Jenis Validitas (skripsi dan tesis)

Campbell & Stanley (1963) membagi validitas eksperimen menjadi dua, yakni validitas internal dan validitas eksternal sedangkan pengarang buku ini Cook & Campbell (1979) mengembangkan pendapat itu dengan membagi validitas eksperimen menjadi 4 yaitu (1) validitas konklusi statistik, (2) validitas internal, (3) validitas konstruk, dan (4) validitas eksternal.

Empat tipe validitas:
1. Validitas kesimpulan Statistik.
Kesimpulan mengenai apakah masuk akal untuk menduga adanya kovariansi antara perlakuan dan efek dalam level alpha dan varians tertentu. Ancaman terhadap validitas kesimpulan statistik adalah ancaman dalam mengambil kesimpulan yang valid mengenai apakah dua variabel covary, (a) Low statisticalpower, (b) Pelanggaran terhadap asumsi uji statistik, (c) Fishing and error rate problem, (d) reliabilitas alat ukur, (e) reliabilitas implementasi perlakuan, (f) random irrelevancies in the experimental setting, (g) random heterogeneity of respondents.
2. Validitas Internal.
 Validitas internal menunjukkan apakah ada hubungan kausal antara dua variabel, apakah hubungan kausal itu berasal dari variabel yang dimanipulasi (perlakuan) ke variabel yang diukur. Ancaman terhadap validitas internal: (a) Sejarah, menunjukkan perubahan perilaku oleh karena peristiwa yang terjadi diantara prestes dan postes dan bukan kerena perlakuan, (b) maturasi, menunjukkan perubahan perilaku oleh karena subjek eksperimen bertambah dewasa, bijak, kuat, lebih berpengalaman antara pretes dan postes dan bukan karena perlakuan, (c) Testing, menunjukkan efek karena pengulangan pengukuran perilaku tertentu. Pengulangan akan membuat subjek eksperimen lebih mengenal tesnya sehingga performans akan meningkat, (d) Instrumentasi, menunjukkan perubahan perilaku karena perubahan yang dialami instrumen antara pretes dan postes dan bukan karena efek perlakuan. Misalnya, pengamat (yang melakukan observasi) perilaku berubah menjadi lebih berpengalaman antara pretes dan postes, (e) regresi statistik, menunjukkan jika kelompok diberi pretes dan alat ukur tidak reliabel, maka skor pretes tinggi akan menjadi skor postes lebih rendah dan sebaliknya. Perubahan perilaku itu bukan karena efek perlakuan, (f) seleksi, menunjukkan efek yang diakibatkan karena perbedaan jenis subjek antara kelompok eksperimen yang satu dengan yang lain. Dalam eksperimen kuasi ancaman seleksi sangat sering terjadi sebab kelompok yang berbeda akan mendapatkan perlakuan berbeda dan bukan kelo mpok yang secara probabilistik setara seperti halnya dalam rancangan eksperimen random, (g) mortalitas menunjukkan efek yang disebabkan oleh jenis subjek yang berbeda yang mengundurkan diri dari kelompok perlakuan selama eksperimen berlangsung. Hasil eksperimen merupakan artifak seleksi sebab kelompok eksperimen terdiri dari subjek yang berbeda pada saat postes, (h) Interaksi dengan seleksi seperti seleksi-maturasi, seleksi-sejarah, dan seleksiinstrumentasi, (i) difusi atau imitasi perlakuan. Jika kelompok-kelompok eksperimen, karena secara fisik dekat, saling dapat berkomunikasi sehingga satu kelompok dapat belajar informasi dari kelompok lain, (j) Penyamaan perlakuan sebagai imbangan. Jika perlakuan memberikan manfaat positif pada kelompok eksperimen, maka administrator memberi bagi kelompok kontrol usaha untuk menyamakan dengan kelompok eksperimen, (k) Persaingan kompensatoris oleh responden yang menerima perlakuan kurang bermanfaat. Jika penugasan subjek atau unit kedalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diumumkan secara publik maka persaingan akan muncul. Kelompok kontrol akan termotivasi mengurangi perbedaan yang diharapkan. Saretsky (1972) menyebut gejala ini “Efek John Henry” untuk menghormati seorang pengebor baja yang mengetahui akan dibandingkan performansinya dengan pengebor uap menjadi bekerja sangat keras dan mengungguli pengebor uap sehingga berakhir dengan kematian, (l) Demoralisasi responden yang mendapatkan perlakuan yang kurang menguntungkan. Kelompok yang mendapat perlakuan kurang menguntungkan atau kelompok kontrol tanpa perlakuan akan memperlihatkan rasa permusuhan dandemoralisasi. Misalnya dalam industri kelompok kontrol akan mengurangi produksi dan keuntungan perusahaan.
3. Validitas konstruk sebab putatif (yang diduga) dan efek
Validitas konstruk berkaitan dengan problem ”pencemaran” (confounding). Pencemaran berarti bahwa apa yang ditafsirkan peneliti sebagai sebuah hubungan kausal antara konstruk teoretis A dengan konstruk teoretis B oleh peneliti lain ditafsirkan sebagai sebuah hubungan kausal antara konstruk A dengan Y atau antara X dengan B. Ancaman terhadap validitas konstruk sebab putatif dan efek akan menggambarkan operasi-operasi yang gagal untuk memasukkan semua dimensi dari sebuah konstruk atau operasi-operasi yang mema sukkan dimensi yang tidak relevan dengan konstruk sasaran. Ancaman-ancaman itu misalnya (a) pernyataan praoperasional yang tidak memadai sebuah konstruk. Pernyataan yang tepat tentang konstruk sangat vital bagi validitas konstruk oleh karena pernyataan itu akan menyesuaikan manipulasi dan pengukuran dengan definisi yang timbul dari pernyataan tersebut, (b) mono-operation bias, (c) Mono-method bias, (d) Hypothesisguessing within experimental conditions, (e) Evaluation apprehension, (f) Harapan eksperimenter
 4. Validitas Eksternal
 Validitas eksternal menunjuk pada (a) menggeneralisasikan kepada individu, seting, dan waktu sasaran tertentu, serta (b) menggeneralisasikan kepada individu, seting dan waktu lain. Ancaman terhadap validitas eksternal (a) interaksi seleksi dengan perlakuan (b) interaksi seting dengan perlakuan (c) interaksi sejarah dengan perlakuan.