Learning Organization (skripsi dan tesis)

Argyris and Schön (1978) menjelaskan istilah learning organization dalam konteks perubahan, bahwa sebuah organisasi yang berwujud sebagai learning organization tampak ketika anggota organisasi sebagai agen pembelajaran bereaksi terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal organisasi dengan cara mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalam organisasi. Dixon (1994) mendefiniskan organisasi pembelajaran sebagai penggunaan proses pembelajaran pada level individu, kelompok dan organisasi untuk melakukan transformasi secara berkelanjutan mengarah pada peningkatn kepuasan stakeholder organisasi. Watkins and Marsick (1993) mendefiniskan learning organization sebagai pembelajaran berkelanjutan dan proses transformasi. Worrell (1995) menjelaskan learning organization sebagai kultur organisasi melalui mana pengembangan diri individu menjadi yang utama dan tujuan serta visi organisasi dipahami dan didukung oleh semua anggota organisasi. Dalam kerangka pikir ini, aplikasi berpikir system (systems thinking) memungkinkan anggota melihat bagaimana organisasi bekerja, membuat rencana dan bekerja sama secara terbuka, dalam tim, untuk mencapai rencana.
Watkins and Marsick (1993,1996) menguraikan dimensi variabel learning organization dalam 7 (tujuh) dimensi meliputi :  (a) menciptakan peluang pembelajaran berkelanjutan (creating continuous learning opportunities), (b) melakukan penyelidikan dan dialog (promoting inquiry and dialogue), (c) melakukan kerjasama dan pembelajaran tim (encouraging collaboration and team learning), (d) membangun system untuk merangkul dan membagi pembelajaran (establishing systems to capture and share learning), (e) memberdayakan orang melalui visi bersama (empowering people toward a collective vision), (f) menghubungkan organisasi dengan lingkungan (connecting the organization to its environment), and (g) menghasilkan kepemimpinan stratejik untuk pembelajaran (providing strategic leadership for learning).
Pada level individual, learning didefinisikan sebagai cara orang membuat makna dari situasi yang dihadapinya, cara yang dilakukan untuk menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkannya untuk bertindak dalam cara-cara yang baru (Watkins & Marsick,1999). Karenanya, learning organization butuh untuk menciptakan pembelajaran dan infrastruktur kultural untuk mendukung pembelajaran. Watkins and Marsick mengidentifikasi 2 (dua) dimensi pertama sebagai proses pembelajaran individual yaitu create continuous learning opportunities dan promote inquiry and dialogue. Pada level kelompok, pembelajaran kelompok meliputi konstruksi pengetahuan baru melalui tindakan kolaboratif. Watkins and Marsick (1999) mengidentifikasi dimensi ketiga yaitu encouraging collaboration and team learning sebagai pembelajaran kelompok. Pada level organisasi, Watkins and Marsick (1999) empat dimensi terakhir mewakili pembelajaran organisasional yaitu establishing systems to capture and share learning, memberdayakan orang melalui visi bersama (empowering people toward a collective vision), menghubungkan organisasi dengan lingkungan (connecting the organization to its environment), and menghasilkan kepemimpinan stratejik untuk pembelajaran (providing strategic leadership for learning)