Perbedaan Gaya Kepemimpinan Terhadap Tingkat Stres Kerja (skripsi dan tesis)

 

Secara sederhana pada dasarnya kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi, mengarahkan, mengajak, mendorong serta memotivasi kegiatan individu atau kelompok yang didasari atas kemampuan pribadi dalam situasi tertentu agar individu atau kelompok tersebut bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Sementara pengertian untuk gaya kepemimpinan sendiri adalah cara seorang pemimpin melakukan kegiatannya dalam membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi dan mendorong para pengikutnya atau bawahannya kepada suatu komitmen serta tujuan tertentu yang telah disepakati bersama. Stres kerja umumnya merupakan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psychologis, dan perilaku yang disebabkan oleh stressor kerja yang dominan berasal dari lingkungan eksternal individu dan yang dihasilkan dari  tekanan atau ketidakenakan karena individu tidak merasa mampu mengatasinya. Berdasarkan definisi stres kerja yang telah disebutkan diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mcnyebabkan terjadinya stres kerja, yakni faktor eksternal dan factor internal. Stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan (sebagai salah satu contoh faktor eksternal) dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda misalnya dipengaruhi oleh intelegensi, pola pikir dan pengalaman individu (faktor internal). Sebuah tuntutan dapat menyebabkan suatu stres bagi seorang individu tetapi belum tentu pada individu yang lain. Tuntutan lingkungan kerja termasuk gaya kepemimpinan atasan merupakan salah satu faktor eksternal individu. Banyak peneliti mcnyebutkan bahwasanya kepemimpinan atau gaya kepemimpinan seorang pemimpin atau manager dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stres kerja. Memang bukan sebagai faktor utama tetapi kontribusi dari gaya kepemimpinan itu sendiri terhadap stres kerja karyawan patut untuk diperhitungkan. Menurut Minner (dalam Margiati, 1999) banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan  peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres. Sementara menurut Davis dan Newstrom (1999), stres kerja dapat disebabkan antara lain oleh supervisor yang kurang pandai. Seorang karyawan dapat menjalankan tugas sehari-harinya biasanya di bawah bimbingan sekaligus mempertanggung jawabkan kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar. Tetapi jika tidak, dapat dibayangkan bagaimana kerja dari karyawan itu sendiri. Selain itu karyawan yang kurang mendapat tanggungjawab yang memadai dari atasan juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya stres kerja. Faktor ini herkaitan dengan hak dan kewajihan karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan atau hak yang memadai. Sehingga, jika harus mengambll keputusan harus berkonsultasi, atau bahkan harus menyerahkan sepenuhnya pada atasan. Jelas bahwasanya kepemimpinan atau gaya kepemimpinan seorang pemimpin atau atasan akan sangat berpengaruh terhadap keria bawahannya. Apabila karyawan atau bawahan mengalami stres kerja bukan sesuatu yang mustahil jika pemimpin atau atasan turut andil di dalamnya. Sudah dapat dipastikan bahwa gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi terhadap tingkat   stress kerja karyawan tetapi seberapa besar pengaruh yang disumbangkan oleh masing-masing tipe gaya kepemimpinan yang berbeda terhadap terjadinya stres kerja karyawan perlu diteliti lebih dalam lagi