Teori Kebijakan Deviden (skripsi dan tesis)

Sebuah teori akan memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti. Berikut ini terdapat beberapa teori kebijakan dividen menurut Agus Sartono (2012: 282), yaitu: 1. Teori Dividen Adalah Tidak Relevan 2. Bird-In-The Hand Theory 3. Tax Differencial Theory 4. Information Content Hypothesis 5. Clientele Effect Adapun penjelasan teori-teori tersebut adalah: Teori pertama yaitu teori dividen adalah tidak relevan menurut Agus Sartono (2012: 282): Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut lagi MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Dengan demikian perusahaan ditentukan oleh keputusan invesatsi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM membuktikan pendapatnya secara matematis dengan asumsi: a. Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional. b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. c. Tidak ada biaya emisi dan biaya transaksi. d. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri perusahaan. e. Informasi tidak tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut tentang kesempatan invesatsi. Teori kedua yaitu Bird-In-The Hand Theory menurut Agus Sartono (2012: 284-285): Myron Gordon dan John Lintner berpendapat kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa datang. Gordon-Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Teori ketiga yaitu Tax Differencial Theory menurut Agus Sartono (2012: 288): “…(a) Modigliani-Miler berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan ataupun biaya modal; (b) Gordon-Lintner mempunyai pendapat lain bahwa dividen lebih kecil risikonya disbanding dengan capital-gain, sehingga GordonLintnermenyarankan perusahaan untuk menentukan dividend payout ratio atau bagian laba sete;ah pajak yang dibagikan dalam bentuk dividen yang tinggi dan menawarkan dividend yield yang tinggi untuk meminimumkan biaya modal-the-bird-hand fallacy; (c) Kelompok ketiga berpendapat bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Kelompok terakhir 43 ini menyarankan bahwa perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan.” Teori keempat yaitu Information Content Hypothesis menurut Agus Sartono (2012: 289): Dalam kenyataannya manajer cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibanding dengan investor atau pemegang saham, akibatnya investor menilai bahwa capital gain lebih berisiko dibanding disbanding dengan dividen saham dalam bentuk kas. Dalam kenyataannya sering terjadi bahwa pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham. Kenyataan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran dividen daripada capital gain. Tetapi Modigliani-Miller melihat kecenderungan ini dengan menyatakan bahwa karena perusahaan cenderung enggan untuk menurunkan prospek perusahaan di masa datang lebih baik atau paling tidak stabil. MM selanjutnya berpendapat bahwa kenaikan dividen ini oleh investor dilihat sebagai tanda atau signal bahwa prospek perusahaan di masa datang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa prospek perusahaan menurun. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. Teori kelima yaitu Clientele Effect menurut Agus Sartono (2012: 290): Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pension sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yng diperoleh, maka investor yang menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Mereka memang akan menerima capital gain, tetapi untuk memenuhi kebutuhan, mereka terpaksa harus menjual sebagian sahamnya. Sementara itu investor yang memilih untuk menginvestasikan kembali pendapatannya menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang rendah, karena bagi mereka pembayaran dividen yang besar berarti pajak yang harus dibayarkan juga semakin besar. 44 Ini terjadi karena mungkin kenaikan dividen mengakibatkan kenaikan tariff pajak pendapatan sehingga pembayaran dividen tidak begitu menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan pajak yang harus dibayarkan. Dengan demikian paling tidak terdapat dua kelompok investor dengan dua kepentingan yang bertentangan. Dengan adanya dua kelompok investor tersebut, perusahaan dapat kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Kemudian biarkan investor yang ridak menyukai kebijakan dividen perusahaan, menjual saham mereka; dengan kata lain biarkan investor melakukan pemindaham investasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain.