Pihak yang Terkait Saat Storytelling (skripsi dan tesis)

1. Storyteller
Storyteller adalah orang yang menyampaikan cerita. Kriteria storyteller
yang baik:
a. Memiliki berbagai kepribadian sebagai orang-orang atau peran-peran
orang lain di bidang lain.
b. Memiliki beberapa sifat yang bisa dibagikan sebagai suatu kemampuan
untuk tampil
c. Memiliki kemampuan berbicara dengan otoritas dan animasi.
d. Memiliki rasa peduli terhadap audience dan apa yang mereka butuhkan
e. Disiplin untuk bekerja pada storytelling sebagai suatu seni
f. Memiliki kekuatan emosi untuk mengatasi penolakan
g. Memiliki kepercayaan dalam talenta dan bakat mereka sendiri
h. Menyukai dan menikmati cerita maupun proses penyampaiannya.
i. Menjadikan diri sebagai bagian dari audience.
2. Audience/ Pendengar
Audience atau pendengar adalah anak atau orang yang mendengarkan
cerita yang dibawakan oleh storyteller. Macam-macam tipe gaya belajar audience
adalah:
a. Audio
Anak yang memiliki gaya belajar audio, belajar dengan mengandalkan
pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya.
b. Visual
Anak yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitikberatkan
ketajaman penglihatan.
c. Kinestetik
Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik mengharuskan anak tersebut
menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa
mengingatnya.
Dalam membawakan cerita, storyteller dapat memulainya dengan
mengajak anak membayangkan tempat kejadiannya, misalnya di tengah hutan
yang lebat, di tepi sungai yang airnya jernih dan kemudian dapat dilanjutkan
dengan pengantar mengenai suasana ceritanya.
Storyteller dapat membuat cerita sendiri yang akan di ceritakan sehingga
tidak hanya terpaku pada teks atau cerita dari buku saja. Apalagi jika pada saat
storytelling didukung dengan sound system yang memadai sehingga suara
storyteller dapat terdengar jelas serta lebih dapat merangsang indera auditori
untuk dapat menangkap informasi secara efektif. Storytelling ini dapat
menggunakan alat peraga lainnya seperti boneka, gambar, kain, maupun
storytelling dengan diiringi music seperti yang dilakukan storyteller PM Toh.
Jika storyteller dapat melakukan aksi pertunjukan simulasi bencana atau
eksperimen suatu kejadian bencana dengan menggunakan alat peraga, anak akan
merasa tertarik karena membuat dan memperhatikan langsung bagaimana
prosesnya. Misalnya, pada simulasi bencana gunung meletus. Dengan teknik ini
dapat menjawab dan meyakinkan pengetahuan yang dimiliki oleh anak karena
tampak bagaimana prosesnya terkait dengan pola berpikir anak yang intuitif