Pemerataan dan Perluasan Memperoleh Pendidikan (skripsi dan tesis)

Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi beberapa permasalahan besar yaitu: (Kodoatie, 2005)

  1. Rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan
  2. Rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan
  3. Lemahnya manajemen pendidikan

Dengan otonomi daerah yang termasuk di dalamnya otonomi pendidikan, penyelenggaraan pendidikan jenjang dasar sampai dengan jenjang menengah termasuk pendidikan luar sekolah, hampir seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga diharapkan pengelolaan pendidikan akan lebih baik.

Suatu hal dikatakan efektif jika dapat mencapai atau memenuhi apa yang menjadi tujuannya. Dalam konteks efektifitas sekolah, maka sekolah yang efektif adalah sekolah yang dapat mengembangkan fungsi-fungsi sekolah yang ditetapkan sebagai kapasitas sekolah untuk memaksimumkan pencapaian pelaksanaan fungsi-fungsi sekolah tersebut.

Pemerataan dan perluasan pendidikan atau bisa disebut perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu sasaran pembangunan pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan dimaksudkan agar setiap orang mepunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan itu tidak dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan lokasi geografis.

Kebijakan ini menekankan bahwa setiap orang tanpa memandang asal-usulnya mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan pada seua jenis jenjang, maupun jalur pendidikan. Sasaran kebijakan ini adalah untuk menciptakan keadilan dalam pelayanan pendidikan untuk semua segmen masyarakat. Pemerataan ini dimaksudkan untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan yang merata.

Untuk dapat mencapai kebijakan tersebut maka dibuatlah sekolah-sekolah di daerah terpencil seperti SMP terbuka. Mengingatt Siswa SMP Terbuka diperuntukkan bagi =nggota masyarakat usia sekolah tertutama bagi mereka yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan reguler(sekolah umum), baik karena kemampuan ekonomi, jarak tempuh, waktu dan lain-lain sedangkan efektifitas adalah pencapaian sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan maka efektifitas SMP terbuka dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikuts :

  1. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Merupakan perbandingan antara jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk kelompok usia yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.

Rumus:

APK =  Jumlah siswa di jenjang pendidikan tertentu x100%

Jumlah penduduk kelompok tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan di daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah trertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih besar dari 100% karena terdapat didwa yang berusia di luar usia resmi sekolah, terletak di daerah terpencil atau perbatasan kota.

  1. Angka Partisipasi Murni (APM)

Merupakan perbandingan antara penduduk kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang dinyatakan dalam persentase.

Rumus

APM = Jumlah siswa kelompok sekolah di jenjang pendidikan tertentu x100%

Jumlah penduduk kelompok usia tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah, dan tingkat pendidikan tertentu. Nilai ideal APM adalah 100%, bila lebih dari 100% karena adanya siswa usia sekolah dari luar daerah yag bersekolah di daerah tertentu, diperbolehkannya mengulang di setiap tingkat, daerah kota, atau daerah perbatasan.

  1. Angka Partisipasi Murni Usia Sekolah (APM usia sekolah/APMus)

Merupakan perbandingan jumlah siswa kelompok usia tertentu yang bersekolah pada beberapa jenjang pendidikan dengan pendidikan kelompok usia sekolah tertentu yang sesuai dan dinyatakan dengan persentase.

Rumus

APMus = Jumlah siswa kelompok sekolah di jenjang pendidikan x100%

Jumlah penduduk kelompok usia tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin tinggi APMus berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah, dan tingkat pendidikan tertentu. Nilai ideal APM adalah 100%, tidak akan lebih dari 100% karena siswa usia sekolah dan penduduk usia sekolah dihitung dari siswa yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. Bila ternyata lebih dari 100%, maka perlu dicari tau berapa siswa yang berasal dari daerah lain.

  1. Rasio Siswa per Sekolah (R-S/S)

Merupakan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tertentu.

Rumus

R-S/S =  Jumlah siswa di jenjang pendidikan tertentu x100%

Jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin tinggi rasio berarti semakin padat siswa di sekolah atau kurang jumlah sekolah di suatu daerah

  1. Rasio Siswa per Kelas (R-S/K)

Merupakan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah kelas pada jenjang pendidikan tertentu.

Rumus

R-S/S =  Jumlah siswa di jenjang pendidikan tertentu x100%

Jumlah kelas pada jenjang pendidikan tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin tinggi rasio berarti semakin padat siswa di kelas atau kurang jumlah kelas di suatu daerah

  1. Rasio Siswa per Guru (R-S/G)

Merupakan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah guru pada jenjang pendidikan tertentu.

Rumus

R-S/S =  Jumlah siswa di jenjang pendidikan tertentu x100%

Jumlah guru pada jenjang pendidikan tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin tinggi rasio berarti semakin banyak siswa yang dilayani oleh guru atau kurang jumlah guru di suatu daerah

  1. Angka Melanjutkan (AM)

Merupakan perbandingan antara jumlah siswa baru di tingkat I pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan jumlah lulusan pada jenjang yang lebih rendah.

Rumus

R-S/S =  Jumlah siswa di jenjang pendidikan tertentu x100%

Jumlah kelas pada jenjang pendidikan tertentu

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin tinggi angkanya maka semakin baik. Idealnya=100% berarti seuma lulusan dapat ditempung di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  1. Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS)

Merupakan perbandingan jumlah penduduk usia sekolah dengan jumlah sekolah ekuivalen atau jumlah lulusan terhadap sekolah ekuivalen. Sekolah ekuivalen adalah sekolah yang diasumsikan memiliki 6 kelas. Tingakt pelayanan SD dan jenjang lebih tinggi dibedakan karena masing-masing sekolah melayani siswa yang berbeda. Khusus SD adalah melayani siswa usia 7-12 tahun, sedangkan SLTP dan SLTA adalah melayani lulusan SD dan SLTP yang akan masuk ke SLTP atau SLTA.

Rumus

TPS-SD= Jumlah penduduk 7-12 tahun

              Jumlah sekolah ekuivalen

TPS-SLTP/SLTA= Jumlah lulusan

                               Jumlah sekolah ekuivalen

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006

Semakin kecil nilainya berarti semakin baik karena semakin banyak kesempatan belajar di sekolah, walaupun demikian ada batas minimalnya.

Standar ideal untuk mengukur pemerataan pendidikan dihitung dari angka nasional untuk tingkat SD, SLTP, maupun SLTA disajikan dalam table berikut:

Tabel 2.1. Standar Ideal Indikator Pendidikan

No Jenis Indikaor Standar Nasional
Tk.SD Tk. SLTP Tk. SLTA
1

2

3

4

5

6

7

8

Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni US

Rasio Siswa per Sekolah

Rasio Siswa per Kelas

Rasio Siswa per Guru

Angka Melanjutkan

Tingkat Pelayanan Sekolah

Sekitar 100%

Mendekati 100%

100%

240

40

40

133

Sekitar 100%

Mendekati 100%

100%

360

40

21

100%

116

Sekitar 100%

Mendekati 100%

100%

360

40

21

100%

102

Sumber: ”Data dan Indikator”, Departemen Pendidikan Nasional Balitbang Depdiknas Pusat Statistik Pendidikan 2006