Komitmen organisasional merupakan suatu konsep dasar yang
mendeskripsikan hubungan antara karyawan dengan organisasinya (WoĊowska,
2014). Mowday et al. (1979) juga berpendapat komitmen organisasi sebagai
kekuatan relatif individu yang mengidentifikasikan keterlibatan mereka terhadap
organisasi. Definisi tersebut mengandung arti bahwa komitmen organisasional
tidak hanya sekedar loyalitas yang pasif dari karyawan. Namun, juga menunjukkan
hubungan aktif yaitu karyawan memiliki keinginan untuk memberikan keterlibatan
yang berarti untuk organisasi. Hal ini juga dikemukakan Robins (2011) yang
menyatakan bahwa komitmen organisasional adalah suatu keadaan dimana
karyawan memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap pekerjaannya. Selain itu,
Davis & Newstrom (2001) mengemukakan bahwa komitmen mengacu pada
keyakinan karyawan terhadap misi dan tujuan organisasi. Karyawan berupaya
memberikan prestasi terbaik dan memiliki keinginan untuk tetap bekerja dalam
organisasinya.
Menurut Meyer et al. (1993) karyawan dengan tingkat komitmen
organisasional yang tinggi akan melakukan pekerjaan dengan penuh dedikasi.
Karyawan menganggap bahwa pencapaian tujuan organisasi merupakan hal yang
penting bagi mereka. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa jika tingkat komitmen
organisasional rendah maka hal itu dapat berdampak pada kinerja pegawai yang
tidak maksimal. Kinerja yang kurang maksimal dapat berdampak pada tujuan
organisasi yang sulit dicapai. Hal ini sejalan dengan penelitian Greenberg dan
Baron (1992) bahwa karyawan dengan tingkat komitmen organisasional yang tinggi
akan cenderung lebih stabil dan produktif, sehingga akhirnya akan menguntungkan
bagi organisasi.
Allen & Meyer (1990) mengkonseptualisasikan dan mengidentifikasi model
komitmen organisasional menjadi tiga komponen, yaitu:
- Affective Commitment
Komitmen afektif adalah komitmen pada karyawan yang memiliki keterikatan
emosional dan memiliki keterlibatan terhadap organisasi. Komitmen afektif
menunjukkan sejauh mana tujuan dan nilai individu bercampur dengan
organisasi. Hal ini diduga berdampak langsung pada keinginan individu untuk
tetap berada dalam organisasi. Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat
akan bertahan karena mereka memang menginginkannya. - Continuance Commitment
Continuance commitment berkaitan erat dengan kesadaran karyawan terhadap
biaya yang harus dikorbankan jika meninggalkan organisasi. Dengan kata lain,
karyawan mempertimbangkan untung rugi terkait dengan keputusan untuk tetap
bertahan atau meninggalkan organisasi. Karyawan yang memiliki continuance
commitment yang kuat adalah karena mereka membutuhkannya dan
mempertimbangkan biaya yang dikorbankan. Selain itu, komitmen ini juga
berkaitan dengan sedikitnya alternatif pekerjaan lainnya. - Normative Commitment
Komitmen normatif mengacu pada perasaan karyawan terhadap organisasi.
Karyawan merasa memiliki kewajiban untuk tetap berada dalam organisasi.
Kewajiban tersebut didasarkan pada tugas, loyalitas dan masalah moral pada
karyawan. Komitmen ini juga menciptakan rasa kewajiban bagi karyawan
untuk memberikan kembali apa yang mereka terima dari organisasi. Karyawan
yang memiliki komitmen normatif yang kuat adalah karena mereka merasa
harus melakukannya.
Menurut Mowday et al. (1982) komitmen organisasional memiliki 3
karakteristik, yaitu: - Memiliki keyakinan serta penerimaan yang tinggi terhadap tujuan dan nilai dari
organisasi. - Memiliki keinginan dalam memberikan usaha terbaik untuk organisasi.
- Memiliki keinginan yang kuat untuk bersikap loyal terhadap organisasi.