Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional (skripsi dan tesis)

Adapun yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional adalah:
a. Idealisasi Pengaruh (Idealized Influence)
Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar
perilaku yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi,
menunjukkan keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan
percaya, menumbuhkan komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi,
dan menegakkan perilaku moral yang etis. Pemimpin yang memiliki
idealisasi pengaruh akan menunjukkan perilaku antara lain:
mengembangkan kepercayaan bawahan kepada atasan, membuat
bawahan berusaha meniru perilaku dan mengidentifikasi diri dengan
pemimpinnya, menginspirasikan bawahan untuk menerima nilai-nilai,
norma-norma, dan prinsip-prinsip bersama, mengembangkan visi
bersama, menginspirasikan bawahan untuk mewujudkan standar
perilaku secara konsisten, mengembangkan budaya dan ideology
organisasi yang sejalan dengan masyarakat pada umumnya, dan
menunjukkan rasa tanggung jawab social dan jiwa melayani yang sejati.
b. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)
Motivasi inspirasional adalah sikap yang senantiasa
menumbuhkan tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi,
mampu membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta
mendorong intuisi dan kebaikan pada diri orang lain. Pemimpin mampu
membangkitkan semangat anggota tim melalui antusiasme dan optimisme. Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk
memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting
dengan cara yang sederhana. Pemimpin yang memiliki motivasi
inspirasional mampu meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan,
membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk
menyelesaikan tugas dan mencapai sasaran kelompok. Bass
menyatakan bahwa pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional
akan menunjukkan perilaku membangkitkan gairah bawahan untuk
mencapai prestasi terbaik dalam performasi dan dalam pengembangan
dirinya, menginspirasikan bawahan untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, membimbing bawahan untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, membimbing bawahan mencapai sasaran melalui usaha,
pengembangan diri, dan unjuk kerja maksimal, menginspirasikan
bawahan untuk mengerahkan potensinya secara total, dan mendorong
bawahan untuk bekerja lebih dari biasanya.
c. Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)
Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan
dengan penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan,
semangat, dan usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan
anggotanya. Pemimpin transformasional memiliki perhatian khusus
terhadap kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan
yang mereka harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor.
Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki. Konsiderasi ini sangat
mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap atasannya dan dapat
meningkatkan produktivitas bawahan. Konsiderasi ini memunculkan
antara lain dalam bentuk memperlakukan bawahan secara individu dan
mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang baik.
d. Stimulasi Intelektual (Intelectual Stimulation)
Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman
dan merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat
permasalahan, berpikir, dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilainilai
kepercayaan. Dalam melakukan kontribusi intelektual melalui
logika, analisa, dan rasionalitas, pemimpin menggunakan simbol
sebagai media sederhana yang dapat diterima oleh pengikutnya. Melalui
stimulasi intelektual pemimpin dapat merangsang tumbuhnya inovasi
dan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui proses
stimulasi ini akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam
memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga
perubahan dalam nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Perubahan ini
bukan saja dapat dilihat secara langsung, tetapi juga perubahan jangka
panjang yang merupakan lompatan kemampuan konseptual,
pemahaman dan ketajaman dalam menilai dan memecahkan masalah.
Bahkan Metcalfe pada tahun 2006 dalam Rahyuda (2008)
menambahkan bahwa seringnya teori kepemimpinan transformasional
digunakan pada penelitian di sektor publik juga disebabkan oleh banyaknya kelemahan yang terdapat pada tiga haluan besar teori
kepemimpinan dan teori kepemimpinan transaksional sebelumnya
sehingga teori-teori tersebut sudah dianggap sebagai paradigm usang
(old paradigm) dalam penelitian pada sektor publik.