikan
perkara daripara warganya. Pemerintahan desa berfungsi sebagai lembaga
legislasi danpengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran
pendapatan dan belanjadesa dan keputusan Kepala Desa.
Kepala Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga
Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara
pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada peraturan
pemerintah. Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan
pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perdes danberdasarkan PP
(Nurcholis, 2011:79)

Budaya Organisasi


Dalam kehidupan organisasi sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
yang diciptakan. Budaya berawal dari kebiasaan, tradisi, dan tata cara umum
dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini
terutama merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya,
Robbins (2006:266). Budaya yang terbentuk dalam organisasi dapat dirasakan
manfaatnya dalam memberikan kontribusi bagi organisasi karena budaya
tersebut telah terintenalisasi pada SDM yang ada di dalamnya. Budaya
organisasi berupa sistem dan nilai yang tidak tampak yang dapat menggerakkan
dan mengarahkan SDM untuk bertindak sesuai ketentuan yang sudah ada.
Nimran (2009:154) mengemukakan bahwa budaya organisasi yang
berlaku harus ditaati dan dianut oleh seluruh anggota sehingga akan meresap,
menyatu dan membentuk nilai-nilai individu, sikap, asumsi, dan harapan.
Kemudian Robbins (2008:256) menambahkan bahwa budaya organisasi
merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Sedangkan Schein
(1992:8) dalam Kusdi (2011:51) menambahkan bahwa budaya organisasi
adanya sesuatu yang dimiliki atau dijadikan pegangan bersama oleh anggotaanggotanya (shared or held in common). Jadi berdasarkan beberapa pengertian
di atas menurut para ahli, peneliti memberikan kesimpulan bahwa budaya
organisasi merupakan suatu sistem nilai yang dianut oleh semua anggota
organisasi kemudian diinternalisasikan dan dipatuhi sehingga terbentuk keteraturan kerja serta tercapainya tujuan organisasi. Budaya organisasi yang
kuat di dalam perusahaan memiliki nilai kebersamaan yang dipahami secara
mendalam, dan dipatuhi oleh anggota organisasi.
Budaya organisasi dapat berupa hal yang dapat dirasakan dari yang
tampak dan tidak tampak tetapi dari keduanya dapat memberikan pengaruh
besar pada perusahaan. Menurut Schein dalam Tika (2012:22) membagi level
budaya organisasi menjadi tiga bagian, antara lain sebagai berikut.
a) Artifak atau Kreasi. Hal ini mencakup semua fenomena yang bisa
dilihat, didengar, dan dirasakan seperti ruang fisik, produk, teknologi
kelompok, perilaku nyata anggota organisasi.
b) Nilai-nilai. Nilai merupakan solusi yang muncul dari pimpinan dengan
maksud memecahkan masalah-masalah dalam organisasi.
c) Asumsi-Dasar. Asumsi ini terdapat petunjuk yang harus dipatuhi
anggota organisasi karena menyangkut perilaku, menjelaskan
anggota kelompok bagaimana merasakan, memikirkan segala
sesuatu.

Hubungan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan


Motivasi merupakan variabel penting, yang dimana motivasi perlu mendapat
perhatian yang besar bagi organisasi dalam peningkatan kinerja karyawannya.
Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat yang timbul dalam diri seseorang atau
karyawan untuk melakukan sesuatu atau bekerja, karena adanya rangsangan dari luar
baik itu dari atasan dan lingkungan kerja, serta adanya dasar untuk memenuhi
kebutuhan dan rasa puas, serta memenuhi tanggung jawab atas tugas-tugas yang
diberikan dan dilakukan dalam organisasi.

Pengertian Kepemimpinan


Dalam suatu kelompok kerja, baik yang tergolong kecil, sedang dan besar,
sangat dibutuhkan seorang pemimpin. Selain kelompok kerja, kelompok
masyarakat yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan, juga memerlukan
pemimpin.dengan hadirnya pemimpin suatu kelompok kerja dapat dikendalikan
secara positif yang tujuan dan misi utamanya adalah merealisir tujuan yang telah
digariskan.
Bagi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya,
harus diprioritaskan dalam menerapkan segala potensi, kekuatan, bakat, ilmu dan
pengetahuannya untuk dikerjakan secara tepat, benar, efektif, dan efisien.
Keadaan ini akan lebih baik jika didukung oleh faktor-faktor pelaksanaan tugas –
tugas kepemimpinan yang lebih baik, seperti adanya sifat-sifat, gaya- gaya,
fungsi- fungsi dan tipe-tipe kepemimpinan.
Menurut G.R. Terry dalam buku Iwan Purwanto (2007: 63) mendefenisikan
kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Menurut Robbins dalam buku Harbani Pasolong (2008: 4) menyatakan
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju
pencapaian sasaran.

Definisi Budaya Organisasi


Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, organisasi harus
dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia dan memperkuat
budaya, sehingga mampu menyesuaikan dengan perubahan budaya dalam
menjalankan fungsinya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
nantinya akan memandu dan membentuk sikap serta perilaku pegawai.
Robbins (dalam Lumbanraja,2009) menjelaskan bahwa budaya atau kultur
organisasi mempengaruhi cara manusia bertindak di dalam organisasi,
bagaimana mereka bekerja, memandang pekerjaan mereka, bekerja bersama
rekan kerja, dan memandang masa depan yang sebagian besar ditentukan oleh
norma kultural, nilai-nilai dan kepercayaan mereka.
Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilainilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi atau norma yang
telah berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi
sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya.
Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi
dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang didalam organisasi.
Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan
jiwa para anggota organisasi (Haqq,2015).
Schein (dalam Lumbanraja,2009), budaya organisasi menjadi sangat
berarti bagi kelangsungan hidup organisasi terutama bila dikaitkan dengan
upaya organisasi untuk mengatasi berbagai masalah dalam adaptasi atas
berbagai perkembangan dan perubahan eksternal dan integrasi terhadap
kekuatan internal. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa budaya organisasi merupakan sekumpulan nilai-nilai dan keyakinan
yang dipegang bersama oleh seluruh anggota organisasi yang menjadi
pedoman dalam berpikir dan bertindak. Pedoman tersebut kemudian harus
ditaati dan dilakukan semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi dan sebagai solusi menghadapi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal.

Budaya Organisasi


Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana pegawai
mempersepsikan karakteristik dari budaya suatu organisasi,
bukannya dengan apa mereka menyukai budaya itu atau tidak.
Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Budaya
organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh
semua anggota organisasi. Luthans dalam Asri Laksmi (2017 : 6)
menyatakan:”Budaya organisasi merupakan norma-norma dannilainilai yang mengarahkan perilaku anggota organiassi. Setiapanggota
akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima
oleh lingkungannya.” Selanjutnya Feter F. Druicker dalam Pabundu
Tika (4) menyatakan: Budaya organisasi adalah pokok penyelesaian
masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya
dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat
untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalahmasalah terkait serperti di atas. Menurut Sutrisno (2010 : 72) :
Budaya organisasi adalah sebagai perangkat system nilai-nilai
(values), atau norma-norma (beliefs), asumsi-asumsi
(asssumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku,
disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai
pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya.
Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat strategis untuk
mendorong dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi,
khususnya kinerja pegawai walaupun dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Peran budaya organisasi yaitu sebagai alat untuk
menentukan arah organisasi, mengatur apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, bagaimana mengelola sumber daya organisasional
dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari
lingkungan organisasi. Menurut Kreitner dan Kinicki (:83) budaya
organisasi mempunyai empat (4) fungsi yaitu:

  1. Memberikan identitas kepada pegawainya
  2. Memudahkan komitmen kolektif
  3. Mempromosikan stabilitas sistem social
  4. Membentuk perilaku dengan membantu manajer
    merasakan keberadaannya. Tiap karakteristik ini
    berlangsung pada suatu kontinum dari rendah ke tinggi.
    Maka dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh
    karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari
    budaya organisasi suatu organisasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja


(Arianty, n.d.) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

  1. Faktor kemampuan
    Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari
    kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (knowledge, skill).
    Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
    sesuai dengan keahliannya.
  2. Faktor motivasi
    Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam
    menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
    menggerakkan diri karyawan terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
    Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan
    untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental
    seorang karyawan harus sikap mental yang siap psikofisik (siap secara
    mental, fisik, dan situasi). Artinya seorang karyawan harus siap mental,
    maupun secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan
    dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.

Manfaat Total Quality Management


Manfaat Total Quality Management (TQM) adalah memperbaiki kinerja
karyawan dalam mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan
perusahaan. Nasution (2015: 202) menyebutkan beberapa manfaat yang diperoleh
dari penerapan Total Quality Management diantaranya adalah:

  1. Perbaikan kepuasan pelanggan
  2. Penghapusan kesalahan-kesalahan dan pemborosan
  3. Peningkatan dorongan semangat kerja dan tanggung jawab pegawai.
  4. Peningkatan profitabilitas dan daya saing
    Keuntungan pengendalian mutu menurut Ishikawa (1992) dalam Tjiptono
    (2015: 111) yaitu memungkinkan perusahaan untuk menemukan kesalahan atau
    kegagalan dalam proses produksi. Selain itu, desain produk dapat mengikuti
    keinginan pelanggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat sesuai
    pilihan pelanggan. Menurut Nasution (2015: 203) keuntungan yang didapat
    perusahaan karena menyediakan barang atau jasa yang berkualitas baik berasal
    dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah,
    gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
    Menurut Hardjosoedarmo (2014: 64) penerapan TQM akan membuat
    karyawan menjadi lebih loyal kepada organisasinya dan menganggap bahwa
    keberhasilan organisasi identik dengan keberhasilan pribadi. Karyawan akan
    melakukan pekerjaan secara sukarela untuk melakukan perbaikan mutu tanpa
    campur tangan, tekanan, ataupun dorongan manajemen. Karyawan baru dengan
    mudah akan menyesuaikan diri pada budaya mutu yang telah terbentuk dalam
    organisasi. Oleh karena itu pergantian, absensi, dan unjukrasa dapat dikurangi,
    bahkan ditiadakan.
    Menurut Tjiptono (2015: 112) perusahaan yang menerapkan teknik TQM
    akan memperoleh beberapa manfaat utama yang pada akhirnya akan
    meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan, antara lain:
    rute pertama yaitu pasar dan rute kedua yaitu rute biaya. Rute pertama
    menjelaskan perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga
    pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini
    mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh semakin
    besar. Rute kedua menjelaskan perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas
    dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya
    operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan
    meningkat.

Tujuan Rekrutmen


Suatu program rekrutmen baik terkadang perlu melayani banyak tujuan yang
banyak pertentangannya.
Menurut Kasmir (2017:95) dalam praktiknya pelaksanaan
rekrutmen memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :

  1. Memperoleh sumber tenaga kerja yang potensial
    Pelamar yang melamar ke perusahaan benar-benar pelamar yang
    memiliki potensi yang diharapkan perusahaan. Pelamar yang potensial
    maksudnya adalah pelamar yang sesuai dengan jumlah dan kualitas
    yang diharapkan.
  2. Memperoleh sejumlah pelamar yang memenuhi kualifikasi
    Pelamar yang melamar ke perusahaan benar-benar pelamar yang
    memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan, pelamar yang diinginkan
    adalah pelamar yang memenuhi kualifikasi sesuai sehingga lebih bebas
    untuk memilih tenaga kerja yang diinginkan.
  3. Menentukan kriteria minimal untuk calon pelamar
    Pelamar harus benar-benar memenuhi persyaratan yang
    diiinginkan perusahaan. Adanya persyaratan minimal yang harus
    dipenuhi pelamar adalah mutlak, misalnya IPK, usia, pengalaman kerja,
    domisili, akreditasi lembaga atau prodi atau persyaratan lainnya.
  4. Untuk kebutuhan seleksi
    Bagi perusahaan dengan memperoleh pelamar yang memiliki
    kualifikasi yang melimpah, maka proses seleksi akan lebih mudah,
    karena memiliki banyak pilihan.Dengan kualifikasi yang melamar tinggi
    tentu memberikan keuntungan dalam menentukan calon pelamar yang
    diinginkan. jumlah yang diterima.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)


Manajemenialah proses mendayagunakan bahan baku serta
sumber daya manusia guna mencapai sutau tujuan tertentu. Proses
tersebut tentunya melibatkan organisasi, arahan, koordinasi, serta evaluasi
sumber daya manusia.Inti dari pada manajemen ialahkegiatan bekerja
dengan melibatkan orang lain untuk meraih beberapa hasil. Dengan
begitu tentunya membutuhkan proses pengintegrasian berbagai sumber
daya serta tugas guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan
(Simamora, 2004).
Manajemen sumber daya manusia (human resources
management) merupakan prosesmendayagunakan, mengembangkan,
menilai, memberi balas jasa serta mengelola anggota organisasi.
Manajemen sumber daya manusia juga berkaitan dengankonsep dan
aplikasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan
karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan,
serta hubungan ketenagakerjaan yang baik (Simamora, 2004).
Manajemen sumber daya manusia ialah konsep yang luas
mengenai filosofi, kebijakan, prosedur, serta praktik yang digunakan
untuk mengelola individu melalui organisasi. Penggunaan konsep serta
sistem sumber daya manusia merupakan kontrol sistematis dari proses
jaringan fundamental organisasi yang mempengaruhi dan melibatkan
semua individu dalam organisasi.Baik proses perencanaan sumber daya
manusia, desain pekerjaan, susunan kepegawaian, pelatihan&
pengembangan, representasi&perlindungan tenaga kerja, maupun
pengembangan organisasi. Upaya mengendalikan serta mengatur proses
tersebut, tentunya hasrus merencanakan, mengembangkan serta
mengimplementasikan suatu sistem yang dilakukan oleh manajemen
puncak (Rachmawati, 2008).
Inti dari manamejen sumber daya manusia
ialahmendayagunakansecara penuh sumber daya manusia perusahaan
sehingga harapannya para karyawan dapat bekerja secara efektif guna
mencapai suatu tujuan perusahaan. Simamora (2004) berpendapat bahwa
terdapat empat hal yang menjadi penting mengenai manajemen sumber
daya manusia, yaitu :
a. Mengintegrasikan kebijakan sumber daya manusia dengan
perencanaan bisnis malelui penekanan yang lebih dari biasanya
b. Meletakan tanggung jawab pengelolan sumber daya manusia bukan
hanya pada manajer khusus tapi jugaterletak pada manajer lini senior.
c. Merubah fokus yang semula dari hubungan serikat pekerja dengan
manajemen, sekarang menjadi hubungan manajemen dengan
karyawan.
d. Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif dimana
manajer berperan sebagai penggerak dan fasilitator.
Rachmawati (2008) menyatakan,peningkatan dalam peran
manajemen sumber daya manusia disebabkan oleh keyakinan organisasi
terhadap peran sumber daya manusia yang strategis untuk mencapai
kesuksesan organisasi yang kompetitif. Peran manajemen sumber daya
manusia semakin meluas sertasemakin strategis melebihi peran
administrasi dan operasional.

Aspek-aspek Kepuasan Kerja


Menurut Robbins dalam Badriyah (2015:229), ada lima aspek
kepuasan kerja adalah :
1) Kerja yang secara mental menantang
Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan
kepada mereka untuk menggunakan keterampilan, kemampuan, serta
menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai usaha keras
mereka mengerjakan tugas tersebut.
2) Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi
yang adil serta sesuai dengan harapan mereka. Dikatakan adil apabila
pemberian upah ini didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar upah karyawan.
3) Kondisi kerja yang mendukung
Berbagi studi menunjukkan bahwa karyawan lebih menyukai
lingkungan kerja yang tidak berbahaya. Oleh karena itu, temperatur,
cahaya, kebisingan dan faktor lingkungan lain harus diperhitungkan
dalam pencapaian kepuasan kerja.
4) Rekan kerja yang mendukung
Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau
prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan,
kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu,
sebaiknya karyawan mempunyai rekan bekerja yang ramah dan
mendukung.
5) Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya, orang yang tipe kepribadiannya sesuai dengan
pekerjaan yang mereka pilih lebih menunjukkan bakat dan
kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaanya

Pengertian Komitmen Organisasi


Komitmen karyawan sebagai salahh satu aspek yang mempengaruhi
perilaku manusia dalam organisasi. Visi, misi dan tujuan organisasi
akan tercapai jika adanya komitmen dari anggota organisasinya.
Kemudian Menurut Allen dan Mayer (2016:55) komitmen organisasi
merupakan sebuah keadaaan psikologi yang mengkarakteristikan
hubungan pegawai dengan organisasi atau implikasinya yang
mempengaruhi apakah pegawai akan tetap bertahan dalam organisasi
atau tidak. Selanjutnya Menurut Duha (2016:298) komitmen organisasi
adalah kesadaran dari pada anggota organisasi berperan aktif dan
melibatkan diri dalam usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi.untuk
Sedangkan menuurut Robbins dan Judge (2015:90) mengemukakan
bahwa komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja


Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah variabel
individu, variable psikologis, maupun variabel organisasi. Variabel
individu meliputi kemampuan dan keterampilan baik fisik maupun
mental. Latar belakang, seperti keluarga, tingkat sosial dan pengalaman,
demografi menyangkut umur, asal usul dan jenis kelamin. Variabel
psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Variabel organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur dan desain pekerjaan.Priansa (2018 : 270)
Menurut Samsuddin (2018. Hal. 79) yakni kinerja pegawai
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1) Kualitas Pekerjaan (Quality of Work) Merupakan tingkat baik atau
buruknya sesuatu pekerjaan yang diterima bagi seorang pegawai yang
dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan kerja, keterampilan dan
kecakapan.
2) Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work) Merupakan seberapa besarnya
beban kerja atau sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
seorang pegawai. Diukur dari kemampuan secara kuantitatif didalam
mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.
3) Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge) Merupakan proses
penempatan seorang pegawai yang sesuai dengan background
pendidikan atau keahlian dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau dari
kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan
tugas yang mereka lakukan.
4) Kerjasama Tim (Teamwork) Melihat bagaimana seorang pegawai
bekerja dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kerjasama tidak hanya sebatas secara Vertical ataupun kerjasama antar
pegawai, tetapi kerjasama secara Horizontal merupakan factor penting
dalam suatu kehidupan organisasi yaitu dimana antar pimpinan
organisasi dengan para pegawainya terjalin suatu hubungan yang
kondusif dan timbal balik yang saling menguntungkan.
5) Kreatifitas (Creativity) Merupakan kemampuan seorang pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaannya dengan cara atau inisiatif sendiri yang
dianggap mampu secara efektif dan efisien serta mampu menciptakan
perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.
6) Inovasi (Inovation) Kemampuan menciptakan perubahan-perubahan
baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi. Hal ini ditinjau dari ideide cemerlang dalam mengatasi permasalahan organisasi.
7) Inisiatif (Initiative) Melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan
untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi kesulitan,
kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa bantuan,
kemampuan untuk mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.

Tujuan Literasi Digital


Menurut Bawden (2001, hlm. 228) Literasi diharapkan bisa mendukung
pencapaian dalam proses pembelajaran secara optimal. Berikut tujuan dari Literasi
digital :
1) Membentuk peserta didik menjadi pembaca, penulis dan komunikator.
2) Dapat meningkatkan kemampuan dan kebiasaan berpikir pada peserta
didik.
3) Meningkatkan dan memperdalam memotivasi dan minat belajar peserta
didik
4) Mengembangkan kemandirian belajar peserta didik agar kreatif, produktif,
inovatif dan berkarakter.
Menurut Aufderheide (dalam Feri Sulianta 2020, hlm. 5) Terdapat 2
pandangan yang sama kuatnya di pandangan pakar atau praktisi pendidikan media
dan para pegiat literasi digital bersangkutan dengan tujuan literasi digital,
diantaranya:
1) Kelompok proteksionis mengatakan bahwa Pendidikan media atau literasi
digital diperuntukan untuk melindungi mesyarakat sebagai konsumen
media dari dampak negatif yang ada
2) Kelompok Preparasionis mengatakan bahwa literasi digital merupakan
upaya untuk memperisapkan masyarakat hidup di dunia yang lebih luas
dan mampu mengkonsumsinya dengan kritis.
Dari kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi digital
adalah dimana masyarakat dapat memproses berbagai informasi dengan kritis,
dapat memahami pesan yang disampaikan, dan dapat berkomunikasi dengan
efektif sebagai pengkonsumsi media.

Indikator Pemberian Kompensasi


Menurut Mangkunegara (2011), beberapa indikator kompensasi, yaitu :

  1. Tingkat bayaran
    Tingkat bayaran bisa diberikan tinggi, rata-rata, atau rendah bergantung pada
    kondisi perusahaan. Artinya, tingkat pembayaran bergantung pada kemampuan
    perusahaan membayar jasa pegawainya
  2. Struktur bayaran
    Struktur pembayaran berhubungan dengan rata-rata bayaran, tingkat
    pembayaran, dan klasifikasi jabatan di perusahaan.
  3. Penentuan bayaran individu
    Penentuan bayaran individu perlu didasarkan pada rata-rata tingkat bayaran,
    tingkat pendidikan, masa kerja, dan prestasi kerja pegawai.
  4. Metode pembayaran
    Ada dua metode pembayaran, yaitu metode pembayaran yang didasarkan pada
    waktu (per jam, per hari, per minggu, per bulan). Kedua metode ini didasarkan
    pada pembagian hasil.
  5. Kontrol pembayaran
    Kontrol pembayaran merupakan pengendalian secara langsung dan tidak
    langsung dari biaya kerja. Pengendalian biaya merupakan faktor utama dalam
    administrasi upah dan gaji. Tugas mengontrol pembayaran adalah
    mengembangkan standar kompensasi dan meningkatkan fungsinya, mengukur
    hasil yang bertentangan dengan standar tetap, serta meluruskan perubahan
    standar pembayaran upah.

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap kinerja


Menurut Robbins dan Judge (2017) menyatakan bahwa budaya perusahaan
merupakan sistem berbagi arti yang dilakukan oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Ada tujuh
karakteristik utama mengenai budaya perusahaan yaitu inovasi dan
pengambilan risiko (inovation and risk taking), memperhatikan detail
(attention to detail), orientasi pada hasil (outcome orientation), orientasi
pada orang (people orientation), orientasi pada tim (team orientation),
keagresifan (aggressiveness), dan stabilitas (stability)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Karyawan


Kinerja dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia
dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja, banyak sekali yang
mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya. Terdapatb
faktor yang berasal dari dalam diri sumber daya manusia sendiri maupun dari luar
dirinya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Prawirosenton
(2008) adalah:

  1. Efektivitas dan tangung jawab
  2. Otoritas dan tangung jawab
  3. Disiplin
  4. Inisiatif
  5. Pengawasan
  6. motivasi

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen Sumber Daya Manusia sekarang ini menjadi pusat perhatian
yang sangat tinggi terhadap keberhasilan suatu organisasi atau instansi. Hal ini
tentunya pembicaraan mengenai sumber daya manusia sendiri menjadi topik yang
menarik dan menjadi tidak ada habisnya. Hal ini terutama karena sumber daya
manusia merupakan asset utama yang paling penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Pengertian manajemen sumber daya manusia (MSDM) menurut
Gomes (2013) adalah MSDM adalah Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan
dan Pengawasan atas pengadaan, Pengembangan serta pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga kerja dengan
maksud untuk membantu pencapaian tujuan organisasi, individu dan masyarakat.
Astrid & Dewi Urip (2019), menjelaskan manajemen sebagai proses dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha yang
dijalankan para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya demi mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Anwar Prabu
(2017) adalah tindakan pihak manajemen dalam melakukan perencanaan atau
planning seperti apa yang akan dijalankan di masa depan, pengorganisasian
(penempatan pekerja dalam suatu tugas atau fungsi), pengkoordinasian (siklus
kerja sama atau koordinasi antar unit kerja), pelaksanaan (eksekusi dari rencana),
dan pengawasan terhadap pengadaan (logistic dan berbagai keperluan kantor),
pengembangan sdm, pemberian balas jasa (gaji dan bonus), pengintegrasian,
pemeliharaan, serta pemisahan tenaga kerja yang diupayakan guna mencapai
sasaran organisasi