Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Kerja (skripsi dan tesis)

Kusumaputri (2015) mengungkapkan tujuh faktor yang dapat mempengaruhi
komitmen kerja karyawan, yaitu:
a. Faktor-faktor terkait pekerjaan (job related factors)
Merupakan hasil keluaran yang terkait faktor-faktor pekerjaan yang cukup
penting ditingkat individu, peran dalam pekerjaan, hal lain yang kurang jelas pun
akan mempengaruhi komitmen organisasi, seperti kesempatan promosi dan lain-lain.
Faktor yang berdampak pada komitmen adalah tanggung jawab dan tugas yang
diberikan pada anggota.
b. Kesempatan para anggota (employee oportunities)
Kesempatan anggota akan berpengaruh pada komitmen organisasi, karyawan
yang masih memiliki peluang tinggi bekerja di tempat lain, akan mengurangi
komitmen kerja karyawan, begitu pun sebaliknya. Hal ini sangat bergantung pada
loyalitas karyawan terhadap perusahaan tempatnya bekerja, karyawan akan selalu
memperhitungkan keinginan untuk keluar atau tetap bertahan.
c. Karakteristik individu
Karakteristik individu yang berpengaruh seperti usia, masa kerja, tingkat
pendidikan, kepribadian, dan hal-hal yang menyangkut individu tersebut (karakter).
Dijelaskan pula, bahwa semakin lama masa kerja maka makin tinggi juga komitmen
kerja yang dimilikinya. Selain itu peran gender juga dapat berpengaruh pada
komitmen organisasinya, namun peran gender ini tidak semata-mata hanya
perbedaan gender saja namun juga dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan
keyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya, Bandura (1997) mengatakan
bahwa karakteristik individu dapat dipengaruhi oleh kekuatan self-efficacy masingmasing individu. Karakteristik individu sendiri sangat bergantung pada self-efficacy.
Hal tersebut senada dengan pendapat Yusril, dkk (2014) yang mengatakan bahwa
self-efficacy merupakan indikasi dalam mengoptimalkan kemampuan dan faktor
personal yang ada pada individu dalam meningkatkan komitmen kerja individu
tersebut. Self-efficacy yang kuat dari seorang karyawan akan membentuk
kepercayaan diri seorang karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya.
d. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja dapat mempengaruhi komitmen kerja, satu dari kondisi
lingkungan kerja yang berdampak positif bagi komitmen organisasi adalah rasa
memiliki organisasi. Hal ini dimaksudkan bahwa karyawan yang memiliki rasa
keterlibatan menganggap dirinya dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor lain dalam
lingkungan kerja yang berpengaruh adalah sistem seleksi, penilaian, serta promosi,
gaya manajemen, dll.
e. Hubungan positif
Hubungan positif memiliki arti hubungan antar anggota baik hubungan
dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan, dan rasa saling menghargai, akan
menimbulkan komitmen kerja yang tinggi.
f. Struktur organisasi.
Struktur organisasi yang fleksibel lebih mungkin berkontribusi pada
peningkatan komitmen anggotanya, manajemen dapat meningkatkan komitmen
anggotanya dengan memberikan anggota arahan dan pengaruh yang lebih baik.
Sedangkan sistem birokratis akan cenderung berdampak negatif bagi organisasi.
g. Gaya manajemen
Gaya manajemen yang tidak sesuai dengan konteks aspirasi anggota
anggotanya akan menurunkan tingkat komitmen organisasi. Sedangkan gaya
manajemen yang membangkitkan keterlibatan hasrat anggota untuk pemberdayaan
dan tuntutan komitmen untuk tujuan-tujuan organisasi akan meningkatkan komitmen
kerja. Semakin fleksibel organisasi yang menekankan pada partisipasi angota dapat
meningkatkan komitmen organisasi secara positif serta cukup kuat.
Dari faktor yang telah diungkapkan Kusumaputri tersebut, karakteristik
individu menjadi faktor yang tidak kalah penting dengan faktor-faktor yang lainnya,
karakter individu sendiri merupakan hal yang melekat dalam individu. Karakteristik
individu dapat berkembang dengan baik bila individu tersebut memiliki self-efficacy.
Self-efficacy akan menumbuhkan rasa keyakinan diri atas kemampuan dirinya dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya (Bandura, 1997).
Karyawan yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri atas kemampuannya
(self-efficacy) dalam dirinya akan mampu bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas dan menjadikan dirinya berdaya (Mulyadi, 2007). Pendapat sama juga
diungkapkan oleh Locke (dalam Suseno, 2009) yang mengatakan bahwa self-efficacy
yang tinggi akan menumbuhkan rasa percaya diri pada kemampuan dirinya dalam
melaksanakan tugas. Individu dengan self-efficacy yang tinggi memiliki dampak
seperti semakin besarnya usaha individu tersebut memperoleh keberhasilan di tempat
kerja, serta mampu mengatasi berbagai kesulitan dan tekanan di tempat kerja dan hal
tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap terbentuknya komitmen kerja
(Agarwal dan Mishra, 2016).