Kebijakan Dividen (skripsi dan tesis)

 

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan dimana laba yang diproleh akan diberikan kepada para pemegang saham ataukah akan disimpan dalam bentuk laba ditahan sebagai modal investasi jangka panjang. Menurut Mardiyati dkk.. (2012) kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Beberapa faktor dalam kebijakan dividen yaitu kesempatan investasi, profitabilitas dan likuiditas, akses ke pasar keuangan, stabilitas pendapatan serta pembatasan-pembatasan. Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan : a. Kebijakan Dividen Tidak Relevan Miller dan Modigliani (1961) mengajukan argumen bahwa kebijakan dividen tidak relevan. Ada beberapa asumsi yang dikemukakan oleh dua ekonom tersebut yaitu : 1) Tidak ada pajak atau biaya lainnya. Pelaku pasar tidak bisa mempengaruhi harga sekuritas. Pasar diasumsikan sempurna (perfect). 2) Semua pelaku pasar mempunyai pengharapan yang sama terhadap investasi, keuntungan, dan dividen di masa datang.

Pengharapan investor dikatakan homogen.  3) Kebijakan investasi ditentukan lebih dulu, kebijakan dividen tidak mempengaruhi kebijakan investasi. b. Kebijakan Dividen yang Relevan 1) Bird In the Hand Theory mengasumsikan bahwa pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian, yang berarti mengurangi risiko, yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemgang saham. Ada beberapa argumen yang mendukung pembayaran dividen dibayar tinggi. Myor dan John Litner berpendapat bahwa biaya modal saham (ks) akan naik karena investor merasa lebih pasti dengan pendapatan dividen dibandingkan pendapatan capital gain. 2) Dividen Dibayar Rendah Pada teori ini nerpendapat bahwa sebaiknya dividen dibayar rendah. Variabel pajak dan flotation cost mendasari argumen tersebut. Di negara tertentu, pajak untuk capital gain lebih rendah dibandingkan dengan pajak untuk dividen. Di samping itu, pajak atas capital gain akan efektif jika capital gain tersebut direalisir. Dengan kata lain pajak efektif atas capital gain bias ditunda. Sedangkan pajak dividen akan dibayarkan pada saat dividen diterima. Berdasarkan argument tersebut, dividen akan dibayar rendah karena akan menghemat pajak. Jika perusahaan membayarkan dividen dan 11 kemudian menerbitkan saham, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya emisi saham. Biaya modal saham eksternal lebih besar dibandingkan biaya modal internal, karena adanya biaya emisi, biaya transaksi, dan biaya underpricing saham. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih baik membayarkan dividen rendah sehingga tidak harus menerbitkan saham baru (Hanafi, 2014). c. Isi Informasi Dividen ( Information Content of dividend) Menurut Hanafi (2014) ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen. Menurut teori signaling tersebut, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat dimana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka perusahaan akan meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Jika perusahaan 12 di masa mendatang menurun, perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif pengumuman tersebut. Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu propek perusahaan di masa mendatang. d. Efek Klien (Clientele Effect) Kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebuthan segmen investor tertentu. Menurut Hanafi (2014) kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah. Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Argumen Miller dan Modigliani menyatakan bahwa suatu perusahaan menetapkan kebijakan pembagian dividen khusus, yang selanjutnya menarik sekumpulan peminat atau clientele yang terdiri dari para investor yang menyukai kebijakan dividen khusus tersebut (Weston dan Brigham dalam Mardiyati dkk., 2012). Kebijakan dividen berpengaruh atas sikap para investor. Para pemegang saham memandang negatif perusahaan yang memotong dividen, karena pemotongan seperti itu mereka mengaitkan pada kesulitan keungan. Dalam menetapkan suatu kebijakan deviden, manajer keuangan harus menentukan dan memenuhi sasaran pemilik; bila tidak, para pemegang saham dapat 13 menjual saham mereka, yang pada gilirannya mendorong harga saham ke bawah. Ketidakpuasan pemegang saham membuka kemungkinan kendali perusahaan direbut oleh kelompok di luar perusahaan. Kebijakan dividen berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan. Kebijakan dividen juga mempengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan kedudukan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran dividennya. Kebijakan tersebut menurunkan ekuitas pemegang saham karena dividen dibayar dari laba yang ditahan. Hal ini mengakibatkan rasio hutang terhadap ekuitas menjadi lebih tinggi. Suatu penambahan dalam laba perusahaan tidak secara otomatis manaikkan dividen, biasanya ada kesenjangan waktu antara peningkatan laba dan pembayaran dividen lebih tinggi. Hanya apabila manajer keuangan merasa optimis bahwa peningkatan laba itu akan berlanjut maka ia akan menaikkan dividen.bila dividen itu dinaikkan, dividen itu harus terus berlanjut diberikan pada tingkat lebih tinggi karena pemegang saham sudah terbiasa dengan tingkat itu dan bereaksi negatif terhadap penurunan dalam pembayaran. 14 e. Teori Dividen Residual (Residual Theory Of Dividend) Menurut Hanafi (2014) perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan sisa (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Menurut teori tersebut manajer akan akan melakukan langkah-langkah berikut ini. 1) Menetapkan penganggaran modal yang optimum. Semua usulan investasi yang mempunyai NPV yang positif akan diterima. 2) Menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk membiayai investasi baru tersebut sambil menjaga struktur modal yang ideal. 3) Menggunakan dana internal untuk mendanai kebutuhan dana dari saham tersebut. 4) Membayarkan dividen hanya jika ada sisa dari dana internal, setelah semua usulan investasi dengan NPV positif didanai.